Sehun kembali dari kantor nya untuk mengambil laptop nya yang tertinggal di sana selama beberapa hari. Sehun sama sekali tidak bisa bekerja tanpa laptop nya. Bahkan saat dia keluar kota, dengan bodohnya dia bisa lupa membawa Laptop nya. Akhirnya Sehun terpaksa mengakhiri pertemuannya dan kembali secepatnya. Tapi seharusnya Sehun mengambil nya lebih dulu, namun saat dia sampai di Kota, Sehun langsung bergegas ke apartemen Irene dan malah mengajak nya makan. Sampai malam, Sehun baru ingat kalau laptop nya itu belum di ambil. Entah sudah berapa banyak uang yang terbuang sia-sia karena kecerobohan Sehun. Mungkin berapa ratus Milyar? Ya menurut orang biasa, uang dengan jumlah segitu mungkin sangat besar, tapi untuk Sehun, uang segitu sama sekali tidak ada apa-apa nya. Sehun bisa dengan mudah mendapatkan uang segitu.
Sehun sekarang sudah sampai di rumah nya lagi. "Apa Irene sudah tidur?" Batin nya bertanya.
Sehun mencari nya di kamar nya sendiri, tapi sayang nya Irene tidak di sana. Sehun baru ingat, Irene pernah memiliki kamar sendiri. Sehun mengecek nya di sana. Dan benar saja, Irene sedang tertidur lelap bersama Leva yang berada di pelukan Irene.
Sehun ingin mengambil Leva dan menghancurkannya sekarang juga, tapi Sehun melihat Irene begitu tenang tidur bersama Leva seperti tidur bersama anak nya sendiri.
"Papa?" Suara itu muncul lagi dan terdengar hingga ke telinga Sehun saat Sehun hendak keluar dari kamar Irene.
"Jangan panggil aku papa." Ucap Sehun dingin. Leva berusaha bergeser dan ingin turun dari ranjang. Tapi sayang pergerakannya itu malah membuat Irene terbangun dari tidurnya.
"Leva, kenapa sayang?" Tanya Irene. Irene mengikuti arah pandangan Leva.
"Sehun, kamu sudah pulang?" Tanya Irene. Sehun hanya mengangguk.
"Kenapa dia masih menyala?" Tanya Sehun datar. Sedangkan Leva hanya melihat ke arah Sehun dan arah Irene secara bergantian.
"Aku ingin mengadopsinya," Irene berusaha untuk berani mengatakannya kepada Sehun. Walaupun menurut perkiraan Irene, Sehun akan marah dan tidak memperbolehkannya.
"Irene, sadarlah, aku di sini sudah menampung mu, lalu apa aku harus menampung sebuah robot juga?" Tanya Sehun kesal. Nada bicaranya pun memang terdengar cukup marah bercampur dengan kesal.
"Aku akan merawatnya, kamu tidak perlu melihat nya, aku akan menyuruhnya tetap di kamar ini." Ucap Irene. Dirinya masih berusaha mempertahankan Leva di dekatnya.
"Temui aku di kamar ku, kita bicarakan ini di sana." Sehun keluar dari sana dan menutup pintu nya dengan keras.
"Mama, Apa papa marah kepada ku?" Tanya Leva.
"Tidak sayang, pergi lah tidur, aku akan bicara sebentar dengan Sehun." Ucap Irene. Irene mengecup dahi Leva dan menyelimuti nya. Walaupun dia robot, kulit Leva sudah persis seperti kulit manusia yang bisa kedinginan dan berkeringat.
"Baiklah mama, jangan terluka." Ucap Leva. Irene membalasnya dengan senyuman di barengi dengan anggukkan kecil.
Irene menyusul Sehun ke kamarnya dan Irene langsung melihat Sehun yang sudah berada di atas ranjang dengan laptopnya.
"Duduk di sebelah ku." Ucap nya dengan nada memerintah. Dasar Sehun. Selalu saja seperti ini. Irene duduk di sebelahnya, di atas ranjang.
"Sekarang, apa yang harus kita bicarakan?" Tanya Irene.
Sehun berhenti mengetik dan langsung menutup laptop nya. "Kamu tidak ingin membuang nya kan?" Tanya Sehun.
"Ya tentu saja, aku ingin merawatnya dari pada membuang nya." Jawab Irene.
"Tapi aku ingin dia di hancurkan." Balas Sehun lagi. Kali ini dia benar-benar serius mengatakannya.
"Memang nya ada apa dengan cyborg itu?" Tanya Irene. Sehun membuang nafasnya dengan kasar sebelum menjawab pertanyaan Irene.
"Dia itu menyimpan data-data yang tidak boleh terbongkar." Ucap Sehun. Irene masih tidak mengerti. "Data apa?" Tanya Irene.
"Aku sudah melihatnya, di dalam chipset nya, terhadap data-data orang yang membuatnya dan mengirimnya ke sini, aku harus menemukan chipset itu sebelum orang lain. Satu-satu nya cara mengambilnya adalah dengan menghancurkannya terlebihi dahulu." Ucap Sehun.
"Tidak bisa kita meminta nya kepada dia baik-baik?" Tanya Irene.
"Mana mungkin dia memberikannya, lagi pula bisa jadi pengirim nya itu yang mengontrol penglihatan dan gerak gerik robot itu Irene. Jangan terlalu mudah percaya pada sesuatu." Ucap Sehun kesal. Bagaimana Irene hanya memikirkan sisi luar dari robot itu yang memang terlihat sangat manis dan lucu? Irene seharusnya juga berpikir. Selain manusia, jika ada sebuah robot yang di ciptakan untuk menjadi manusia buatan, pasti ada sesuatu hingga dia harus menciptakan manusia buatan seperti itu. Apalagi cyborg itu sudah hampir sempurna dan bahkan Sehun saja tidak berpikir Leva adalah sebuah robot saat pertama kali melihatnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycho Husband ✔️
Fanfic[COMPLETE] R18+ Seorang CEO tampan - Oh Sehun - yang terkenal dengan kepribadian nya yang dingin dan tegas, semua orang melihatnya seperti manusia yang terlahir dengan sangat sempurna. Namun tidak bagi Irene, Sehun memiliki sisi yang menyeramkan ya...