Part 24

3.9K 237 12
                                    

Sehun kembali naik ke atas ranjang Irene.

"Kamu mau apa?" Tanya Irene ketakutan, Sehun dapat mengetahui nya dengan jelas kalau Irene sangat ketakutan karena suaranya yang gemetar dan tubuhnya yang sangat pucat.

"Dengan ini?" Sehun mengangkat pisau lipat itu ke dekat wajah Irene. Irene berusaha menjauhkan wajahnya dari benda tajam itu.

"Se-Sehun... Tolong hentikan.."

"Aku sedang bersenang-senang, kenapa aku harus menghentikannya?" Tanya Sehun.

Irene pernah berpikir dirinya bahagia dengan Sehun, bagaimana ini mungkin? Sehun sangat kejam dan akan selalu begitu. Apa pun yang di lakukan oleh Irene tetap tidak akan mengubah apapun tentang Sehun. Sehun adalah Sehun. Dengan sifat kejam nya dan kepribadian psikopat nya. Belum ada satu orang pun di dunia ini yang bisa mengubah sifat Sehun dan meluluhkan hati nya.

Irene memejamkan matanya ketika Sehun menggores permukaan pipi Irene dengan pisau itu. Irene sama sekali tidak berani membuka matanya. Irene benar-benar takut Sehun akan mencongkel mata nya atau menusuknya dengan kejam.

"Buka matamu." Sehun mengucapkannya dengan lembut, tapi sisi lembut Sehun malah membuatnya semakin menyeramkan.

Irene hanya diam dan tidak membuka matanya.

"Aku bilang buka mata mu Irene." Sehun menyuruh Irene untuk yang kedua kali, tetapi dengan suara yang lebih kencang.. Sehun benar-benar menakutkan di mata Irene sekarang.

Dengan sangat terpaksa, Irene harus membuka matanya dan melihat Sehun ada di hadapannya dengan sebuah pisau di tangnanya dan Irene sama sekali tidak biar kabur dari sini. Jika pun Irene memberontak dan berusaha kabur, Sehun pasti akan menarik kaki nya lebuh dulu. Irene tidak ingin membuat Sehun semakin marah kepadanya. Sehun tidak akan segan menghabisi Irene dengan cara yang sadis sekalipun.

Sehun tersenyum melihat Irene berani membuka matanya sekarang. "Aku bahkan belum mulai." Ucap Sehun saat melihat Irene yang sudah pucat dan mengeluarkan keringat dingin.

"Sehun. Hentikan saja, dan beri tahu aku kenapa kamu tiba-tiba pulang dan marah kepada ku?" Tanya Irene.

"Karena kamu sudah bersenang-senang tanpa aku, dan sekarang kita harus bertukar posisi agar ini semua adil." Balas Sehun.

"Tapi kamu mengambil paksa dari ayah ku, menurut mu apa itu adil?" Tanya Irene lagi. Lagi-lagi pipi Irene basah karena air matanya sendiri.

"Ya itu adil, Ayah mu memiliki hutang dan aku mengambil mu sebagai pelunas hutang, sayang, jadi jangan ungkit itu lagi, Atau aku tidak akan segan menyobek mulutmu dan menjahit nya lagi." Ucap Sehun. Sehun kali ini bangun dari ranjang Irene dan berjalan ke arah kamar mandi. Irene hanya memandang punggung Sehun yang mulai menjauh dari nya. Dia sedikit bernafas lega sekarang. Setidaknya Sehun tidak jadi mengoyak daginginya.

Tangan Irene masih terikat oleh dasi Sehun. Irene tidak bisa merusaknya begitu saja atau dia ingin mati di tangan Sehun. Jadi pilihan terbaik adalah Irene tetap di atas ranjangnya dan tidak bergerak hingga Sehun kembali dan melepaskan ikatan di tangan Irene.

Saat Sehun kembali, Irene sudah tertidur di atas kasurnya dengan kondisi tangan yang masih terikat. Sehun memperhatikan semua lekuk wajah Irene. Irene memang sangat cantik, walaupun wajah nya terlihat dingin, sikap nya tidak seperti itu. Sehun melepaskan dasi nya dan membetulkan posisi tidur Irene. Tidak lupa Sehun menyelimuti tubuh Irene dengan selimut di atas ranjang.

Sehun keluar dan melihat sekeliing. Tempat ini masih sangat rapi. Irene pasti sering membersihkannya. Tapi kenapa Sehun seperti mencium bau sesuatu.

Sehun mengenali bau ini dengan sangat baik. Dia terus mengikuti bau itu hingga berhenti di dekat sofa. Sehun menunduk untuk melihat ada apa di bawah sofa.

"Vivi?" Sehun langsung melihatnya lebih jelas.

"Kemarilah." Sehun membuka tangannya untuk anjing kecil itu. Sebenarnya anak anjing itu sudah ketakutan sejak melihat kedatangan Sehun. Tapi dia memberanikan diri karena instingnya berkata dia bukanlah ancaman.

Manusia yang kenal dengan Sehun tidak akan pernah berpikir demikian. Sehun mengangkat anak anjing itu dan duduk di atas sofa. Ya, kita berdoa saja supaya anak anjing itu masih selamat di tangan Sehun.

Sehun hanya mengelus-elus anjing itu dan tidak melakukan apa pun padanya. Perlahan anjing kecil itu memberi kepercayaan kepada Sehun.

"Vivi?" Panggil Sehun. Anjing itu menggonggong ke arah Sehun.

"Aku tahu kamu bukan Vivi, tapi apa kamu mau di panggil begitu?" Tanya Sehun.

"Gukkk....Gukkk.." Dia melompat ke bawah dan mendekati kaki Sehun. Ekor nya terus saja bergerak dengan sangat bersemangat, Sehun tahu itu artinya dia senang di panggil begitu.

"Kamu sudah makan?" Tanya Sehun. Anjing itu diam.

"Ayo kita memberimu makan, sepertinya kamu lapar ya menunggu Irene sejak tadi." Ucap Sehun sambil berjalan ke arah dapur. Semoga saja Irene ada menyediakan makanan anjing. Dan ternyata tidak ada. Sehun ingin sekali menjambak Irene lagi. Bagaimana mungkin dia memelihara seekor anak anjing tanpa menyediakan makanan untuk nya.





TBC

My Psycho Husband ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang