100. Kau Berat Sekali!

16 2 3
                                    

"Air-air!!" Teriak Alma memasuki ruang kelas distrik, yang saat ini hanya ada aku yang tengah menikmati istirahat makan siang.

Aku berikan Alma botol minuman milikku ketika ia mau lewat ke sini, namun dia melewatiku dan lurus saja langsung ke tempat duduknya, terus ia mengeluarkan botol minuman punya dia sendiri. Tutup botol air tersebut lekas ia putar kemudian ia dekatkan ujung botol tersebut ke mulutnya.

Namun ia tiba-tiba berhenti mau mengalirkan air itu ke dalam tenggorokannya, ia menurunkan botol tersebut.

"Andai saja aku tahu lebih awal aku buat sesuatu yang bisa dimakan saja tadi." Kemudian dia menaikkan ujung botol itu mendekat kembali ke mulut dia lalu mulai menenggak airnya.

Ternyata dia mengeluh terlebih dahulu.

"..." Mulutku sedang mengunyah makanan jadi aku mengangguk-ngangguk saja menanggapi.

Alma selesai minum lalu mengelap mulutnya pakai tisu yang ia ambil dari dalam tasnya kemudian ia melihat ke arahku.

"Apa tadi nama roti yang kau jual, Frida?" Tanya Alma.

Aku menelan makananku. "Roti lapis sadis isteri idaman." Jawabku.

"Ya, haha. Itu terjual semua, gila! Serius itu buatanmu sendiri? Itu enak sekali, aku mau lagi."

"Ya. Itu buatanku sendiri." Terus aku mengaut nasiku dan bersiap mau menyuap.

"Bagaimana cara membuatnya?" Tanya Alma di antara itu.

Aku berhenti menyuap untuk menjawab. "Cuma roti isi biasa, Alma. Dua roti tawar kuisi selada, tomat, sosis, daging sapi cincang dan permukaan rotinya kulapisi margarin terus dipanggang." Aku lalu bersiap membawa makananku tadi lagi kemulutku.

"Masa, sih cuma itu? Tapi enak banget, lo." Puji Alma.

Aku sempat berhasil menyuap makananku.

Selesai mengunyah dan menelan aku melanjutkan pembicaraanku dengan Alma lagi. "Kalau tidak salah aku masih punya sisanya. Sebenarnya Ini mau kumakan sendiri namun buat kamu saja, deh."

Mendengar hal tersebut, Alma langsung berjalan mendekati mejaku dengan melabrak meja-meja yang menghalangi jalan dia sambil bilang "Eh? Mana-mana?'"

Aku lalu mengambil kotak makananku yang satunya di kolong. "Masalahnya roti-roti ini belum dipanggang." Tambahku saat meletakkan kotak berisi roti lapis tersebut di atas meja kemudian kubuka penutupnya. "Alatnya tadi sudah ku kembalikan." Sambungku.

"Jangan khawatir." Alma mengambil satu roti dari total tiga potong roti isi yang ada di dalam kotak lalu ia menggoyangkan sedikit roti tersebut. "Makanan seperti ini lebih enak tidak dibegitukan."

"Kamu suka makanan-makanan mentah?"

"Tidak, maksudku ..." Muka Alma lalu sedikit kaget dan terlihat memeriksa itu roti, "tapi ini dagingnya sudah dimasak, 'bukan?" Lanjut dia.

"Sudahlah." Jawabku, cepat.

Kemudian Alma langsung memakan sebagian roti isi tersebut. "Mmm!" Lalu ia melahap lagi bagian roti lapis yang tersisa lalu mengunyah terus menelannya.

Baru selesai metelan roti tadi, roti lain yang ada di kotakku ingin dia masukkan lagi ke mulutnya.

"Pelan-pelan, Alma." Saranku waktu dia memakan roti itu lagi.

Brakk!

Alma tiba-tiba memukul meja dia.

"Awsli, awku mawsih kewsal sawma Kwak Fwauzio. Kewnapa awku nuwrutin owmongan dwia, ywa? Kwatanya bwarang sewlain-mawkanan iwtu twidak diwrekomewndasikan bwuat diwjual twapi kewnyataannya bwanyak ywang ngewbuat."

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang