Part 40

3.4K 181 2
                                    

Sehun berjalan keluar dengan Irene di sebelahnya.

"Sehun, apa memang sepi seperti ini?" Tanya Irene. Irene benar-benar selalu bingung, Kenapa Sehun selalu membawanya ke tempat makan yang sama sekali tidak ada orang lain.

"Karena ini adalah gedung ku dan aku baru akan membukanya bulan depan, tapi sebelum itu, kita harus mencoba nya dulu, bagaimana rasa makanannya dan tempat nya." Ucap Sehun. Irene awalnya tidak sadar kalau Sehun bilang ini adalah miliknya. Tapi saat Irene sadar dia berdiri di tempat nya dah berhenti berjalan.

"Ini semua? Milikmu?" Tanya Irene. Sehun tersenyum dan mengangguk dengan bangga.

"Jangan khawatir, aku tidak mengeluarkan uang sedikit pun untuk gedung ini, nanti akan aku ceritakan saat kita pulang nanti. Sekarang ayo, perut ku sudah lapar" Ucap Sehun sambil mengulurkan tangannya. Irene menerima nya dan berjalan dengan Sehun yang menggandeng erat tangannya.

Sehun membawanya ke sebuah tempat, lebih tepatnya ke sebuah ruangan. Irene pikir itu adalah bioskop.

"Duduk di sini saja." Sehun mengunjuk ke salah satu ranjang yang ada di sana. Irene cukup bingung dengan ini, katanya Sehun mereka akan makan di restoran, kenapa mereka jadi seperti mau menonton bioskop. Tidak lama kemudian, ada beberapa orang yang membawakan mereka makanan. Ada meja kecil yang bisa di tarik untuk di jadikan meja makan.

"Kamu mau nonton apa?" tanya Sehun. Ini maksud Irene, dia lembut di satu sisi dan kejam di satu sisi nya lagi.

"Apa saja," Jawab Irene. Sehun seperti berbisik kepada salah satu pelayan di sana. Lalu mereka keluar dan lampu mulai redup, layar bioskop juga mulai menyala. "Nikmati saja, dan nyalakan lampu mejanya." Ucap Sehun. Irene langsung menyalakan lampu mejanya, jadi walaupun lampu di ruangan di matikan, mereka tetap bisa melihat makanan nya. Film nya sudah di mulai. Irene pun mulai makan dari makanan yang berat lebih dulu.

Tidak ada yang terjadi di sana. Mereka hanya makan dan menonton dengan tenang. Tidak ada percakapan sama sekali di antara mereka. Irene tidak sadar sejak tadi dia terus menonton sambil memakan makanannya dan sekarang piring nya sudah bersih. Dia melihat Sehun masih asyik menonton sambil memakan asparagus nya.

"Sehun." Irene memanggil nya. Sehun melihat ke arah Irene.

"Apa kamu benar-benar serius dengan ucapan mu?" tanya Irene.

"Menurut mu, jika aku tidak serius, apa aku akan membiarkan kamu menikmati semua yang menjadi milikku? Kamu sudah mendapatkan semuanya. Tempat tinggal, makanan, harta, dan diri ku. Kamu hanya perlu memutuskan nya bulan depan." Ucap Sehun. Sehun menggenggam tangan Irene. Irene sudah sering merasakan kehangatan saat Sehun menggenggam tangan nya.

"Habiskan makanan mu," Ucap Sehun melepas tangan Irene. Irene mengangguk dan melanjutkan makanannya sambil menonton film di depannya.

Di sela-sela makannya, Irene baru terpikirkan sesuatu lagi. Irene bingung apa dia harus menanyakannya kepada Sehun atau tidak.

"Irene, kamu baik-baik saja?" Tanya Sehun. Irene menggeleng. "Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan, tapi tolong jangan marah kepadaku." Ucap Irene. Sehun mengangguk. "Tanyakan saja." Balasnya.

"Apa kita bisa mengangkat Leva sebagai anak kita nanti? Jika aku setuju menikah dengan mu." Tanya Irene.

"Kamu ingin Leva?" Tanya Sehun.

"Ya, aku sudah terlanjut menyayangi nya," Jawab Irene.

"Entah lah, aku tidak yakin itu ide yang bagus." Balas Sehun. Sehun sebenarnya bukan tidak menyukai Leva. Hanya saja ada sesuatu yang membuat Sehun berpikir dua kali. Sehun takut kalau Leva itu adalah mata-mata musuh yang mengintai Sehun dari kejauhan dan berpura-pura menyamar menjadi seorang gadis kecil yang lucu. Atau bisa saja Leva kabur dengan data-data rahasia milik Sehun. Sehun hanya takut identitas nya terbongkar.

"Sehun, bagaimana jika semua yang kamu takutkan itu tidak benar-benar terjadi?" Tanya Irene.

"Aku selalu memikirkan kemungkinan terburuk Irene, itulah kenapa aku sukses sekarang." Jawab Sehun. Ya itu memang benar. Jika orang lain memikirkan kemungkinan terbaik yang bisa di capai, Sehun selalu memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.

Jadi sebelum semua itu terjadi, Sehun sudah menyiapkannya dan siap menghadapi nya dengan sangat mudah.

"Jika kamu selalu memikirkan kemungkinan terburuk nya, apa kamu tidak bisa sesekali memikirkan hal sebaliknya?" Tanya Irene lagi.

"Aku sudah melakukannya saat melamar mu." Balas Sehun. Itu berhasil membuat kedua pipi Irene memerah. Entah kenapa, setiap kali Sehun membahas tentang hal itu, Irene pasti selalu malu mendengarnya.

"Sudah jangan membahasnya lagi." Bisik Irene.

"Aku suka saat wajah mu memerah, kamu jadi semakin imut." Bisik Sehun. Tanpa sadar Irene memukul pelan wajah Sehun dan menjauhkan nya dari telinga Irene.

"Sudah sana." Irene mendorong Sehun menjauh dari Irene karena Sehun terus saja bergeser ke arah Irene.

TBC

My Psycho Husband ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang