96. A-aku Tidak Sedang Promosi!

10 1 0
                                    

Dua orang perempuan dari kelompok distrik merah sedang mendekati stan jualan yang dijaga oleh kelompok distrik putih. Salah satu dari perempuan berpakaian warna merah itu membawa nampan berisi berbagai macam olahan pisang serta olahan lain, terus sekarang ia melihat-lihat meja jualan distrik putih lalu memandangi penjaganya, yang saat ini, yang sedang menjaga adalah kelompok perempuan mereka yang berjumlah dua orang, yang sebenarnya salah satu dari mereka itu adalah perempuan yang berteriak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh orang BNN dari kuis yang mereka adakan ketika hari pertama MOS ...

... dan perempuan distrik merah itu adalah lawannya.

"Hahaha. Kalian cuma menjual ini? Lihatlah apa yang distrik kami jual." Ejek gadis dari distrik merah sambil menunjukkan muatan nampannya yang berisi berbagai macam olahan pisang dan lain-lain tadi, ke arah mereka.

"Jangan promosi di sini, dasar SPG." Balas gadis dari distrik putih.

"A-aku tidak sedang promosi!" Sahut gadis dari distrik merah, kesal.

"Jadi kau kemari mau membeli atau tidak? Jangan mengganggu stan distrikku." Masih gadis dari distrik putih, ketus.

"Aku akan membeli jualan distrikmu kalau kau juga membeli jualan distrikku." Tawar gadis dari distrik merah.

Gadis dari distrik putih tampak memandangi jualan yang dibawanya di atas nampan oleh gadis dari distrik merah itu. "Baiklah." Jawab gadis dari distrik putih.

"Hmmpf! Sudah kukira kau tidak bisa menolak tawaranku." Sahut gadis dari distrik merah dan dia kemudian melihat-lihat kembali meja jualan distrik putih. "J-jadi ... yang mana buatanmu?" Tanya gadis distrik merah tampak malu-malu seraya.

"Hah?" Balas gadis distrik putih, dari raut wajahnya, sepertinya dia tidak sempat mendengar suara dia tadi.

"Kubilang yang mana buatanmu!? Aku hanya akan mengambil buatanmu saja. Aku tidak mau membeli yang lain."

"Oh." Gadis dari distrik putih lalu tampak menunjuk beberapa wadah plastik makanan di meja distriknya. "Yang ini, ini dan ini serta yang itu." Terus ia kembali melihat ke gadis distrik merah. "Kau mau yang mana?" Tanya dia.

"B-banyak sekali!?" Mata gadis distrik merah terbelalak. "Apa kau benar-benar membuatnya sendiri?" Lanjut dia dengan nada tidak percaya.

"Hah?"

"Ah!"

"Cepat pilih!"

"A-ah. I-iya."

Gadis dari distrik merah itu melihat-lihat kembali meja jualan distrik putih. Sepertinya ia kebingungan mau memilih yang mana. Yang dijual oleh kelompok distrik putih tersebut lucu-lucu masalahnya.

"K-kalau begitu yang itu saja." Kata gadis distrik merah menunjuk salah satu kreasi puding.

"Berapa banyak?"

"Tolong dua, ya."

Kemudian gadis dari distrik putih terlihat memasukkan secara hati-hati pudding itu dari wadah jualan ke bungkus plastik khusus lalu ia menyodorkan bungkusan itu ke gadis distrik merah.

"T-tapi ini serius buatanmu, 'kan?" Ucap gadis dari distrik merah saat menerima bungkusan yang diberikan oleh gadis distrik putih. "Bukan buatan rekan distrikmu?" Sambung dia.

"Iya, itu buatanku sendiri."

"Awas saja kalau kau ketahuan ..."

"Iya."

Kemudian mereka terlihat bertukar uang lalu bertukar jualan mereka, terus gadis dari distrik merah dan temannya tersebut pergi.

"Pfff ..."

"Ahahahaha." Arillia dan aku tertawa bersama-sama.

"Udah ah. Tidak baik, Frida. Jangan dibiasakan begitu. Ketahuan sekali hati kita sedang kosong."

"Alah, kamu ini."

Arillia menghela napas, terus ia kulihat memandangai meja jualan stan distrik kami. "Roti lapis sadis isteri idaman-mu laku sekali, sementara puding lembutku bahkan baru dua yang terjual." Terang Arillia.

Aku melirik ke jualan puding-nya.

"Kenapa kau memilih puding?" Tanyaku penasaran lalu melihat ke Arillia lagi.

"Sebenarnya aku tidak terlalu pandai memasak."

"Masa, sih? Apa tidak terbalik? Kurasa lebih cerewet membuat kudapan daripada membuat makanan."

"Hehehe."

"Kau bisa buat apa saja selain puding?"

"Mmm ... puding yogurt, puding kurma, pudi-"

"Puding semua!"

"Kumohon ajari aku memasak, Frida. Aku tidak bisa memberi makanan calon suamiku nanti kalau cuma makanan ringan saja yang kubuat. Dia pasti membeli makanan atau makan di luar terus." Terangnya tersendu-sendu.

Aku mengerinyitkan dahi.

Terus kulihat raut wajahnya menunjukkan kalau dia menyadari itu memalukan.

"D-dan itu cuma permisalan saja, ya. J-jangan terlalu jauh kamu mengejeknya." Sambung dia gemetaran dan tergagap-gagap.

"Apa saja yang bisa kau buat selain puding?" Tanyaku lagi.

"Sebut saja makanan hidangan penutup atau makanan pencuci mulut yang kamu suka."

"Wow, percaya diri sekali."

"Aku suka makanan-minuman pencuci mulut masalahnya."

"Eh, tapi bukannya makanan yang kubuat juga termasuk? Roti lapisku? "

"Di beberapa negara, roti termasuk makanan pokok. Tapi bukan itu, yang kutekankan adalah cara kamu membuat roti lapis biasa ini menjadi enak. Ada ilmunya, 'kan ini?" Tanya dia curiga lalu ia tersenyum jahat.

"Baik-baik." Aku terbawa pujiannya. "Nanti kita berbagi ilmu." Jawabku menyeringai.

"Ok, chef!" Senyum dia lagi.

"..."

Ngomong-ngomong dari narasi gadis distrik putih dan merah tadi, itu terlihat posisimu sama Arillia berada jauh dengan mereka, Frida. Bagaimana kamu dan Arillia bisa mendengar percakapan mereka dengan jarak seperti itu?

Ya ... perhatian kami saat itu kebetulan mendapati dua gadis yang bercekcok tiap hari tersebut, reuni kembali karena beberapa kakak pembimbing berkumpul di sekitar sana. Kami kira ada apa mereka di situ, ternyata mereka sedang berjaga-jaga dan mengawasi mereka dengan wajah yang menegangkan, terus kebetulan lagi saat itu kami sedang gabut, lalu kami entah kenapa ingin mengisi suara mereka saja begitu, berdasarkan bahasa tubuh mereka yang aku dan Arillia lihat dari sini dan mencari hiburan dari sana untuk mengisi kegabutan kami.

Astaga? Jadi tadi kau mengarang?

***

Author Note:

Ok, guys ... kita sekarang baru saja memasuki Arc "MOS hari ke-Tiga." Di sini Frida nanti akan banyak bertemu sama si kakak genit itu. Dan juga jangan khawatir, untuk Erza dan Elisha juga ada banyak di sini dan aku aku juga akan memberi porsi lebih untuk interaksi Frida sama Arillia. 

Di bab-bab terdahulu Arillia dikit banget dapet jam tayang dan kalaupun ada dia dapat dialognya dikit. Aku merasa kasihan sama dia. 

Baik. Jadi tunggu aja, ya. 

Oh ya. Makasih buat 2.6k-nya. Doain moga sukses, ya dan makin banyak orang yang tau dan baca cerita ini. 

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang