93. Seperti Memberikan Ciuman Ke Pipi Dia Misalnya

12 1 0
                                    

Aku kira aku bisa sekelompok dengan Erza waktu MOS, tapi tidak terjadi. Aku kira aku bisa bicara dengan Erza ketika istirahat, tapi tidak terwujud. Sewaktu SMP kukira jenjang pendidikan berikutnya aku bisa lebih cepat untuk mendapatkan dia, namun baru aku mencoba mendekatinya, aku merasa itu masih terlalu awal bagiku.

MOS berakhir pukul tiga lewat lima belas menit. Terdengar bunyi klakson bersahutan dari depan sekolah. Pintu gerbang sekarang dipenuhi para peserta MOS yang mau pulang dan mobil-motor milik para orang tua yang menjemput anak-anak mereka.

Terus terang aku tidak terbiasa pulang sekolah jalan sendiri, aku baru merasakan pulang sekolah jalan kaki untuk pertama kalinya itu seperti apa adalah pada jenjang pendidikan ini. Ya, saat ini.

Semasa sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama tahun ketiga, aku senantiasa selalu diantar-jemput walau tempat tinggalku dekat dengan sekolah dan meski banyak anak-anak lain serta teman-temanku yang searah jalan pulangnya.

Ayah dan Ibu tidak mengijinkan aku pulang sendiri. Banyak yang dibatasi pada masa-masa itu.

Namun semenjak aku berada pada tingkat pendidikan ini, larangan itu sudah melonggar sekarang dan aku merasa sedih karena hal tersebut.

Ya, aku suka bentuk-bentuk kasih sayang orang tua. Aku merasa kurang dipedulikan bukannya kurang diberi kebebasan.

Pulang dari sekolah ke rumah dengan kakiku sendiri adalah pengalaman baru bagiku dan aku juga sedikit bersyukur jaraknya cuma 300 meter.

(Groowl ...)

Perutku berbunyi.

Banyak kerumunan orang di depan gerbang komplek. Mereka sedang ... oh pasar. Mereka sedang menghadiri sebuah pasar. Sedang ada pasar sore di sini. Mereka memakai lahan kosong yang ada di depan komplek.

(Grooowwlll!!)

Ughh ... perutku berbunyi lagi. Baiklah perut. Akan kupercepat langkahku. Semoga banyak makanan di rumah.

.... Dan rumah bibi dikunci.

Sepertinya bibi dan Grisnald tidak ada di dalam. Tapi tak apa, aku bisa masuk. Aku bawa kunci.

Waktu aku mau pergi ke dalam, aku dikejutkan dengan masuknya Grisnald ke dalam rumah terlebih dahulu dan langsung menyelonong saja masuk menuju kamarnya. Ia tidak merasa bersalah seusai berhasil membuat orang kaget.

Aku lalu mendekati lemari pendingin, menundukkan badan kemudian membukanya. Tidak ada apapun yang tertinggal untuk bisa dimakan di dalam kulkas. Bahan-bahan mentah untuk dimasak juga tidak ada. Di dalam kulkas cuma ada satu susu kotak UHT cair isi 200 ml dan beberapa apel.

Aku tidak suka apel.

Kalau susu?

Sudah kuhabiskan.

(Growwlll ...)

Aduh, aku masih lapar.

"Apa ibumu pergi ke pasar depan komplek, Grisnald?" Tanyaku sambil menengok ke arah kamar anak itu sebentar lalu kembali memperhatikan interior kulkas lagi.

"Mama ada di kantor percetakannya Ayah." Sahut dia dari sana.

Aku mengembalikan posisiku dari menunduk menjadi tegap lagi, dan kebetulan aku mendapati ada empat lembar uang warna hijau di atas kulkas. Kutanya Grisnald apakah uang ini ditinggalkan untuk membeli bahan dapur, terus Grisnald menjawab kalau itu adalah uangnya dan dia menambahkan lagi beberapa kalimat yang membuatku mengerinyitkan dahi.

Ia menjelaskan kalau itu untuk membeli paket internet.

"Kak Frida pakai selembar, ya? Buat beli makanan."

"Jangan, kak. Itu pas uangnya." Dia tiba-tiba keluar dari kamar lalu berjalan cepat kemari mendekati kulkas, terus tangannya langsung meraih-raih uang yang ada di atas kulkas tadi.

"Beli paket yang lebih murah saja dulu." Saranku sambil memberikan uang empat lembar yang ada di atas kulkas tadi ke tangan kecilnya.

Grisnald menggeleng dan ia cepat-cepat mengambil uang itu dari tanganku lalu mengamankan semua uangnya yang kuberikan tadi ke dalam saku celana dia.

"Selembar saja, Grisnald." Kataku memelas.

"Tidak mau."

"Buat makan." Kataku masih memelas.

"Itu ada apel di kulkas." Tunjuk Grisnald ke arah kulkas. "Grisnald sudah menunggu ini dua bulan." Terang dia menepuk-nepuk saku celana dia, tempat uang tadi bersemayam.

"Tablet Grisnald hampir tidak ada internetnya selama dua bulan dan ini untuk dua bulan yang tertunda itu." Lalu ia berpaling, berjalan ke ruang tamu dan duduk di sofa kemudian memasang kaos kaki yang ia keluarkan dari saku celananya dia yang satunya. "Lagian, sehabis pulang nanti ibu pasti membawa makanan serta bahan dapur, membelinya di pasar rabu depan sana." Tambah Grisnald.

"Terus kenapa kau masih duduk diam di sini?"

Anak itu tampak kebingungan dengan pertanyaanku dan ia tampak berusaha memprosesnya kemudian ia terlihat berhasil menyambungkan pertanyaanku tadi ke paket internet itu.

"Grisnald menunggu mama. Mama akan menemani Grisnald membeli paket internet."

"Kenapa tidak minta ibumu saja untuk titip membelikanmu paket itu?"

"Mama punya kecenderungan selalu memilih paket yang terlihat murah tapi sebenarnya lebih mahal. Grisnald jera mengandalkan mama."

Ugh ... entah kenapa hatiku tiba-tiba sakit setelah mendengar itu. Bagaimana denganmu, Bi?

"Terus berapa lama lagi ibumu baru pulang?"

Grisnald melihat jam dinding. "Satu jam lagi, kira-kira."

Keburu pingsan aku kalau harus menunggu ETA bibi selama itu. Hal tersebut juga tidak menjamin bibi membawa makanan yang bisa langsung disantap pas dia pulang nanti. Aku mesti harus berhasil bernegosiasi dengan Grisnald dan menjadikan uangnya tersebut sebagai jalan keluarku atas masalah kelaparan ini.

Bagaimana, ya? Apa aku menggunakan pesonaku saja sebagai perempuan untuk bisa mencapai hal tersebut? 

(Aku refleks menggelengkan kepalaku).

Tidak, tidak. Aku tidak boleh memberikan pengaruh buruk pada anak ini. 

Sedikit saja sih, seperti memberikan ciuman ke pipi dia misalnya.

(Aku refleks menggelengkan kepalaku lagi).

Tetap tidak-tidak. Itu sama saja.

Tapi aku juga tidak mau memberikan dia hal lain, seperti tawar-menawar orang dewasa pada umumnya yang kelihatan sepele namun sebenarnya ada banyak hal merugikan di situ.

Dia bisa meniru hal tersebut lalu menggunakan hal itu dikemudian hari ketika dia nanti menghadapi kondisi yang sama seperti keadaanku sekarang.

Widih! Jauh sekali Frida kau memikirkannya.

Ooo ... iya, dong! Begini-begini, cita-citaku adalah menjadi The Best Housewife untuk calon suamiku dan anak-anakku nanti. Itu tidak seberapa.

Hmm ... terus ...  jadi bagaimana dong ini?

***

Author Note:

1. Atau biasa disebut Estimated Time Of Arrival (ETA) adalah perkiraan waktu kedatangan sebuah kapal, kendaraan, pesawat terbang,kargo, layanan darurat atau orang, diperkirakan akan tiba di tempat tujuannya.

2. Housewife? Ibu rumah tangga.

Adiknja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang