Haiii readerss... Hari ini author lagi dapet ide terus, jadi di double up deh hari ini. Jangan lupa vote dan komen ya biar author makin semangta nulisnya.
Happy reading gaiss
******
Sehun dan Irene sudah sampai di depan sebuah rumah kecil.
"Ini aneh," Gumam Irene di depan rumah itu. Mereka masih belum keluar dari mobil.
"Apa yang aneh?" Tanya Sehun bingung.
"Aku tidak ingat rumah ku dulu seperti ini." Ucap Irene. Sehun tertawa.
"Aku juga tidak tahu dulu kamu bisa tinggal di sana dan tumbuh menjadi gadis cantik di rumah itu." Ucap Sehun. Irene menundukkan kepalanya karena malu mendengar Sehun memuji nya seperti itu. Perempuan mana yang tidak meleleh hati nya jika di puji oleh seorang pria tampan dan kaya raya.
"Jika kamu terus diam di sana dan merasa malu, kita akan pulang saja agar tidak membuang banyak waktu." Sehun mengangkat wajah Irene agar menghadap ke wajahnya. Wajah Irene pun semakin merah.
"Ayo turun, dan temui ayah mu itu." Sehun tetap di dalam mobil dan hanya Irene yang turun dari sana.
Irene masih tidak ingat sama sekali kenapa rumah nya bisa seperti ini? Kenapa Irene tidak bisa mengingat rumah lama nya? Yang dia ingat bukan seperti ini. Tidak mungkin Irene salah.
Irene membuka pintu itu. "Pintu nya tidak terkunci?" Gumam Irene pada dirinya sendiri. Irene memberanikan diri masuk ke rumah lama nya yang Irene sama sekali tidak ingat bentuknya.
PLAKKK!!! "Dasar wanita bodoh!! Kenapa kamu muncul di sini? Sudah aku bilang pergi!"
Itu memang benar suara ayah nya, tapi ada suara tangisan seorang perempuan yang sepertinya pernah dia dengar.
"Aku sudah tidak bisa melakukannya lagi? Di mana anak kita sekarang?"
"Dia sudah pergi, sama seperti mu."
"Kamu menjual anak kita? Kamu tega, kamu itu monster."
Irene benar-benar tidak tahan lagi mendengarnya. Irene membuka pintu itu dan dia melihat seorang perempuan dengan pakaian lusuh dan tubuh yang sangat kacau.
"Irene? Kenapa kamu bisa di sini anak? Di mana tuan Sehun?" Tanya ayah Irene. Irene melepas pelukan ayahnya itu. Dia tidak ingin di peluk.
"Apa itu ibu?" Tanya Irene.
"Irene? Ini ibu sayang, Apa kamu tidak mengenai ibu?" Tanya perempuan itu sambil menangis dengan sangat keras. Dia berusaha mendekati Irene tapi ayah nya menendangnya hingga perempuan itu kembali tersungkur ke lantai.
"Jangan dekati dia." Ucap nya.
"Tapi dia kan anak ku juga."
"Irene." Irene melihat ke belakang saat suara Sehun terdengar di telinganya. Sehun menarik Irene menjauh dari ayah nya.
"Kamu sudah melihat semua nya kan? Ini lah yang kamu sebut keluarga. Bagaimana pendapatmu melihat ini?" Tanya Sehun sambil tersenyum meremehkan melihat ayah nya yang ketakutan.
"Selamat siang tuan Sehun." Ucapnya.
"Oh ya, anak mu ini, terlalu berharga untuk tinggal di tempat seperti ini? Berapa banyak uang yang kamu dapatkan dari hasil menjual istri mu sendiri? Sudah berapa kali dia di pakai? Hmm?" Sehun bertanya dengan nada yang benar-benar merendahkan orang tuanya Irene.
"Ayah, jelaskan padaku. Ini Ibu kan? Kata ayah ibu sudah meninggal?" Bentak Irene. Ini benar-benar pertama kali nya Irene berteriak kepada orang tuanya. Menurutnya ini sudah benar-benar kelewatan. Selama ini ibunya masih hidup dan ayah nya menjual ibu nya untuk menjadi PSK? Bagaimana ayah nya itu bisa begitu kejam.
"Ibu," Gumaman kecil dari mulut Irene keluar. Dia benar-benar tidak kuat melihat keluarga nya yang hancur berantakan.
"Aku akan menceritakannya nanti, apa sekarang kamu mau pulang?" Tanya Sehun lembut kepada Irene. Irene hanya mengangguk. Dia kecewa dengan kedua orang tuanya. Sehun merangkul nya di pinggang dan membawa Irene pergi dari tempat itu.
Di dalam mobil, Irene tidak henti-henti nya menangis. Sehun pun sudah berkali-kali meminta Irene berhenti. Sekejam-kejam nya Sehun, dia belum pernah membuat wanita tersiksa secara batin. Ya jika mau Sehun akan langsung membunuhnya. Lagi pula dengan begitu dia tidak perlu memikirkannya lagi kan.
"Berhentilah menangis atau aku akan membuang mu di jurang." Gumam Sehun kesal. Sehun sudah menahan emosinya agar tidak meledak dari tadi. Dia tahu Irene sedang terpuruk. Tapi jika Irene terus saja menangis, ini malah membuat kepala Sehun menjadi sakit.
Irene berusaha menahan tangisannya sekarang. Sehun sepertinya benar-benar serius dengan ucapannya. Irene menatap Sehun. Wajah Sehun selalu saja datar, kecuali saat dia sedang bersenang-senang. Kalian pasti tahu apa yang di maksud Sehun dengan 'Bersenang-senang' kan. Bagi nya itu bersenang-senang, bagi orang lain, itu adalah jurang kematian, dia hidup mereka sudah berada di ujung jurang itu.
Irene menahan isakan tangis nya hingga Sehun mengantarnya sampai ke rumah Sehun yang besar dan mewah itu.
"Kita sudah sampai, Turunlah dan tunggu aku di kamar ku. Jangan berbuat aneh-aneh dan langsung ke sana." Sehun mengucapkannya dengan sangat dingin dan datar. Irene pun tidak berani membantah Sehun lagi. Sekarang penopang hidup nya hanyalah Sehun. Tidak ada yang bisa di harapkan lagi dari orang tuanya. Begitu juga dengan dirinya. Dia tidak pernah bekerja sekali pun. Bagaimana dia bisa bertahan hidup di luar sendirian? Itu pun jika Sehun membiarkannya hidup.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycho Husband ✔️
Fanfiction[COMPLETE] R18+ Seorang CEO tampan - Oh Sehun - yang terkenal dengan kepribadian nya yang dingin dan tegas, semua orang melihatnya seperti manusia yang terlahir dengan sangat sempurna. Namun tidak bagi Irene, Sehun memiliki sisi yang menyeramkan ya...