Part 1

11.3K 616 10
                                    

Setelah pria itu sampai di rumahnya, dia melihat anak perempuan nya telah menunggu nya di ruang tamu.

"Heii... Apa kamu menunggu ayah pulang?" Tanya nya.

Gadis itu langsung berlari memeluk nya.

"Aku telah lama menunggu ayah pulang." Pria itu mengelus rambut anaknya.

"Irene, dengarkan ayah baik-baik, besok Uncle Sehun akan menjemputmu. Kamu akan tinggal bersamanya mulai besok." Ucapnya. Irene tidak menjawabnya sama sekali, dia hanya melihat ke mata ayahnya, mencari sebuah kebohongan. Namun nyatanya, dia tidak menemukannya.

"Kenapa??" Tanya Irene.

"Uncle sehun memiliki rumah yang besar, dan kamu akan tinggal disana." Ucapnya. "Kamu bisa membantu ayah kan?"

Irene mengangguk.

"Gadis ayah yang baik. Kita makan malam dulu, lalu kita Kemasi barangmu." Ucap nya.

Mereka makan malem seperti biasa, tidak ada yang berlebihan, hanya makan malam sederhana yang hangat.

Setelah selesai, mereka menuju kamar Irene untuk untuk mengemasi barangnya.

"Ayah, kenapa tiba-tiba sekali?" Tanya Irene.

"Iya sayang, agar kamu bisa hidup layak seperti kebanyakan anak lainnya."

"Tapi aku bahagia tinggal dengan ayah." Balas Irene.

"Ayah terlilit hutang sayang, ayah bisa melunasinya jika kamu mau tinggal dengan uncle sehun," ucap pria itu.

Irene menunduk dan berfikir. Entah kapan ayahnya memiliki hutang, mereka hidup biasa-biasa saja.

"Sayang, ayah akan menjemputmu suatu hari nanti oke? Kita akan bersama lagi, ayah janji. Untuk sekarang, kamu bisa tinggak bersama uncle sehun dulu."

Akhrinya, Irene pun mau untuk tinggal bersama Sehun.

"Yah, bisa aku tidur denganmu malam ini? Setidaknya untuk terakhir kalinya."

"Tentu saja boleh sayang." Pria itu memeluk irene dengan sangat erat.

*****

Pagi harinya, irene terbangun lebih dahulu karena mendengar suara bel yang mengusik tidur nya.

Klekkk!!!

Irene melihat Sehun dan beberapa pengawalnya sudah sampai.

"Uncle sehun?" Tanya irene.

"Hello Irene." Ucap Sehun, sambil tersenyum manis.

Irene terlihat bingung.

"Bangunkan ayahmu, dan bersiap lah, mobilku sudah menunggu."

Irene pun dengan cepat berlari menuju kamar ayahnya.

"Ayah, uncle sehun disini." Irene menggoyangkan tubuh ayahnya agar cepat terbangun.

"Benarkah?"

Pria itu dengan cepat menuju ke bawah.

"Selamat pagi Mr Ryan. Sudah mengucapkan selamat tinggal?"

"Mr Sehun," pria itu membungkuk dan kembali ke dalam untuk menemui Irene.

"Sayang, dengar kata ayah, jangan pernah kabur dari Uncle Sehun oke? Ayah menyayangimu."

Irene memeluk ayahnya dengan erat. Lalu dia menarik kopernya menemui Sehun.

"Baiklah, aku sudah siap." Ucap Irene.

Sehun tersenyum dan merangkul Irene. Koper nya langsung di bawa oleh salah satu bodyguard nya.

Irene duduk di sebelah Sehun tanpa berkata apapun. Hanya diam dan melihat ke luar.

"Berikan ponselmu."

Irene melihat ke Sehun.

"Untuk apa Uncle?" Tanya Irene bingung.

"Di mansionku, kamu tidak boleh memakai alat komunikasi apapun, sekarang berikan kepadaku." Ucap Sehun lagi. Tapi Irene masih tidak begitu yakin.

"Aku akan memberikannya lagi kepadamu jika sudah waktunya, berikan kepadaku dulu."

Irene menatap mata Sehun.

"Sekarang berikan dulu."

Akhirnya Irene memberikannya. Walaupun dalam hatinya, setidaknya dia di biarkan bermain ponselnya dan mengobrol dengan teman-teman nya.

"Apa kamu bersekolah?"

"Iya" balas irene singkat.

"Mulai besok kamu berhenti bersekolah di sekolah lamamu." Sehun yang langsung memutuskan sesuatu tanpa merundingkannya dulu dengan Irene.

"Kamu tidak bisa melakukan itu!!!"
Emosi Irene yang awalnya tenang kini memuncak. 

Sehun yang hanya diam di sebelahnya tanpa menghiraukan Irene yang mulai kesal.

Namun setelah cukup lama berdiaman di dalam mobil itu, sehun mengambil sesuatu.

"Kamu haus?" Irene menggeleng tanpa melihat ke arah sehun. Sehun pun yang awalnya diam, kini mulai kesal karena perempuan di depannya ini.

Tapi Sehun harus menahan emosinya, irene bisa ketakutan dan lari darinya. Setidaknya sampai mereka sampai di mansion Sehun. Dia tidak akan bisa kabur dari mansionnya.

Drtttt drttt!!!

"Hm" sehun menjawab telepon itu.

"Baiklah, sudah hampir sampai siapkan semuanya."

Sehun langsung menutup telepon itu.

Dia melihat ke arah Irene lagi yang sedang melihat ke luar.

"Begitu sampai, mandilah dulu." Ucap Sehun.

"Mengapa kamu terus mengaturku?" Tanya Irene pelan.

"Karena aku bisa. Dan kamu harus mematuhinya apapun itu." Balas sehun.

Irene menggeleng pelan. "Apa kamu gila dipatuhi karena kamu seorang CEO?"

"Tidak, kamu akan tau nanti." Gumam sehun.

Mereka sampai sampai di depan sebuah mansion yang amat besar.

"Sudah sampai," sehun keluar lebih dahulu lalu membukakan pintu untuk Irene.

Irene yang hanya diam menuruti apa kata Sehun ikut masuk dan langsung di antar ke kamarnya tanpa basa basi.

"Ada beberapa peraturan yang harus kamu patuhi disini. Yang pertama, jangan keluar kamar ini tanpa seijinku, kamu tidak akan mau melihatnya."

Irene tiba-tiba memotongnya "kenapa?"

"Lebih baik kamu tidak mengetahuinya, cukup. Lanjut. Kedua kamu akan mengikuti semua ucapanku karena jika tidak, akan banyak hukuman yang menantimu. Ketiga, kamu tidak boleh kabur dari rumah ini, karena jika sampai benar kamu berusaha untuk kabur, kamu akan langsung tertangkap dan aku bisa saja langsung melakukan sesuatu yang tidak pernah kamu bayangkan."

"Terserah saja, aku juga tidak akan kabur." Ucap irene. Mungkin dia sendiri juga sudah lelah di atur-atur walaupun baru sebentar.

"Dan kamu bisa mandi dulu, dan pakaian mu sudah ada di lemari." Sehun keluar dan Irene berjalan ke arah lemari. Saat dia membuka lemari itu. Baju itu bukanlah miliknya. Tapi itu sangat mahal.

Dia melihat salah satu bajunya, dan itu semua adalah barang branded.

Akhirnya karena irene tidak mau memakainya, dia tetap mandi tetapi memakai baju yang sama kembali. Selesai dengan acara berendamnya yang cukup lama, dia keluar dan hanya tiduran di atas ranjangnya. Tanpa ponsel. Tapi di depannya terpampang sebuah televisi dengan berbagai saluran yang dapat ia tonton. Setidaknya untuk mengurangi kebosanannya.


TBC

My Psycho Husband ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang