Part 62

2.3K 158 5
                                    

Irene sekarang sudah berada di kamar nya. Sendirian. Lebih tepat nya Irene sedang berada di depan koper nya sendiri. Irene tidak tahu apa Sehun kali ini benar-benar memiliki tujuan agar Irene bersenang-senang atau Sehun ingin menjebak Irene lagi? Entah kenapa pemikiran itu kembali muncul. Walaupun Sehun terkadang baik kepada Irene, tapi kenyataan kalau Sehun masih sakit juga benar.

Sekarang Irene jadi takut membuat keputusan, apa dia pergi ke Amerika adalah pilihan yang tepat? Atau Sehun benar-benar menjebak nya untuk membunuh Irene di luar Korea? Irene ragu antara dia harus pergi atau tidak. Jika Irene tidak pergi, bagaimana jika memang ada sesuatu yang terjadi di sini dan Sehun tidak ingin Irene mengetahui nya, itu sebab nya Sehun menyuruh Irene pergi jauh untuk sementara. Jika itu tidak terjadi, bagaimana juga jika Irene pergi lalu terbunuh di sana?

Irene terlihat sangat bingung dan mental nya down. Tapi untuk sekarang, Irene tetap membereskan barang-barang yang akan di bawa nya. Lebih baik mempersiapkannya, jika Irene jadi pergi, dia tinggal membawanya, jika Irene batal pergi, Irene tinggal mengeluarkan semua baju nya lagi. Ya itu lebih baik.

Irene memilih baju-baju yang dia pikir mudah di gunakan dan nyaman saja. Irene tidak peduli jika baju nya itu tidak semodis di sana. Tapi jika benar Irene akan ke sana, tujuannya bukan untuk pamer, tapi untuk berlibur. Jadi untuk apa memedulikan semua itu. Lagi pula, baju yang Irene pakai sekarang tidak mungkin ketinggalan zaman, itu semua adalah baju branded yang harganya benar-benar mahal. Mahal untuk orang-orang awam, tapi tentu saja tidak untuk Sehun. Entah uang Sehun bisa di pakai untuk berapa turunan karena uang nya benar-benar banyak. Tanpa Sehun bekerja pun, mungkin dia akan tetap cukup untuk membiayai biaya seumur hidup Sehun.

Ya itu memang jumlah uang yang cukup gila. Sehun tidak pernah terlihat bekerja, tapi uang nya terus saja bertambah seperti Sehun tinggal mengetik angka uang yang dia mau dan itu sudah ada di depan matanya.

Mungkin itu wajar saja untuk Sehun karena perusahaan Sehun sangat banyak dan juga Sehun berinvestasi di banyak bidang. Sehun tidak akan pernah jatuh miskin. Irene akan menjamin hal itu.

Tokk... Tokk... Tokk...

"Silahkan masuk." Ucap Irene dari dalam kamar.

Ceklekkk..

"Nona Irene?,"

Irene berbalik dan melihat siapa yang memanggil nya. "Ya?" Balas Irene. Ternyata itu adalah Derrick.

"Tuan Sehun menyuruh saya untuk memasukkan koper anda ke mobil saat sudah selesai." Ucap Derrick.

"Baiklah, kamu yang akan mengantar ku nanti ke bandara?" Tanya Irene. Derrick mengangguk. "Ya nona." Jawabnya. Irene mengangguk lalu kembali ke urusan kopernya. Irene menutup koper nya dan mengunci nya.

"Ini derrick," Irene memberikannya.

"Baiklah, selamat beristirahat," Baru beberapa langkah dari tempat nya. Irene baru ingat kalau ada yang mau dia tanyakan pada Derrick.

"Derrick, tunggu."

Derrick berhenti lalu berbalik ke arah Irene. "Ada lagi nona?" Tanyanya.

"Tidak, aku hanya ingin bertanya, berapa lama kamu bekerja dengan Sehun?" Tanya Irene.

"Saya sudah sekitar 6 tahun, tapi ada yang lebih lama dari saya," Ucap Derrick.

"Siapa?" Tanyanya.

"Itu adalah tangan kanan pertama Sehun, dia sudah di bunuh oleh Sehun sendiri." Ucap Derrick.

"Lalu, apa kamu tahu tentang seorang perempuan yang mungkin saja terasa spesial untuk Sehun?" Tanya Irene.

"Saya rasa itu hanya anda adalah nona," Ucap nya. Irene masih terbayang foto itu. Irene tidak tahu siapa itu tapi itu terasa tidak asing.

"Tidak ada lagi?" Tanya Irene.

"Saya tidak begitu tahu tentang hal-hal pribadi tuan Sehun, di sini tidak mungkin ada yang bertahan lama jika dia mengetahui banyak hal tentang diri tuan Sehun." Ucap Derrick. Irene hanya mengangguk.

"Baiklah, terima kasih." Irene mengucapkannya dengan senyuman.

"Kalau begitu saya permisi dulu." Ucap Derrick lalu keluar dari kamar Irene. Irene hanya mengangguk sebagai jawaban.

******

Hari sudah berganti menjadi malam, Irene mungkin tidak akan melihat Sehun sama sekali dalam waktu satu bulan. Irene sudah menyiapkan semua yang Irene perlukan. Sekarang Irene dan Sehun sedang makan malam di ruang makan nya. Masih belum ada yang membuka pembicaraan karena masih sibuk dengan makanannya masing-masing.

Tapi mungkin Sehun merasa ini mungkin akan menjadi makan malam terakhir nya dengan Irene jika Irene tidak menerima nya, jadi Sehun berusaha membuka pembicaraan dengan topik apa saja.

"Kamu sudah membereskan semuanya?" Tanya Sehun. Irene mengangguk.

"Apa ada yang kamu butuh kan lagi?" Tanya Sehun lagi. Irene menggeleng. "Tidak." Jawabnya.

"Oh ya," Sehun mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. "Ini."

"Ini untuk apa?" Tanya Irene.

"Itu adalah kartu unlimited ku, kamu bisa menggunakannya sepuas mu di sana," Jawab Sehun.

"Aku tidak perlu kartu itu, aku hanya butuh uang untuk makan di sana." Ucap Irene.

"Bawa saja, terserah kamu ingin memakai nya atau tidak." Sehun menarik tangan Irene dan menaruhnya di atas telapak tangan Irene.

"Umm.. Baiklah." Irene sebenarnya tidak terlalu yakin dia tahu cara menggunakannya.

"Kenapa? Kamu tidak terlihat senang." Ucap Sehun, mungkin Sehun sudah menyadari nya.

"Setelah makan saja." Gumam Irene.

"Baiklah. Setelah makan ceritakan pada ku." Ucap Sehun. Sehun melihat Irene yang seperti nya tidak begitu senang seperti saat pertama kali Sehun menjanjikannya.

TBC

My Psycho Husband ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang