Irene dan Sehun keduanya sudah menyelesaikan makannya, tapi mereka belum selesai berbicara tentang banyak hal. Banyak yang Irene tidak tahu tentang Sehun. Mungkin kebanyakan orang juga begitu. Dan bisa jadi juga Sehun tidak menceritakan hal yang sebenarnya kepada psikiater dan psikolog yang dia temui karena Sehun sebenarnya tidak tahu apa-apa, dan itu semua hanya karena dia menanamkan suatu prinsip yang tidak benar mengenai orang-orang di sekitarnya.
Seperti membunuh bisa membuat mu senang, orang yang menderita akan membuat Sehun puas, Sehun bisa menyakiti siapa pun karena siapa pun bisa menyakiti Sehun, termasuk kedua orang tuanya. Cinta, kasih sayang, dan sejenis nya itu tidak lah nyata. Mereka hanya di ucapkan sebagai omong kosong yang tidak berarti.
Itu semua adalah berdasarkan pengalaman masa kecil Sehun. Itu semua bukan lah salah nya. Dia masih terlalu kecil untuk mengalami semua itu.
"Sehun, apa kamu ingin mencoba nya lagi?" Tanya Irene.
"Mencoba apa?" Tanya Sehun.
"Terapi itu." Ucap Irene.
"Tapi itu tidak akan berhasil." Sehun sudah tidak ingin merasakannya lagi, jika kalian pikir terapi itu hanya seperti tanya jawab dan melakukan beberapa kegiatan kalian salah. Sehun sudah menjalani terapi yang menyakitkan selama ini. Sehun tidak mau melakukannya lagi karena menurut nya tidak akan ada yang berubah. Semua nya akan tetap sama dengan atau tanpa Sehun melakukan terapi itu.
"Kalau begitu aku akan membantu mu, tanpa menggunakan terapi itu." Ucap Irene. Sehun tidak berpikir Irene sungguh-sungguh ingin melakukan itu untuk diri nya. Dengan begitu artinya Irene akan menerima semua risiko yang akan Sehun lakukan kepadanya. Bahkan jika benar-benar terjadi hal yang fatal kepada Irene.
"Kamu tidak perlu melakukan itu, jawab saya pertanyaan ku dalam sebulan ke depan." Ucap Sehun. Sehun bangun dari kursi nya lalu berdiri.
"Aku yakin kamu tidak akan mengantuk, jadi mau jalan-jalan sebentar?" Sehun mengulurkan tangannya ke pada Irene. Irene melihat jam, sekarang pukul 7 malam. Ini mungkin belum terlalu malam untuk berjalan-jalan sebentar.
"Baiklah." Irene bangun dari kursi nya dan langsung di gandeng oleh Sehun. Sehun membawa Irene ke dalam mobil nya.
"Kita mau ke mana?" Tanya Irene.
"Kita lihat saja." Sehun menyalakan mesin mobil nya lalu menginjak pedal gas. Mobil mereka mengarah ke luar gerbang rumah Sehun. Irene melihat ke luar jendela. Irene selalu senang jika di ajak Sehun keluar rumah nya. Bukan karena Irene tidak suka berada di dalam rumah, hanya saja rumah Sehun terlalu besar, jadi Irene lelah berjalan ke sana tapi yang di lihat hanya tembok saja. Jika berjalan ke luar, hanya melihat rumput, pohon dan kolam berenang. Menurut Irene itu semua menjadi membosan kan. Jadi dia akan senang jika Sehun membawa nya ke mana pun.
Sehun mengitari seluruh kota dan Irene cukup senang melihat gedung-gedung tinggi yang bercahaya dengan cukup terang. Irene tidak turun dari mobil, Sehun hanya mengajak Irene berkeliling dari dalam mobil. Ya sebenarnya itu benar-benar membuang bensin mobil Sehun, tapi memang itu tujuan Sehun, agar dia tahu tujuan dia bekerja. Selama ini Sehun tidak pernah tahu untuk apa dia bekerja begitu keras, Sehun tidak pernah tahu uang yang dia hasilkan akan di pakai untuk apa. Bahkan Sehun sudah membeli beberapa pulau pribadi dan tidak pernah menempati nya, hingga pulau itu di jadikan hanya untuk tempat pelarian darurat Sehun. Jika memang terjadi sesuatu di luar rencananya yang membahayakan diri nya, dia akan pergi ke salah satu pulau miliknya.
Sayang nya kejadian itu tidak pernah terjadi, hidup dan rencana Sehun terlalu mulus dan tidak ada cela sama sekali untuk yang nama nya gagal.
"Sehun," Irene memanggil nya.
"Ya?" Jawab Sehun.
"Bisa kita turun sebentar di supermarket, seperti nya aku ingin membeli sesuatu." Ucap Irene.
"Kamu ingin beli apa? Nanti akan aku sampai kan agar ketua pelayan membeli nya." Ucap Sehun.
"Tidak perlu, aku ingin membeli nya sendiri, lagi pula aku perlu memilih rasa yang ada di sana." Lanjut Irene. Sehun mengangguk dan menjalankan mobil nya ke supermarket terdekat. Irene turun dengan semangat karena akhirnya Irene bisa membeli sesuatu di supermarket. Sehun mengikuti Irene dari belakang. Sebenarnya Sehun hanya takut Irene akan mempermalukan diri nya sendiri di sini. Sehun juga tahu Irene tidak pernah berbelanja ke supermarket. Tapi seperti nya sudah terlambat untuk Sehun mencegah Irene mempermalukan diri nya sendiri, karena itu sudah terjadi.
Irene berjalan dan melihat-lihat barang lalu mencoba nya di luar fungsi nya. Seperti sekarang, Irene mengambil troli dorong dan mendorong-dorong nya seperti anak kecil yang baru pertama kali melihat nya. Orang-orang jadi memperhatikan Irene seperti orang aneh saja. Irene sendiri terlihat tidak peduli. Sehun langsung menggandeng Irene.
"Ayo kita harus cepat kembali." Ucap Sehun. "Apa yang mau kamu beli?" Tanya Sehun.
"Aku ingin membeli roti dan ice cream." Jawab Irene. Sehun memutar bola matanya. Jika hanya mencari seperti itu, di dekat rumah Sehun juga ada. Kenapa harus jauh-jauh ke sini.
"Ya sudah, pilih saja lalu kita bayar." Ucap Sehun. Irene memilih rasa ice cream yang dia inginkan lalu mencari roti tawar.
"Kamu ingin membuat apa?" Tanya Sehun.
"Aku akan membuat nya besok." Ucap Irene. Sehun hanya mengangguk lalu berjalan ke arah kasir.
"Sehun, tunggu." Irene berlari ke lorong lain dan Sehun terpaksa mengikuti ke mana Irene pergi.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycho Husband ✔️
Fanfiction[COMPLETE] R18+ Seorang CEO tampan - Oh Sehun - yang terkenal dengan kepribadian nya yang dingin dan tegas, semua orang melihatnya seperti manusia yang terlahir dengan sangat sempurna. Namun tidak bagi Irene, Sehun memiliki sisi yang menyeramkan ya...