57. Berapa Banyak? Berapa Banyak Isinya!?

19 4 0
                                    

"Sekarang giliran kalian." Kata beliau sambil berjalan lebih ke tengah lapangan seraya melihat sekilas ke layar ponsel dia lalu beliau mulai memberitahu semua peserta yang ada di dalam tenda.

"Dia adalah seorang filsuf, ilmuwan dan juga dokter kelahiran Persia. Ia juga seorang penulis produkif yang sebagian besar tulisannya itu adalah mengenai filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, dia adalah "Bapak Pengobatan Modern" masih banyak lagi sebutan bagi tokoh ini yang kebanyakan terkait dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Tulisannya sangat terkenal dan merupakan referensi bagi bidang kedokteran selama berabad-abad. Kira-kira siapa nama tokoh ini? Silakan acungkan tangan untuk yang bisa menjawab."

Segera setelah beliau memberikan petunjuk tersebut, diskusi di antara peserta-peserta MOS langsung digelar. Nampak masing-masing distrik mengadakan rapat dadakan, mencari tahu siapa orang yang dimaksud oleh Kak Kamal dan hasil dari gabungan suara diskusi para peserta MOS membuat tenda jadi ramai kembali.

Kulihat distrik di sebelah kanan dan sebelah kiriku, serta kelompok distrik-distrik lainnya. Banyak anggota-anggota mereka yang berada di barisan paling depan, mengubah posisi badan mereka berpaling ke belakang, untuk membantu teman-temannya yang juga tengah mencoba memecahkan pertanyaan tersebut.

Sementara distrik di sebelah kananku, mereka melakukan hal yang mencurigakan.

Para perempuan di distrik mereka membuat benteng dengan badan mereka sendiri, mengerumuni dan melindungi seseorang yang berada di tengah-tengah mereka, kemudian terpancar cahaya di dalam sana.

"Cari-cari.", "Sabar, belum nyala betul ini.", "Nah sudah nyala-sudah nyala. Apa tadi?", "Bapak pengobatan modern!", "Bapak pengobatan modern, ok." Kata mereka berbisik-bisik.

Sepertinya mereka sedang mencari tahu nama filsuf itu di internet dengan deskripsi yang diberikan oleh Kak Kamal tadi menggunakan ponsel, padahal ponselnya dilarang digunakan pas MOS.

Aku mengalihkan pandangan ke kelompok Erza, distrik ungu. Bagaimana keadaan dia sekarang?

Mana ya dia, distrik Erza agak jauh, sih ....

Ah, itu dia.

Aduh, manisnya ....

Erza ... dia saat ini tengah mengurut-ngurut kedua pipinya. Tidak tahu kenapa.

Apa dia juga sudah tahu jawaban tersebut tapi mengalami hambatan yang sama seperti keadaan yang kualami sekarang? Ia tahu sesuatu namun ia tidak bisa mengeluarkan jawaban tersebut dari mulutnya. Ah ... kita memang ditakdirkan Erza ...

Arghh! Ini bukan waktunya untuk untuk memikirka-

"AVICENNA!"

Di tengah kebisingan di tenda, para peserta MOS di tenda yang tadinya ramai tiba-tiba terdiam seusai mendengar suara yang mendadak keluar barusan.

Teriakannya terdengar datar, namun kuat dan tajam. Masih bisa terdengar walaupun situasi di dalam tenda waktu dia meneriakkan itu masih kuat-kuatnya sedang dalam keadaan riuh. Lalu seseorang yang berteriak Avicenna tadi berteriak menyebutkan itu lagi dan lagi. Kemudian semua peserta MOS mencari asal suara tersebut, terus kami mendapati perempuan dari distrik di ujung tenda sebelah kanan distrikku yang melakukan hal itu.

Kak Kamal kulihat terdiam, sama halnya dengan orang-orang yang ada di tenda.

"Ya. Benar." Seru beliau kemudian. "Berikan dia tepuk tangan." Tambah Kak Kamal sambil menunjuk ke arah perempuan tersebut.

Semua peserta MOS langsung memberikan tepuk tangan walau kebanyakan dari mereka tampak menampilkan raut wajah yang terlihat tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi dan cuma ikut-ikutan saja.

Dalam keadaan masih duduk, aku menegap-negapkan badanku berulang-berulang, berusaha melihat rupa perempuan yang berteriak tadi lebih jelas. Anggota distrikku dan distrik lainnya juga tampak memberikan sorotan lebih pada perempuan tersebut dengan sesekali berdiri untuk dapat mengenali wajah dia.

Dari kejauhan, Kak Kamal terlihat berjalan mendekati distrik tempat si perempuan tadi baris, terus beliau berhenti di depan barisan itu.

"Mengambil jurusan Farmasi, dek?" Tanya kakak itu dari sana sambil mendekatkan mik ke dia.

Terus peserta MOS perempuan yang duduk di barisan tengah dari barisan distriknya tersebut kulihat sekilas menjawab sambil memberi gelengan kepala. "Tidak. Saya Multimedia."

"OUHHH!!" Seketika itu juga suasana di ujung tenda sana langsung gempar. Aku tidak tahu kenapa mereka bereaksi berlebihan seperti itu. Dan juga saat ini, terlihat banyak sekali peserta-peserta MOS yang masing-masing melirik ke arah rekan sedistrik di sebelah atau di sekitar mereka. Barangkali mereka adalah yang mengambil jurusan Farmasi.

"Eh, kalian bertiga farmasi juga, 'kan?"

"Ya. Kami Farmasi. Kami akui kami kurang wawasan!"

Aku melihat ke belakang.

Jadi Alma, Arillia dan Lydia Farmasi, ya ....

Aku kembali melihat ke Kak Kamal.

Kak Kamal sekarang terlihat memberikan bahasa isyarat menggunakan tangan kanannya, yang ia alamatkan ke semua peserta MOS untuk tetap tenang. Kekalutan di tenda kemudian agak berkurang lalu mulai riuh kembali saat kakak panitia laki-laki yang masih sama, yang membaca pengumuman, yang dibisiki, yang memberikan ekspresi "APAH!?" sebelumnya, mendekat ke Kak Kamal dan saat ini kakak itu sedang membelakangi beliau dan ... kakak itu terlihat membawa semacam ... apa itu ... kertas putih? Amplop. Beberapa amplop di tangan kanannya.

Eh? Sungguh? A Moneeeey?!

Berapa banyak? Berapa banyak isinya!?

Kak Kamal berpaling ke belakang kemudian kakak APAH!? tersebut memberikan satu amplop ke Kak Kamal.

Kak Kamal terlihat masuk ke dalam barisan, barangkali ingin memberikan amplop tersebut pada perempuan di distrik tersebut dengan mendekatinya.

"Itu salah! Bukan itu namanya!"

Seru salah satu anggota perempuan dari distrik yang kuingat menggunakan telepon genggam untuk mencari jawaban, tiba-tiba berteriak.

Ia menyangkal kalau jawaban yang diberikan perempuan tadi itu keliru.

Lalu perempuan yang berteriak "Avicenna" tadi membela diri dengan membawa kembali apa yang baru saja dikatakan oleh perempuan yang keberatan tersebut.

"ITU SALAH satu namanya! Beliau mempunyai banyak julukan!"

"Kau tahu darimana?!" Tanya perempuan yang menyangkal.

"Seharusnya aku yang mengatakan itu!" Seru perempuan Avicenna.

Seketika, keadaan di dalam tenda berubah menjadi ajang pertikaian. Beberapa peserta MOS yang agak sinting, mengambil kesempatan itu untuk mengompori mereka berdua dengan teriakan-teriakan pemicu dan seruan-seruan mengadu domba, membuat mereka makin bertambah berdebatnya. 

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang