83. Perempuan Berpendidikan Sekarang

9 1 0
                                    

Tidak lama kemudian aku sekilas mendengar ia mendesah kecewa dalam suara yang cukup pelan, mungkin itu hasil karena kuabaikan terus dia-nya.

Setelah itu kudengar suara lagi yang memberitahu kalau kakak itu sedang bangkit berdiri lalu melangkah menjauh meninggalkan samping badanku tadi.

Nah, begitu dong. Huss! Pergi sana!

"..."

Tapi, astaga! Dia ternyata cuma berpindah tempat dan sekarang ia duduk manis bersila dihadapanku.

Apa-apaan, dia?!

Seperti sebelumnya, aku masih menundukkan pandangan dan aku tidak banyak mendongak kepalaku ke atas untuk mengintip.

Meskipun begitu aku merasa kalau mata kakak itu sekarang sedang dengan riang gembiranya menjelajahi dan mencoba mengungkap wajah yang aku sembunyikan dengan cara menunduk ini sambil tersenyum genit dia-nya.

Aku mungkin terlihat aku hanya diam saja begitu sekarang, menundukkan pandangan dan tidak melakukan apa-apa selain melakukan hal tersebut, yang dibayangan kalian itu pasti kedengarannya aneh. Tapi aku sebenarnya bergerak-gerak juga sedikit dan tidak menundukkan pandangan secara total. Maksudku aku lebih ke menunduk malu-malu. Seperti gadis desa pada saat dia dan orang tuanya sedang menerima lamaran dari laki-laki desa yang sukses merantau di kota dan kembali ke desa untuk meminang dia.

Tapi kalian jangan langsung menarik kesimpulan juga bahwa aku pure tersipu-sipu beneran, ya. Aku terpaksa melakukan hal seperti ini lebih dikarenakan aku jengkel oleh keberadaan kakak genit ini sekarang tersebut daripada merasa malu-malu. Jadi ingat, ya ini bukan pure malu-malu. Annoying sama Embarrassed adalah dua kata yang berbeda.

"..."

Aku mencoba melirik ke Alma dengan hati-hati dan dengan masih menundukkan kepala dan kudapati ia kulihat masih berusaha menyembunyikan tawa dia.

Orang ini tidak bisa menolongku.

Ya ampun. Bagaimana aku bisa mengakhiri ini?

... Apa aku jedotin kepalaku saja ke kepala kakak itu?

Terus karena kujedotin kepalanya pakai kepalaku, dia otomatis tersungkur ke belakang, 'kan sebab posisinya duduk? Kalau masih belum tersungkur juga, kudorong dia sampai benar-benar tersungkur lalu kuinjak-injak dia-nya sampai dia tidak sadarkan diri?

Atau aku gampar saja daripada kujedotin kepalaku? Damage yang kudapat tentu lebih sedikit daripada aku menjedotin kepalaku sendiri.

Atau kuhamburkan makanan ku ini ke wajahnya untuk memberi inner damage (trauma mental) daripada damage fisik?

Woah, opsiku banyak sekali. Aku merasa setan-setan di sekolah ini berkumpul semua di dekatku sekarang dan memberiku ide-ide jelek tersebut.

Tidak-tidak. Aku perlu metode yang lebih elegan dan ladylike serta turut menunjukkan bahwa aku sebuah karakter perempuan yang educated.

Ya, tapi bagaimana, ya? Perempuan berpendidikan sekarang juga main kekerasan kalau sudah dibeginiin.

Memakai karakter gadis polos dari desa yang melawannya dengan cuma menjerit minta tolong saja juga terlalu stand out.

"Kak Rudy."

Hmm? Ada seseorang yang memanggil dia.

"Ya." Sahut Kakak itu.

"Dipanggil Kak Fatahila, katanya ada hal penting."

Menghembuskan nafas kecewa. "Hah. Baiklah."

Terdengar suara grasak-grusuk dia bangkit berdiri lalu suara langkah kakinya menjauh terdengar mengikuti setelah itu.

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang