82. Menyerahlah, cepat. Dasar!

8 1 0
                                    

Karena sudah tidak tahan lagi, aku lalu meminta Alma untuk bertukar tempat duduk dengan dia untuk mengatasi masalah tersebut, akan tetapi Lydia Alta sama Arillia menyuruhku untuk tetap berada di tempatku. Aku tanya ke mereka kenapa mereka menyuruhku begitu. Lalu Lydia bilang kalau ia dan Arillia berada di kondisi yang sama seperti yang kualami.

Eh? Kau juga dapat lirikan, seruku, terus aku tanya lagi apakah badan Alma tidak cukup besar untuk mem-blok lirikan mata tersebut sambil memonyongkan bibirku ke arah kakak distrik putih tersebut secara hati-hati untuk memberitahu Alma.

Terus Alma berbicara, waktu Alma mulai ngomong, pada awalnya kukira dia hendak protes padaku karena tidak terima dikata-katakan begitu (badan besar), namun dia menegaskan hal lain, kalau badannya sudah digunakan Lydia dan Arillia untuk menyensor serangan dari arah yang lain dan bukan dari kakak yang sedang kukeluhkan sekarang.

Kemudian aku melihat ke sisi yang ia maksud. Ternyata ada kakak-kakak genit baru yang lain di sudut sebelah kiri panggung, mereka duduk di meja pohon dan kulihat sekilas mereka juga beberapa kali melihat ke sini.

Aku melanjutkan makanku dan entah kenapa aku tak sengaja melihat ke arah salah satu kakak distrik putih tadi.

Dan celakanya lagi, mata kami terlanjur bertemu. Aku cepat-cepat berusaha untuk tidak lepas kendali, namun kurasa itu sudah terlambat, kakak tersebut sudah tersenyum!

Mengerikan! Kenapa dia menanggapinya sampai sejauh itu? Padahal hal tersebut hanya sebuah ketidaksengajaan.

Kakak tersebut lalu tiba-tiba berhenti menyuap makanannya dan kotak nasinya ia taruh di meja pohon.

Apa dia mau mendatangi barisanku?

Tiba-tiba aku dapat serangan kejutan dari belakang. Lydia mendadak mencubitku, dan ia dan Arillia berbisik panik, menanyai apa yang telah kulakukan karena membuat kakak itu keluar dari sarang-nya.

Aku tidak menjawab pertanyaan mereka, mana bisa aku bilang itu karena aku salah tingkah.

Lydia terus menekanku untuk bertanggung jawab atas apapun yang telah kuperbuat. Aku coba menenangkan dia kalau kakak itu tidak mengarah ke sini, namun kakak itu ...

(Aku mengembalikan pandangan ke sana).

Ternyata ia benar-benar serius mengarah ke sini! Senyuman dia semakin menjanjikan saja!

Hei-hei! Apa kau tidak berlebihan akan melakukan itu di tempat banyak orang seperti ini?

Kutundukkan segera kepalaku lalu menyembunyikan beberapa hal kemudian kembali menundukkan kepala terus mengatur mataku untuk tetap terkunci melihat ke bawah, melihat ke arah kotak makananku dan lanjut makan.

Aku berusaha untuk tidak membuat badanku menunjukkan keanehan yang berarti di luar, walaupun di dalamnya, jantung dan pikiranku telah lama rusuh.

Lydia dan Arillia kudengar berhenti bersuara. Merasa ada yang aneh, aku mendongak, mengecek keadaan di depan dan aku lihat kakak itu tidak ada lagi.

Syukurlah.

"..!?"

Tapi ternyata dia sudah duduk di sebelahku waktu aku berpaling, berniat mau menengok Lydia sama Arillia yang ada di belakang dengan cara menoleh dari sebelah kiri. Aku cepat-cepat tak jadi berpaling sesaat setelah aku baru menoleh sekitar 90 derajat.

Ughh ... dia terlalu dekat, dia terlalu dekat. Dia berada tepat di sampingku ...

Tenang, Frida. Diam saja kalau dia mengajakmu mengobrol, pokoknya diam saja.

"..."

"Makan apa?" Tanya kakak itu.

Sekali lagi, jangan berani bereaksi, Frida. Teruskan saja makanmu.

Aku sempatkan dengan keadaan segenting tersebut untuk melihat Alma yang berada di sebelah kiriku, dan sekilas, kudapati ia cepat membuang muka setelah mengetahui aku meliriknya, ia memandang ke arah lain sambil berusaha terlihat menyembunyikan sesuatu ....

Buset apa dia sedang tertawa? Dia menertawakan keadaan gawatku sekarang.

"Hei ..."

Aduh. Apa, sih kakak ini? Pergi sana!

"Nama ..."

Sepertinya kakak itu sedang mencari tag namaku. Untung aku sudah sembunyikan benda tersebut ke dalam pakaian lebih dahulu sebelum dia ke sini.

"Namamu siapa?"

Aku melirik ke Alma lagi dan dia masih memandang ke arah lain.

Alma. Pfftt! Mungkin aku akan langsung dibanting oleh Alma kalau aku menjawab pertanyaan tersebut dengan menggunakan namanya.

"..."

Eh? Apa kakak tersebut sedang menunggu? Menyerahlah, cepat. Dasar! 

***

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang