Part 41

3K 171 6
                                    

Selesai film itu, Sehun langsung kembali menuju mobil nya dan menjemput Irene di lobby utama nya. Irene menunggu di sana karena cuaca tiba-tiba saja hujan dan hanya ada satu payung di sana. Karena lobby utamanya tertutup dan ada tempat untuk turun naik pengunjung, Sehun akan menjemput Irene di sana saja agar Irene tidak kehujanan.

Sehun sudah berada tepat di depan Irene berdiri. Mungkin Irene sedang melamun sehingga tidak menyadari Sehun sudah berhenti tepat di depan dirinya. Sehun menurunkan kaca mobil dan sedikit berteriak karena suara hujan yang cukup keras. "Cepat masuk." Irene segera masuk ketika Sehun menyuruhnya.

"Maaf." Gumam Irene. Dia tahu Sehun sedikit kesal karena Irene malah melamun saat Sehun sudah tepat berada di depannya. Padalah hanya Sehun dan Irene yang berada di sana, dan tentu saja beberapa pekerja yang masih merenovasi bagian atas bangunan.

"Sehun, tadi kamu bilang ingin menceritakan nya," Irene berusaha mencairkan suasana mobil dengan obrolan ringan karena dari tadi mereka hanya diam diiringi dengan suara hujan di luar mobil mereka.

"Cerita apa?" Tanya Sehun. Sehun mungkin benar-benar tidak ingat karena ada banyak hal yang harus di pikirkan Sehun kan.

"Bagaimana kamu tidak mengeluarkan uang sedikit pun untuk gedung itu." Irene berusaha mengingatkannya lagi.

"Oh, tentang itu, ya itu adalah hadiah pemberian orang lain untuk ku." Jawab Sehun. Irene berpikir, sekaya apa orang itu hingga memberikan Sehun hadiah sebesar itu.

"Siapa yang memberikannya?" Tanya Irene. "Apa dia memberikannya begitu saja?" Tanya Irene lagi.

"Mana mungkin sayang ku, Aku membuat sebuah perjanjian dengan nya. Jika dia berhasil aku akan memberikan sesuatu yang menjadi milikku, tapi jika dia gagal, aku akan mencabut jantung nya dan menjual nya lagi." Ucap Sehun. Irene bergidik ngeri membayangkan semua itu. Kenapa ada orang gila yang mau membuat perjanjian mengerikan itu dengan Sehun. Apa dia tahu Sehun benar-benar bisa melakukannya bahkan dengan tangan kosong?

"Lalu? Kenapa kamu bisa mendapatkannya?" Tanya Irene.

"Itu karena dia memohon dan menggantinya dengan memberikan ku gedung itu dan salah satu ginjal nya." Ucap Sehun ringan. Irene semakin merinding mendengarnya.

"Kamu kenapa? Apa kamu sakit?" Tanya Sehun saat melihat wajah Irene semakin pucat.

"Tidak, aku hanya tidak ingin mendengarnya lagi." Gumam Irene sambil melihat ke depan kaca.

"Aku tidak menyuruh mu membayangkannya, itu memang menyenangkan untuk ku, tapi aku tahu itu sama sekali tidak menyenangkan untuk mu, jangan di bayangkan. Aku tidak meminta itu dari mu." Ucap Sehun sambil mengelus kepala Irene dengan lembut.

"Jika kamu memberitahu ku, seharusnya bilang dari awal kalau itu hal buruk, jadi aku tidak akan meminta mu menceritakan semuanya, atau kamu bisa melongkap saja bagian itu kan." Ucap Irene pelan. Sekarang rasanya seluruh makanan di perutnya ingin keluar lagi karena Irene tanpa sadar terus saja membayangkannya.

"Sudah jangan membayangkannya, ini." Sehun memberikan Irene sebotol air. "Minum ini." Ucap Sehun lagi. Irene menggeleng tapi Sehun tetap memaksanya untuk minum.

"Jika kamu sampai muntah di mobil ku, aku tidak akan segan menyuruh mu menjilat semua muntahan mu dan jika kamu tidak mau aku akan memotong lidah mu," Sehun lagi -lagi mengancam nya.

"Sehun, aku melihat ini adalah diri mu, cara mu mengancam ku berbeda dari sebelumnya, siapa itu?" Tanya Irene. Irene benar-benar melihat mata Sehun dan Irene melihat Sehun tidak sungguh-sungguh mengatakannya.

"Tentu saja ini aku, memang nya siapa lagi?" Tanya Sehun dingin. Tiba-tiba saja Irene melihat sesuatu yang berbeda lagi dari mata Sehun. Irene menurut dan meminum air yang di berikan Sehun. "Baiklah." Ucap Irene sambil meminumnya. Sehun tersenyum melihat Irene meminumnya.

Mungkin karena Irene kekenyangan dan cuaca yang cukup enak untuk tidur, Irene mulai merasa mengantuk dan tertidur di dalam mobil Sehun. Sehun menahan salah satu kepala Irene agar tidak membentur kaca mobil. Sehun mengambil bantal kecil yang ada di mobil nya dan menahan kepala Irene agar tidak membentur kaca mobil.

Sehun membawa mobil dengan kecepatan tinggi agar mereka cepat sampai di rumah Sehun. Entah apa yang di pikirkan Sehun hingga membawa mobil seperti orang kesetanan saja. Untung saja Irene sedang tertidur, jika tidak, Irene pasti akan berteriak dan menangis karena dia takut mati mudah karena kecelakaan yang terjadi karena hal konyol, Sehun yang mengebut tanpa alasan. Apa lagi sekarang sedang hujan deras seperti badai. Belum lagi petir dan kilat yang menyambar dan jalanan yang licin. Orang yang masih waras dan sadar tidak akan mau mengembut seperti apa yang Sehun lakukan sekarang.


TBC

My Psycho Husband ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang