68. Laki-Laki Pemberani Seperti Yang Diharapkan

15 3 0
                                    

Kudapati Erza ada di barisan paling muka. Laki-laki pemberani seperti yang diharapkan.

"Dan sebelum naik ke panggung. Tolong yel-yelnya."

"""Hah!?"""

Seketika, semua peserta MOS terdengar kaget secara bersamaan, ditambah suara-suara keterkejutan lain yang volumenya setingkat seusai mendengar pengumuman panitia gendut.

Terus yang mengatakan "aku belum hafal-aku belum hafal" dan semacam itu juga terdengar dari segala penjuru.

Kelihatannya masih banyak distrik-distrik yang belum siap. Apalagi kalau mereka merasa distrik mereka yang akan dipanggil berikutnya dan ketakutan itu turut menjalar ke semua rekan-rekan distrikku. Padahal semua distrik memiliki peluang yang sama untuk mendapat giliran setelah distrik Erza.

Kak Fauzio berusaha melakukan penanganan untuk tidak membiarkan kami terlalu terbawa arus dengan menggerakkan kode tangan sambil mengatakan "Santai saja, santai." berulang-ulang ke kami.

Aku kembali melihat ke distriknya Erza lagi.

Dari gerak-gerik anggota distrik Erza, distrik Erza kelihatan begitu siap. Mereka berdiri tegap, terkoordinir dan berbaris dengan rapi. Hampir tidak ada yang terlihat anggota mereka yang kebingungan dengan posisi mereka masing-masing.

Salah satu perwakilan anggota distrik mereka kemudian maju ke depan, mungkin menjadi pemandu sorak. Lalu ... oh jangan! Jangan, jangan berdiri di situ kau!?

Arrgh! Laki-laki itu mem-blok pandanganku untuk melihat Erza!

"Satu, dua, tiga!"

Bunyi tangan ditepuk lalu terdengar berulang-ulang.

"Prok, prok, prok. Prok, prok, prok. Prok, prok, prok, prok!"

"SIAPA KALIAN!?"

"Distrik UNGU!!"

"Setelah ini berakhir apa kalian masih distrik ungu?"

"MASIH!"

"Frida ... Frida?" Seseorang tiba-tiba menepuk-nepuk pundakku. Aku lalu menoleh ke belakang dan menjumpai yang menepuk barusan adalah Kak Aldi dan dia saat ini sedang dalam proses merendahkan badan, berlutut, agar pandangannya sama tingginya denganku yang duduk bersila.

"Ya, kak?" Jawabku menoleh ke belakang sambil mencabut sepasang earphone dari telinga, yang musiknya sudah kumatikan sedari distrik Erza tadi mau tampil.

"K-kamu sudah hafal yel-yel milik kelompok kita?" Tanya Kak Aldi malu-malu.

Aku mengangguk. "Ya. Saya hafal."

"S-sungguh?" Seru kakak itu sambil tercengang sedikit bercampur dengan ekspresi tidak percaya secara bersamaan. 

"Ya." Jawabku lagi, mengonfirmasi sambil merekahkan senyuman.

"K-kalau begitu b-bisa menghadap ke belakang sebentar." Pinta dia.

"Ah, ya, Kak." Aku lalu membalikkan badanku sepenuhnya ke belakang, ke arah Kak Aldi lalu aku teringat akan sesuatu. 

"Oh, ya. Kak. Ini. Ponsel dan earphone-nya." Kataku sambil mengembalikan barang-barang tersebut ke Kak Aldi.

Kak Aldi menerima itu dan dia cepat-cepat mengantongi hal tersebut ke saku rok dia.

"Terima kasih." Ucapku.

"S-sama-sama." Jawabnya malu-malu.

Terus kulihat beberapa kali dia sempat gagal memasukkan earphone tersebut ke saku roknya, namun dia berhasil melakukan itu di percobaan ke-empat.

Lalu Kak Aldi cepat berdiri kemudian berjalan ke tengah barisan, mendekati Kak Fauzio yang berada di sana.

Apa yang mau Kak Aldi lakukan? Dia terlihat tergesa-gesa sekali.

Masing-masing anggota distrikku kuperhatikan semuanya terdengar menyanyikan sesuatu sambil memegangi dan melihat ke kertas. Setelah kudengarkan baik-baik rupanya itu adalah lirik yel-yel kami. Kulihat sebagian dari mereka meminta rekan-rekan yang lain untuk menjaga hafalan yel-yel mereka benar atau tidak sambil memegangi kertas ...

Kulihat kertas lirik lagu punyaku dan ternyata di situ tercetak teks yel-yel distrik kami di belakangnya.

Kakak pembimbing kami benar-benar sesuatu. Entah apa yang ada dipikiran Kak Aldi dan Kak Fauzio sekarang melihat kami begini, mereka menyiapkan semuanya tapi kami ...

... Kak Aldi kulihat memperhatikan mereka, raut wajahnya menurutku saat ini mirip seperti seorang ibu yang sabar menghadapi anak-anaknya yang ...

... begitulah.

Tidak lama kemudian Kak Aldi menepuk-nepuk tangannya, meminta perhatian sebentar semua anggota distrik oranye.

"Se-semuanya." Seru Kak Aldi

Lalu seluruh anggota distrik oranye melihat ke arah Kak Aldi.

"M-mari kita coba nyanyikan yel-yel kita bersama-sama. Supaya selaras. Takutnya kalau- maksud kakak. Minimal kita bisa mengurangi kesalahan saat kita tampil nanti."

"Baik, kak." Jawab semua anggota distrik oranye, serentak.

"P-pelan saja supaya tidak mengganggu yang lain." Pinta Kak Aldi.

"Ok. Kita mulai!" Seru Kak Fauzio, nyaring secara tiba-tiba. "Satu-dua ..."

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang