Ini adalah hari di mana Irene dan Sehun akan pergi honeymoon. Mereka berdua sudah tidak sabar ingin pergi ke sana. Tapi mereka tidak mungkin mengajak Leva dan Vivi. Sehun sudah mengatakan kepada Irene, lebih baik mereka menitipkan kedua nya kepada Seulgi. Tapi Irene menolak dengan alasan, dia tidak mau merepotkan Seulgi dan suami nya lagi. Masalahnya Sehun dan Irene akan di sana cukup lama. Irene takut akan terlalu merepotkan Seulgi.
"Lalu kamu mau gimana? Tinggal saja mereka di sini?" Tanya Sehun. Irene sedang duduk di pinggir ranjang sedangkan Sehun sedang mondar-mandir di hadapan Irene dengan kepala pusing. Dia benar-benar tidak tahu, kenapa mereka tidak memikirkan Vivi dan Leva sampai hari keberangkatan mereka.
"Jangan di tinggal juga donk. Tapi jangan minta Seulgi juga." Ucap Irene. Sehun sudah semakin frustrasi dan mengacak-acak rambutnya.
"Bagaimana kalau begini, kita minta tolong Seulgi untuk Leva dan aku akan menyuruh Derrick menjaga Vivi." Ucap Sehun. "Mereka sudah berpengalaman kan." Lanjut Sehun pusing. Irene mengangguk.
"Begitu saja ya?" Tanya Sehun, Irene mengangguk.
"Kalau begitu kita harus bilang kepada Leva dulu." Ucap Irene. "Aku akan bilang kepada nya." Irene bangun dan keluar kamar nya.
Sehun sendiri menelepon Derrick untuk menitipkan Vivi kepadanya.
"Leva." Irene memanggil nya.
"Ya mama?" Jawab Leva.
"Mama dan papa akan pergi, kamu bersama aunty Seulgi ya?" Tanya Irene. Irene harap Leva akan menurut, karena Sehun tidak memesan tiket untuk Leva. Leva juga tidak memiliki paspor.
"Tapi Leva mau ikut." Ucap nya.
"Leva tidak memiliki paspor sayang, kamu tidak bisa naik pesawat dulu." Ucap Irene. Leva terlihat sedih karena harus di tinggal di sini.
"Nanti saat mama kembali, kamu ingin di bawakan apa?" Tanya Irene.
"Leva ingin adik," Jawabnya cepat. Irene pun tersentak kaget karena permintaan Leva sungguh membuatnya berpikir.
"Adik?" tanya Irene memastikannya. Leva mengangguk dengan sangat bersemangat.
"Aku ingin teman bermain, tolong berikan aku adik, adik yang sesungguhnya." Ucap Leva. Dia terlihat sangat berharap.
"Baiklah, tapi sekarang, kamu di rumah aunty Seulgi dulu ya." Ucap Irene. Leva mengangguk. Irene senang karena akhirnya Leva mau di bujuk.
"Ayo kita pergi sekarang." Ucap Irene. Leva turun dari ranjangnya dan berjalan dengan di gandeng oleh Irene.
Mereka mengantar Leva ke rumah Seulgi dulu sebelum mereka ke bandara. Seulgi terlihat sangat terkejut ketika Sehun bilang dia ingin menitipkan Leva di rumah Seulgi.
"Bisakah kamu tidak terus-menerus merepotkan aku." Ucap Seulgi.
"Jika aku bisa, aku tidak akan merepotkan mu kan." Balas Sehun. Walaupun Seulgi pintar, dia akan selalu kalah berdebat dengan Sehun. Sehun adalah orang yang memiliki kemampuan debat yang sangat bagus sehingga dia sangat jarang kalah berdebat dengan siapa pun.
"Baiklah, ayo Leva." Ucap Seulgi.
"Hati-hati mama, papa, jangan lupa buatkan aku adik ya." Ucap Leva. Seulgi mengambil Leva dan membawanya masuk ke dalam. Sehun kembali ke dalam mobil bersama Irene. "Bagaimana Leva bisa mengetahui hal itu?" Gumam Sehun. "Apa kamu yang mengajarinya? Ah sepertinya itu tidak mungkin."
Sehun terus bergumam pada diri nya sendiri dan tidak sadar kalau Irene terus memandangi nya di sebelah dengan tatapan aneh.
"Kamu ini kenapa?" tanya Irene.
"Bagaimana Leva bisa meminta adik." ucap Sehun. Irene malah tertawa. "Aku juga terkejut ketika dia meminta nya kepada ku tadi pagi." Balas Irene. Sehun tersenyum. "Itu artinya kita harus memberikannya." Lanjut Sehun dengan tatapan mesum.
"HEIII!!!." Irene menepak wajah Sehun.
"Sudah lah cepat jalan." Ucap Irene. Sehun tertawa karena Irene terlihat sangat malu.
"Cepat, jika kita tertinggal pesawat semua ini salah mu." Ucap Irene. Sehun berhenti tertawa dan menginjak gas nya. Walaupun Sehun masih saja tersenyum.
Mereka sampai di bandara pada pukul 12 siang, pesawat mereka akan lepas landas pukul 1 siang, mereka masih memiliki cukup waktu.
"Kamu lapar?" Tanya Sehun ketika melihat Irene sedang menatap lapar ke arah orang-orang yang sedang makan mie instan.
"Ya?" Pertanyaan Sehun membuyarkan lamunan Irene.
"Apa kamu lapar? Kamu melihat orang yang sedang makan dengan tatapan seperti itu." Ucap Sehun.
Irene hanya melihat sekelilingnya lagi. Mereka di penuhi orang-orang yang sedang makan.
"Sedikit." Ucap Irene. "Tapi tidak apa-apa, kita bisa makan di sana nanti." Lanjut Irene.
"Tunggu di sini sebentar, jangan ke mana-mana." Ucap Sehun. Sehun berdiri dan berjalan ke sebuah etalasi dan membeli sesuatu di sana. Irene hanya melihat Sehun. Sehun cukup lama di sana.
Sehun kembali dan membawa sebotol minuman bersoda dan satu cup mie instan.
"Ini." Sehun duduk dan memberikan kepada Irene.
"Aku boleh memakan ini?" Tanya Irene. Sehun mengangguk.
"Hanya sekali ini saja, ini tidak sehat, tapi jika kamu mau, kamu boleh memakannya sesekali." Ucap Sehun.
Irene mengambil nya dari tangan Sehun dan memakannya. Sehun membukakan minuman itu untuk Irene dan membiarkan dia meminumnya.
"Kamu mau? Sini biar aku suapin." Ucap Irene. Sehun menutup mulutnya dan menggeleng. Tapi Irene terus memaksa. Akhirnya Sehun mau membuka mulutnya.
"Enak kan." Ucap Irene. Sehun mengangguk.
"Cepat habiskan, sebentar lagi kita harus naik ke pesawat." Ucap Sehun. Irene mengangguk dan dengan cepat menghabiskan makanan dan minuman di tangannya. Sehun tersenyum melihat Irene sangat menikmati semua yang dia berikan. Sehun mengelus rambut Irene dengan lembut.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycho Husband ✔️
Fanfiction[COMPLETE] R18+ Seorang CEO tampan - Oh Sehun - yang terkenal dengan kepribadian nya yang dingin dan tegas, semua orang melihatnya seperti manusia yang terlahir dengan sangat sempurna. Namun tidak bagi Irene, Sehun memiliki sisi yang menyeramkan ya...