53. Dia Adalah Kepala Sekolahnya Sekolah Ini

14 4 0
                                    

Soal Game 1 jujur aku angkat tangan. Apalagi Game 2 dan Game 3. Tidak ada peserta MOS yang tahu apa yang akan dilakukan di acara itu kecuali orang-orang yang membuatnya.

Satu-satunya cara yang diberikan Kak Fauzio sama Kak Aldi untuk mengatasi masalah itu adalah mirip seperti yang sudah disebutkan mereka barusan, kami harus sudah hafal itu yel-yel dan kami, mau tidak mau harus siap sedia menampilkan yel-yel tersebut ketika itu diminta. Entah pada saat Game 1 yang seharusnya diadakan hari ini, Game 2 besok atau Game 3 lusanya, yang tercetak pada selembaran jadwal.

Game 1 hari ini di coret. Dapat dipastikan kami tidak akan melakukan teriakan-teriakan tersebut untuk hari ini.

Arghh! Keadaanku sekarang menjadi sama seperti mereka. Aku kembali tidak tenang.

Kendati aku sudah hafal yel-yel punya distrikku, namun distrikku sama sekali baru sekali melakukan latihan bersama dan itupun pas Pra-MOS, ketika Kak Fauzio dan Kak Aldi memberitahu kalau yel-yel akan diminta untuk ditampilkan tanpa pemberitahuan lebih dulu, terus mereka menyiapkan yel-yel itu lebih dahulu, kemudian mereka meminta kami mencoba yel-yel-nya untuk kali pertama.

Sangat penting melakukan pengulangan-pengulangan tersebut karena yel-yel melibatkan banyak orang, jadi harus ada semacam penyatuan begitu.

Kami telah diberitahu di awal mulai kami Pra-MOS. Kami sudah diminta untuk menghafalkan yel-yel itu oleh kakak pembimbing kami. Mereka malah lebih pengertian menyiapkan lebih dulu yel-yelnya seperti yang barusan kuceritakan. Jadi tinggal kami ingat. Mereka sudah melakukan semuanya agar skenario semacam ini tidak terjadi. Namun apa daya? Yang diberi kepercayaan tidak terlalu peka.

Di tengah keramaian yang dibuat oleh peserta peserta MOS di tenda. Kudapati dari gedung utama sekolah, ada kakak panitia laki-laki yang berlari tunggang-langgang, keluar dari situ lalu masuk ke dalam tenda, terus cepat-cepat menghampiri salah satu kakak panitia yang duduk di tengah, yang membaca pengumuman tadi.

Kakak tunggang-langgang yang dari gedung utama tadi kemudian terlihat membisikkan sesuatu pada kakak yang duduk di tengah tersebut, terus kakak-kakak panitia lainnya banyak yang mendekat, ingin juga mendengarkan apa yang dibisikkan olehnya.

Lalu kakak panitia yang dibisiki tadi kemudian menampilkan ekspresi "APAH!?" di wajah seperti habis menerima berita menggemparkan gitu, terus ia kemudian mengajak kakak-kakak lain di dekatnya untuk mengekori dia.

Kemudian beberapa kakak panitia lalu bangkit dari kursi masing-masing dan segera meninggalkan tenda lalu bergegas menyamai langkah kakak pengumuman tadi yang sekarang sedang menuju gedung utama.

Dan tersisa satu kakak panitia perempuan saja lagi di tenda tersebut.

Kakak perempuan itu kemudian berdiri terus melihat ke arah kami. Lalu ia kudapati membelokkan pandangannya ke atas meja, terlihat ada mik di atas situ. Kakak perempuan tersebut kemudian meraihnya dengan tangan kiri lalu ia sandarkan mikrofon itu ke badan bagian depan, terus ia memeganginya dengan kedua tangan.

Cara kakak perempuan tersebut saat sedang memegang mik terlihat agak janggal.

Sesekali ia tempel-lepas telapak tangannya waktu memegang itu mikrofon. Merasa sedang tidak nyaman karena ditinggal teman-teman dia atau karena hal lain, aku juga tidak tahu, namun semua tindakan yang kakak perempuan itu lakukan langkah demi langkah.

Sekarang ia mengetes miknya dengan cara mengetuk-ngetuk, terus ia kaget sendiri ketika ketukan yang ia lakukan membuat pengeras suara tiba-tiba mengeluarkan bunyi melengking kencang sekali yang sangat memekikkan telinga.

Apa yang kakak itu lakukan sekarang kurang lebih mendapatkan perhatian dari para peserta MOS di tenda, yang kebanyakan menampilkan raut wajah heran ke kakak tadi. Menyadari hal tersebut, kakak perempuan itu kemudian melakukan sesuatu yang lain. Ia menempatkan jari telunjuk dari tangan kanannya ke tengah bibir lalu ia menghela napas dan ...

