Setelah selesai makan, Sehun mengajak Irene ke atap. Irene tidak pernah ke sini sebelumnya. Di sana ada sebuah ranjang di tengah-tengah ruangan yang sangat besar.
"Aku biasa ke sini di saat aku sedang ingin." Sehun mengajak Irene berbaring di atas ranjang itu. Mereka bisa langsung melihat bintang karena di atas sana hanya di tutupi kaca yang berbentuk setengah bola, seperti di planetarium.
"Ini indah, malam ini cukup terang." Ucap Irene. Irene senang melihat bintang. Dari kecil dia memang sangat ingini melihat bintang dengan tempat yang nyaman. Hanya saja itu tidak pernah terjadi dan baru terjadi sekarang.
"Lihat ini." Sehun mengambil sebuah remot. Dia menekan satu tombol. Seketika satu ruangan itu di penuhi hologram bintang dan planet-planet kecil. Irene benar-benar terpukau dengan semua yang Sehun perlihatkan.
"Jika kamu mau melihatnya lebih dekat, tekan ini." Sehun memberikan remot nya kepada Irene. Irene melihat ke aras dan dia memperbesar tampilannya. Seketika kaca di atas mereka berfungsi seperti teleskop. Irene bisa melihat bulan dari sangat dekat dan juga planet-planet lain.
"Sehun, bagaimana kamu membuat ini? Pasti ini sangat mahal kan?" Tanya Irene.
"Uang ku sangat banyak, aku membangun apa yang ingin aku bangun dan melakukan apa yang ingin aku lakuan." Balas Sehun. Irene tersenyum. "Aku tahu itu." Balas Irene bangga.
****
Sehun terus saja mengagumi wajah Irene. Sehun bisa melakukannya karena Irene sudah terlelap sejak tadi. Dia mungkin kelelahan. Sisi lain Sehun sebenarnya sudah meronta-ronta karena dia tidak menyakiti siapa pun hari ini. Itu membuat sisi lain dirinya kehausan akan darah. Sehun sebenarnya sudah benar-benar ingin membunuh seseorang dan menyenangkan dirinya sendiri. Tapi setiap kali dia melihat Irene, semua pikiran itu hilang entah ke mana.
"Sehun, aku tahu apa yang kamu pikirkan," Sehun langsung melihat ke arah Irene ketika dia mendengar suaranya.
"Apa kamu masih bisa menahannya?" Tanya Irene.
"Dari mana kamu tahu itu?" Tanya Sehun bingung. Dia tidak yakin apa Irene benar-benar tahu apa yang Sehun pikirkan sekarang.
"Ya, Tetap lah bersama ku, aku yakin kamu bisa menahannya." Irene bukan sedang berusaha membuat Sehun tersiksa, tapi Irene berusaha membantu Sehun. Dia tidak bisa selamanya seperti ini. Suatu saat dia pasti akan tertangkap. Irene tidak menginginkan hal itu terjadi.
"Aku berusaha, Tapi ini bisa membuat ku gila Irene." Ucap Sehun. Dia bangun dari kasur dan langsung berjalan ke luar dari sana. Irene langsung berlari menyusul Sehun. Dia harus mencegah Sehun melakukan sesuatu seseorang.
"Papa.."
Sehun diam di tempat. Irene benar-benar tidak tahu apa yang membuat Sehun diam. Tapi yang pasti Irene mendengar seseorang berkata 'papa'.
"Kenapa kamu di sini?" Tanya Sehun dingin.
"Papa, Ini aku, Leva." Anak kecil itu berlari ke arah Sehun dan memeluknya. Irene cukup terkejut anak itu tidak langsung di tembak mati oleh Sehun di tempat karena berani memeluk Sehun seperti itu.
"Sehun, kamu mengenal anak itu? Bagaimana dia ada di sini?" Tanya Irene kebingungan. Sehun melepaskan pelukannya.
"Kamu tidak ingat dia? Anak kecil yang saat itu ingin aku bunuh, dia ini sebuah Cyborg." Ucap Sehun. "Padahal aku sudah menyuruh nya membuang nya, kenapa malah di perbaiki. Sepertinya dia sudah bosan hidup." Gumam Sehun.
"Sebentar, apa dia anak SMA yang waktu itu? Bukankah dia lebih besar dari ini?" Tanya Irene sambil mendekatinya.
"Mama.."
Irene terkejut ketika diri nya di panggil mama.
"Apa benda ini rusak?" Tanya Irene sambil memutar-mutar anak itu.
"Mama, Leva pusing, hentikan mama." Ucap nya. Irene langsung menghentikannya.
"Hei, Aku bukan mama mu." Irene berusaha memberitahunya dan meluruskan ini. Kenapa juga Irene di panggil mama oleh anak itu.
Klekkk....
Seseorang yang di tunggu Sehun akhirnya datang juga. "Aku butuh penjelasan sekarang." Ucap Sehun datar dan dingin disertai dengan aura menyeramkah yang keluar dari dirinya.
"Maaf bos, Dia melarikan diri saat saya sedang menghilangkan memorinya." Ucap Tio.
"Kamu sudah bosan hidup?" Tanya Sehun.
"Maaf bos," Dia terus saja meminta maaf dan Leva masih di pegang oleh Irene agar tidak berlarian lagi.
"Kenapa kamu belum membuang nya?" Tanya Sehun.
"Saat saya ingin membuangnya, dia menangis dan terus menyemut 'papa'." Jelasnya. Sehun mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Tugas ringan saja kamu tidak beres." Sehun berjalan melewati Tio begitu saja. Tio sudah sedikit bernafas lega karena Sehun tidak memenggal kepalannya saat itu juga. Itu sudah sesuatu yang sangat bagus untuk dirinya.
Irene berjalan mengikuti Sehun dengan menggandeng Leva.
"Sehun, tunggu." Ucap Irene.
Sehun langsung berhenti dan memutar tubuhnya. "Ada apa?" tanyanya datar.
"Apa yang harus kita lakukan dengan ini?" Tanya Irene.
"Aku tidak tahu, terserah kamu saja." Balas Sehun. Irene semakin bingung jika seperti ini.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycho Husband ✔️
Fanfiction[COMPLETE] R18+ Seorang CEO tampan - Oh Sehun - yang terkenal dengan kepribadian nya yang dingin dan tegas, semua orang melihatnya seperti manusia yang terlahir dengan sangat sempurna. Namun tidak bagi Irene, Sehun memiliki sisi yang menyeramkan ya...