29. Haaaaaaa♥♥♥♥~~....

29 9 0
                                    

Pengawas tes ujian tertulis selesai membagi lembar soal serta lembar jawaban pada meja semua peserta. Beliau kemudian kembali ke pos jaga dia lalu bilang "Selamat mengerjakan" pada kami.

Aku duduk di dekat meja pengawas tersebut, yang letaknya jauh dari pintu keluar, yang ada di paling pojok ruangan paling samping di dekat jendela. Tapi aku tidak duduk di posisi paling depan yang berhadapan langsung dengan meja pengawasnya, aku duduk di barisan keduanya.

Kursi di depanku masih kosong sampai sekarang. Sengaja disisakan semua manusia yang ada di dalam kelas ini dengan sebab kau tahu sendiri, ya, 'kan alasannya karena apa. Kasihan sekali kursi di depan.

Lalu Erza?

Ah, itu.

Haah ....

Erza tidak ada di kelas ini ataupun kelas lainnya. Sebelum masuk ke sini, aku sudah memanfaatkan waktu yang tersisa sampai detik-detik terakhir sebelum tes seleksi ini dimulai, untuk mengecek satu-persatu kelas yang mengadakan tes seleksi, dan Erza tidak ada di luar ataupun di dalam dari semua ruangan yang kuperiksa.

Bisa jadi dugaanku benar, Erza memilih jalur khusus tersebut.

Ahh ... aku jadi malas mengerjakan tes ini ....

(aku telungkup ke meja)

Aku belum melihat Erza sejak hari itu, tenagaku habis! Bahan bakarku adalah melihat dia!

Aku lalu membalik lembar soal dengan malasnya, dan ketika aku membalik soal tersebut, dalam waktu yang bersamaan, terdengar suara derap kaki dari luar ruangan, keras hantamannya dan suara itu semakin mendekat dan sepertinya sedang dalam proses menuju ke sini.

Terus suara derap kaki itu tak lama kemudian berhenti. Karena penasaran, aku mendongakkan kepalaku dan menoleh ke situ, ke arah pintu masuk.

Dan di ambang pintu, aku melihat seorang laki-laki berseragam kemeja setelan putih-biru, sudah berdiri di sana dan terengah-engah.

Para peserta MOS laki-laki dan perempuan kudapati juga memandang ke arah laki-laki tersebut.

Pengawas kemudian turut menyadari ada seseorang di depan pintu. "Masuklah, cari tempat duduk yang kosong dan cepat kerjakan." Suruh beliau setelahnya.

Laki-laki tersebut mengangguk.

Dan laki-laki itu adalah Erza!

Erza masih berdirian di ambang pintu kelas, mencari kursi kosong. Tempat duduk yang tersisa cuma ada di depanku ini saja lagi, Erza.

Erza kudapati melihat ke sebelah kiri dia dan aku lalu mengikutinya dengan melihat ke sana juga dan rupanya ada kursi kosong di tempat duduk barisan belakang yang ada di dekat pintu.

Sejak kapan ada kursi kosong lain ada di sana? Oh, tidak!? Peserta laki-laki itu akan menawarkan kursi tersebut ke dia. Apa aku perlu menggeser kursi di depanku untuk menarik perhatian Erza dengan suara gesekan yang dihasilkan? Atau menawarkannya saja langsung?

Tanpa ragu lagi aku segera mendorong kursi yang ada di depanku sedikit dengan kaki, dan itu berhasil, dia melihat kursi yang ada di depanku setelah mendengar bunyi decitan kaki kursi yang kudorong dengan kakiku tadi bergesekan dengan lantai keramik.

Namun ia masih belum bergerak dari sana, ia memandangi kursi yang ada di belakang pintu itu lalu tempat duduk yang ada di depanku kemudian mengulanginya lagi.

Apa dia sedang menimbang mana yang lebih baik!? Di depanku saja, Erza. Memang tempat duduk di sana lebih menggoda tapi kalau kau duduk di sana, di depan laki-laki itu, kau pasti akan dicontek oleh dia. Ke sini saja.

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang