"Papa, Mama" Dua kata itu terus saja keluar dari mulut Leva. Irene semakin tidak tega jika Sehun tadi menyuruhnya untuk mematikan paksa robot ini. Irene tidak melihat Leva sebagai robot. Dia benar-benar seperti anak manusia biasa. Hanya saja tubuhnya terbuat dari mesin.
"Leva, kenapa kamu terus menyebutkan kata itu?" Tanya Irene. Irene duduk di atas ranjang nya jadi Leva mengikuti apa yang di lakukan oleh Irene.
"Mama," Leva mengunjuk ke arah Irene. "Papa" Leva mengunjuk ke arah pintu.
Irene mulai mengerti, sepertinya Leva menganggap Irene dan Sehun sebagai orang tua nya, walaupun sebenarnya itu bukan. Irene menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Dia berusaha menenangkan dirinya. Urusan Sehun saja belum selesai dan sekarang ada lagi masalah lain.
"Leva, berapa umur mu?" Tanya Irene.
"Umur? Apa itu umur mama?" Tanya Leva dengan suara khas anak kecil. Irene cukup terkejut, bukankah seharusnya sebuah robot mengetahui hal-hal umum seperti itu?
"Kapan kamu di ciptakan Leva?" Tanya Irene lagi.
"Professor menciptakan aku pada tahun 2000." Jawabnya. Karena Leva duduk di atas ranjang jadi kaki nya tidak sampai menyentuh lantai. Leva mengayun-ayunkan kakinya. Dia sudah benar-benar seperti anak kecil saja.
"Kalau begitu, kamu mau menunggu papa? Tapi sebelum itu, kamu harus diam di kamar ini, apa bisa?" Tanya Irene. Leva mengangguk dengan semangat. "Aku ingin bisa membantu papa." Ucap nya. Irene mengelus rambutnya dan memeluknya. Irene sebenarnya ingin sekali mengadopsi Leva sebagai anak nya. Tapi dia takut Sehun akan marah dan merusak Leva. Jadi lebih baik Irene menyimpan dulu rencananya. Tapi sebenarnya Irene juga membutuhkan bantuan Leva. Semoga saja dia bisa membantu Irene dengan rencana di kepala nya.
Irene keluar dan mengejar Sehun yang tadi pergi entah ke mana.
"Tio, di mana Sehun?" Tanya Irene saat melihat Tio yang babak belur di atas sofa.
"Bos Sehun tadi keluar, saya tidak tahu ke mana dia pergi, di mana robot itu? Dia meminta saya menghancurkannya sekarang." Ucap Tio.
"Tidak boleh, dia sekarang milikku, kamu pulang saja, Biar aku yang menangani Sehun." Ucap Irene. Tio tampak tidak yakin dengan Irene.
"Kamu tahu kan sudah berapa banyak perempuan seperti mu yang tewas oleh bos. Mereka semua sama seperti mu, menganggap diri mereka berharga di mata Bos Sehun. Bos itu hanya memiliki perasaan sementara. Saat dia menemukan yang lain, dia akan membunuh mu seperti yang lainnya.
"Maaf Tio, kenapa kamu ikut campur urusan ku? Jika pun aku akan mati, aku sudah tahu itu dari awal aku menginjakkan kaki di sini." Balas Irene lalu pergi meninggalkan Tio di sana seorang diri. Irene melihat mobil Sehun sudah tidak ada. Itu artinya Sehun sedang keluar.
Irene ingat sesuatu, di ponselnya di pasang pelacak oleh Sehun kan. Dan dari sana, Irene juga bisa melihat keberadaan Sehun. Ada untung nya juga Sehun memasang pelacak di ponsel Irene karena itu memberikan keuntungan tersendiri untuk Irene.
Irene kembali ke kamar nya di mana di sana ada Leva yang sedang menunggu nya. Irene duduk di atas ranjang dan berbaring di sana. Dia dapat melihat Sehun sedang berada di mana. Titik itu terus bergerak ke utara. Sepertinya Sehun pergi ke kantornya. Tapi kenapa harus ke sana selarut ini?
"Mama, Apa itu?" Tanya leva.
"Ini ponsel," Balas Irene.
"Lalu apa yang mama lihat?" Tanya Leva lagi. Dia meniru cara Irene berbaring.
"Leva, kamu tidak boleh seperti itu, engsel mu akan rusak." Irene menarik Leva ke atas dan menidurkan nya dengan posisi yang benar.
"Mama, Aku juga mau lihat." Ucap Leva.
"Baiklah ini," Irene memberikan ponselnya kepada Leva.
"Mama, Lihat ke atas." Leva berbaring dan sesuatu keluar dari matanya.
"Kamu bisa melakukan itu?" Irene melihat ke arah atas dan ternyata cahaya yang keluar dari mata Leva adalah semacam hologram yang bisa di gunakan di mana saja.
"Mama, Papa ada di situ." Ucap nya sambil mengunjuk sebuah mobil.
"Apa kamu bisa sedikit memundurkannya." Ucap Irene. Leva menjauhkannya. Itu benar-benar canggih, jika GPS lain hanya memunculkan titik, Leva bisa memunculkan semua nya hingga ke objek kecil sekalipun.
"Papa sedang berkendara menuju Utara, sepertinya dia ingin ke mendatangi kantornya." Ucap Leva.
"Aku pikir juga begitu." Balas Irene. Irene berbaring di sebelah Leva sambil melihat arah Sehun pergi malam-malam begini.
"Mama, Papa berhenti." Ucap Leva. Dia berhasil membangunkan Irene yang hampir tertidur.
"Benarkah? Di mana?" Tanya Irene. Dia berusaha membuka matanya dan melihatnya. Itu bukan di kantornya, tapi itu di rumah orang tua Irene.
"Apa yang dia lakukan di sana." Batin Irene. Seketika cahaya itu padam dan Leva berguling ke sebelah Irene. Leva menghadap wajah Irene. "Maaf mama, aku tidak bisa melihatnya lagi." Ucap Leva.
"Tidak apa-apa Leva, apa sekarang kamu lelah?" Tanya Irene. Leva menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak bisa lelah mama, mama tidur saja lebih dulu, aku akan menjaga mama." Ucap Leva. Dia bergeser ke arah Irene dan mempersempit jarak di antara mereka.
"Baiklah, tapi tolong bangunkan saat papa mu kembali ya." Ucap Irene. Leva mengangguk.
"Mama, Apa aku bisa menjadi anak kalian? Aku ingin memiliki orang tua." Ucap Leva. Irene mengangguk dan memeluk Leva.
"Tentu saja sayang," Balas Irene.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycho Husband ✔️
Fiksi Penggemar[COMPLETE] R18+ Seorang CEO tampan - Oh Sehun - yang terkenal dengan kepribadian nya yang dingin dan tegas, semua orang melihatnya seperti manusia yang terlahir dengan sangat sempurna. Namun tidak bagi Irene, Sehun memiliki sisi yang menyeramkan ya...