"Sssstttt!"

Sebagian peserta MOS yang kebanyakan mengobrol dan yang memperhatikan kakak itu dari awal, makin tambah terheran-heran mendengarnya.

Melihat ekspresi peserta MOS sudah seperti itu. Kakak perempuan tersebut lalu mengucapkan dengan lantang kalau rombongan Dinas Pendidikan serta BNN sekarang sudah berada di halaman depan sekolah. Kakak itu meminta kami untuk tenang. Namun lucunya, ia tidak mengandalkan mikrofon yang sedari tadi ia genggam.

Ternyata ada yang lebih panikan dan pemalu daripada Kak Aldi.

Lalu tak lama setelah itu. Sekitar empat ... tidak, lima sampai tujuh orang dengan setelan batik berjalan ke luar gedung.

Itu mereka, 'kan?

Dalam iring-iringan menuju tenda tersebut ada seorang ibu-ibu berada di antara mereka. Beliau berbincang-bincang sambil melangkah dengan bapak-bapak yang berjalan di barisan paling muka. Dan di sela-sela itu, kebetulan seseorang yang sebaris denganku menjawab pertanyaan temannya yang juga penasaran siapa ibu-ibu tadi dan ia berujar kalau Ibu tersebut adalah kepala sekolahnya sekolah ini.

Rombongan itu kemudian jabat tangan dan tegur sapa dengan kakak panitia-panitia MOS yang sekembalinya dari gedung utama langsung baris di dekat tenda dan mereka juga bercengkrama dengan para guru dan staf sekolah yang juga melakukan hal yang kurang lebih sama seperti yang para kakak panitia tadi lakukan.

Ibu kepala sekolah tersebut kemudian mempersilakan orang-orang dari Dinas Pendidikan dan BNN tadi untuk duduk di sofa, terus ibu kepala sekolah sama mereka kemudian duduk di situ semua. Terus beberapa kakak panitia terlihat menaruh makanan dan minuman di meja yang ada di situ kemudian cepat-cepat menjauh setelah selesai meletakkannya.

Orang-orang dari Dinas Pendidikan dan BNN lalu tampak diajak Ibu Kepsek melihat kondisi sekitaran sekolah, seperti gedung-gedung, pohon-pohon dan fasilitas penunjang lain yang bisa dilihat dari sana, yang dituntun oleh ibu kepala sekolah dengan cara ditunjuk memakai seluruh jari tangan dari telapak tangannya yang ia balik ke atas untuk menunjuk.

Lalu ada kakak panitia membawa mikrofon mendekati mereka, terus dia terlihat stand by begitu di sana, sepertinya sedang menantikan instruksi.

Kemudian kulihat bapak kacamataan, salah satu dari sekumpulan bapak-bapak yang saat ini sedang duduk dan beramah-tamah dengan ibu kepala sekolah nampak memotong pembicaraan, terus terlihat seperti memberitahu atau meminta izin pada mereka lalu sekumpulan bapak-bapak dan ibu kepala sekolah terlihat mengangguk-angguk terus terlihat melihat ke kiri dan ke kanan.

Terus kakak panitia yang stand by tadi terlihat mendekat lalu sopan menyodorkan mik ke mereka kemudian bapak kacamataan tadi mengambil mik tersebut.

Bapak kacamata kemudian sempat terlihat bersenda-gurau dengan rekan-rekan yang lain dan sempat terlihat menawarkan mik tersebut ke sekumpulan bapak-bapak tersebut, namun ditolak dengan dua telapak tangan menghadap ke arah beliau ditambah muka tersenyum menampilkan gigi terus dan tergelak-gelak, terus mereka terlihat mempersilakan Bapak itu seraya membuat kode tangan.

Bapak kacamata lalu berkomunikasi dengan Ibu Kepala Sekolah dan Ibu Kepala Sekolah menjawabnya dengan menganggukkan kepala dengan sama-sama membuat kode tangan juga untuk mempersilakan Bapak tersebut sambil tersenyum.

Sepertinya beliau yang jadi pemateri ...

Bapak tersebut kemudian bangkit dari tempat duduk lalu pergi ke tengah lapangan dan tak berapa lama setelah itu, beliau sudah berada di tengah sana.

Mendapati bapak tersebut sudah di depan sana dan mau menyampaikan materi, bukannya tenang, para peserta MOS malah masih konsisten menjaga volume percakapan mereka di tingkat yang tertinggi. Bapak itu lalu mengetuk ujung mikrofon, "Cek-cek." lalu berdehem "Ohom." Kemudian mulai berbicara "Eee ..."

Bapak berkacamata memperkenalkan diri, Pak Abid ... itu saja yang kuperoleh. Aku tidak tahu kelanjutannya, nama beliau masih ada, tapi karena terlalu berisik di sini aku tidak dapat mendengar sisa ucapan beliau. 

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang