76. Kami Mencoba Profesional!

12 1 0
                                    

Dan tidak terasa cobaan itu berakhir. Kami, terutama kelompok perempuan. Cepat-cepat turun dari panggung paling diberkahi tersebut. Waktu kami turun pun, peserta-peserta MOS yang lain masih menertawakan kami, astaga.

Namun ada tambahan tepuk tangannya, sih dari para peserta MOS dan tentu saja dari panitia juga ada dan tepuk tangan yang mereka berikan itu lebih meriah daripada yel-yel yang kami bawakan sebelumnya, yang terdengar seperti dibuat-buat.

Tapi kuyakin itu semua karena penampilan kacau kami yang membuat mereka terhibur dan puas, bukan seberapa merdunya suara kami menya- namun peduli amatlah, anggota-anggota distrikku juga sudah tidak terlalu mempermasalahkan kejadian memalukan tersebut. Nampak sekali terlihat pada raut wajah mereka sekarang. Semuanya terlihat lega.

"Ok. Selanjutnya adalah kelompok distrik merah. Distrik merah dipersilakan."

Oh ... kali ini yang giliran tampil adalah distrik merah.

Kami kemudian kembali ke barisan kami semula ketika panitia mengumumkan distrik merah itu dan kami disambut Kak Aldi dan Kak Fauzio setelah kami sampai di sana. Rasanya kami seperti menurunkan sebagian dari total berat badan kami. Ini terasa lebih ringan.

"Kalian jangan ada yang pergi kemana-mana, ya. Istirahat saja." Saran Kak Fauzio.

"Kami lemas seperti ini mau pergi ke mana kami coba?" Jawab Alma, cepat. Terus ia duduk berbarengan dengan para anggota distrik oranye yang lain yang juga mulai pada duduk.

Lalu Alma kulihat berbalik badan, terus menyeret-nyeret bokong besarnya, mendekati kelompok laki-laki, kurasa dia sebentar lagi akan menceramahi mereka.

"Kalian tadi kenapa?!"

Nah, kan.

"Apa, sih?" Jawab salah satu kelompok laki-laki, merasa terganggu. Rupanya ada satu sukarelawan yang jadi perwakilan kelompok laki-laki untuk meladeni Alma. Sementara itu di kelompok laki-laki yang lain, menyadari ada sesuatu yang sedang terjadi di dekat mereka, mereka berpaling dan duduk manis, menonton Alma dan salah satu rekan mereka itu mau beragumen.

Oh, aku kenal laki-laki yang menjadi perwakilan tersebut. Dia adalah salah satu yang memberikan jempol padaku waktu ditegur Alma saat tur sekolah sebelumnya.

"Pas nyanyi tadi? Kalian kenapa!?" Ulang Alma.

"Lantas kalian tadi kenapa juga berhenti bernyanyi? Kami mencoba profesional!" Balas laki-laki itu.

"Profesional? Kenapa kalian jadi mengulangi terus bagian ini!" Alma menunjuk-nunjuk sebuah teks di kertas lirik pada laki-laki tersebut.

"Kalau diartikan itu memang diulang, 'kan?" Laki-laki itu lalu menggeser pandangannya pada ... "Bahasa Inggris-nya diulang itu apa, Frida?"

Salah apa aku jadi kau melibatanku juga?

Dan di waktu yang bersamaan aku mendapati Alma baru saja selesai menepuk jidat dia sendiri.

"Mmm ... repeat?" Jawabku.

Laki-laki yang bertanya padaku tadi langsung terdiam sementara kelompok laki-laki di belakang dia tampak saling berpandangan satu sama lain. Sepertinya mereka ada yang salah kaprah soal perkara tersebut.

"Argh ... Arghhhh .... "

Kemudian laki-laki itu kulihat memegangi kepalanya.

"Kukira itu diulang tadi." Lanjut dia lalu ia kemudian berpaling, mengedarkan pandangan ke kelompok laki-laki di dekatnya lalu ke arahku, terus ke Alma.

"Kukira ... kukira ... arggh!" Dia terus mengulangi itu dengan nada menyeret-nyeret.

Lalu dia kulihat tiba-tiba berhenti memegangi kepalanya dan membuat ekspresi seperti mendapat ide.

"Oh, ya!"

"Apa kalian masih ingat buku-buku kumpulan lirik lagu-lagu pop yang dijual oleh paman-paman mainan waktu masih SD?" Lanjut laki-laki itu.

"Kalian pernah, 'kan menemui lirik lagu yang di situ mengimbuhi 2x atau 3x diakhir-akhir pada lirik lagunya? Dibagian reff dan kebetulan, di kertas ini ada tulisan "repelled" aku pikir repelled ini artinya harus diulang. Tulisannya saja yang beda."

Kelompok laki-laki di belakangnya mengangguk-angguk dan mengatakan "itu benar-itu benar", "ya, aku turut mengira juga demikian." dan ucapan semacamnya.

"Jadi atas dasar itu kalian mengulangnya sampai tiga kali?" Tanya Lydia tahu-tahunya bergabung dan mendekat ke sini diikuti Arillia.

"Apa benar sampai sebanyak itu?" Tanya laki-laki tersebut, polos.

"Iyalah." Sambar Alma, cepat.

"Aku juga tidak tahu, aku tidak bisa mengingatnya." Terang laki-laki tersebut.

"Astaga kalian." Lydia geleng-geleng.

"Itu bagian dari liriknya, ya, 'kan, Lydia?" Tanya Alma menoleh ke arah Lydia.

Lydia tampak mengangguk.

"Bukan disuruh untuk dibaca dua kali atau tiga kali! Kalian kenapa?" Sambung Alma lagi sambil mengembalikan pandangan ke arah kelompok laki-laki.

Setelah mendengar penjelasan Alma. Kelompok laki-laki terlihat banyak yang merasa menyesal karena sudah melakukan suatu blunder, kemudian mereka saling menyalahkan satu sama lain setelah itu, bukannya minta maaf ke kelompok perempuan karena telah membuat pertunjukkan menyanyi kelompok jadi hancur lebur terus dihadiahi tertawaan para peserta MOS.

"Kenapa aku harus mendengarkanmu saat itu.", "Benar apa yang dikatakan, Nugraha.", "Kalau tahu jadinya begini aku teruskan saja tadi.", "Iya nih."

"Kalian yang ikut-ikutan, kok." Seru laki-laki yang meladeni Alma tadi, berusaha membela diri.

"Makanya." Alma menjerai.

"..."

"HURAAH! HURAAAH!!"

"WOOOOOOOW!!"

Seluruh peserta MOS tiba-tiba berseru secara serentak. Mengetahui hal itu kami yang tidak memperhatikan sekitar karena pembicaraan Alma dan kelompok laki-laki tadi kemudian melihat ke kiri dan ke kanan, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, Alma, Lydia dan Arillia serta beberapa kelompok laki-laki yang berbicara dengan Alma tadi juga tampak menanyai rekan-rekan kami yang lain, yang kira-kira memperhatikan keadaan.

"Kenapa? Kenapa?" Tanya Alma tidak sabaran ke Arillia, setelah Arillia selesai bertanya pda peserta MOS lain di sebelahnya, kebetulan Arillia berada dekat dengan barisan distrik dari kelompok perempuan distrik lain.

"Itu ...." Jawab Arillia sambil menunjuk beberapa detik ke depan.

Aku, Alma dan Ldyia kemudian berusaha menyimak penjelasannya.

"Distrik merah barusan membawakan sebuah pertunjukkan yel-yel yang begitu kompak. Entahlah yel-yel apa itu, tapi penampilan mereka mirip seperti tentara-tentara pas perform waktu acara ulang tahun TNI."

"Oh ..." kataku dengan Alma dan Lydia, secara bersamaan.

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang