Part 39

3.1K 181 8
                                    

Selesai sarapan, Sehun langsung membawa Irene ke kantor imigrasi untuk mengurus paspor nya dan lain-lainnya. Entah sudah berapa lama Irene berada di sini, mungkin sudah 5 jam tapi ini semua belum juga selesai.

Irene baru saja kembali dari toilet karena perut nya terasa mulas. Dia sekarang sudah selesai dan berjalan kembali ke arah Sehun. Sehun benar-benar sabar menunggu Irene di sana. Irene tidak pernah sekali pun membuat paspor jadi Irene tidak tahu apa pun tentang ini. Semua data yang di perlukan sudah Sehun kumpulkan berkat anak buah nya yang sangat handal dalam mengerjakan tugas-tugas mereka.

"Sehun." Irene kembali dari toilet dan duduk di sebelah Sehun.

"Berapa lama lagi? Aku lelah." Ucap Irene. Sehun menyenderkan kepala Irene ke bahu nya. "Sebentar lagi kok, tinggal ambil foto doank, terus kita pulang ya." Ucap Sehun.

"Sehun, bisa minta tolong anak buah mu untuk mencabut Leva. Seperti nya baterai nya sudah penuh." Ucap Irene.

"Nanti saja, tunggu kita pulang, kamu yang akan mencabut kabel nya sendiri." Jawa Sehun. Bukannya dia tidak mau, tapi Sehun takutnya orang yang dia suruh itu tidak bisa di percayai untuk hal itu. Jika dia lalai, Leva bisa saja kabur dan membocorkan sesuatu. Yang Sehun tahu, pasti Tio belum juga menghapus semua ingatannya, mungkin sebagian sudah, tapi tidak seluruhnya. Dia pasti ingat saat Sehun bertemu dengan nya di belakang rumahnya dan hampir membunuhnya juga.

Sehun mengelus-elus rambut Irene. Irene bisa saja tertidur di sini karena dia terlalu bosan menunggu sekian lama hanya untuk mengurus ini. Mungkin dia benar-benar harus ke luar negeri untuk membayar semua waktu yang dia buang hanya untuk membuat paspor nya.

"Jadi apa sudah kamu pikirkan?" Tanya Sehun. Irene menggeleng.

"Mau ku beri saran?" Tanya Sehun. Irene mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Sehun.

"Aku serius." Lanjut Sehun lagi.

"Baiklah." Jawab Irene.

"Kamu ingin ke tempat yang indah atau yang tenang?" Tanya Sehun.

"Entah aku tidak yakin juga, sepertinya aku kedua nya." Ucap Irene.

"Kalau begitu aku punya tempat nya, tapi kamu tidak boleh berbuat aneh-aneh di sana," Ucap Sehun.

"Benarkah? Aku punya sebulan kan?" Tanya Irene lagi untuk memastikannya.

"Ya, satu bulan dan hanya itu, tidak ada tambahan. Tapi kamu bisa pulang lebih awal jika kamu mau." Ucap Sehun lagi. "Semua biaya hidup dan tiket aku akan menanggungnya, tidak perlu khawatir. " Lanjut Sehun lagi.

"Baiklah, satu bulan. Itu waktu yang cukup panjang." Gumam Irene.

Tidak lama kemudian, Irene sudah di panggil untuk berfoto. Ya dirinya sebentar lagi akan menikmati semuanya. Semua yang tidak pernah dia bayangkan. Ini mungkin kesempatan pertama dan terakhir kali nya. Jadi Irene benar-benar harus menggunakan kesempatan ini dengan sangat baik.

Selesai dengan semuanya, Irene bisa mengambil paspor nya beberapa hari lagi. Irene sekarang berada di dalam mobil bersama Sehun. Entah ke mana Sehun akan membawanya. Irene sudah tidak takut lagi kepada Sehun saat Sehun membawanya ke suatu tempat. Irene hanya takut Sehun akan melakukan hal yang di luar pikirannya saja.

Irene sudah tahu, selama ini yang melakukan semua pembunuhan itu bukanlah Sehun. Irene seperti melihat ada orang lain di dalam tubuh Sehun. Entah lah. Irene sama sekali tidak mengenal diri Sehun lagi. Seperti itu adalah orang yang berbeda, bukan Sehun. Tapi dia hanya berada di tubuh Sehun untuk sementara dan menghilang.

Sebenarnya waktu satu bulan itu akan Irene gunakan untuk mencari semua jawaban yang ada di pikirannya sekarang. Dia membutuhkan tempat tenang. Tempat yang indah agar Irene bisa menenangkan dirinya.

"Irene," Sehun membuyarkan lamunan Irene.

"Iya?" Jawab Irene.

"Jangan melamun, kita sudah hampir sampai." Ucap Sehun. Irene melihat ke sekelilingnya. Mereka mau ke mana? Ini tempat yang sangat asing untuk Irene.

"Kita di mana?" Tanya Irene.

"Ada sebuah restoran yang baru buka di sekitar sini, aku ingin mencoba nya." Ucap Sehun. Irene tahu Sehun memang punya banyak uang dan suka menghambur-hamburkannya. Tapi dengan kelakuan Sehun saja, uang nya serasa tidak pernah berkurang sedikit pun.

Apa lah daya Irene yang tidak pernah memegang uang sama sekali sejak kecil. Irene terbiasa hidup miskin dan seadanya.

Sehun berhenti di sebuah gedung yang sangat besar. "Tempat apa ini?" Tanya Irene.

"Sudah ku bilang, ini adalah restoran sayang, ayo masuk." Sehun membukakan sabuk pengaman Irene dan keluar untuk membukakan pintu Irene.

"Ayo." Sehun merangkul pinggang Irene dan membawanya masuk ke sana. Irene benar-benar terpesona dengan desain nya yang benar-benar simpel. Sehun membawa Irene ke dalam lift dan naik ke salah satu lantai di sana.

"Kita akan makan di sini?" Tanya Irene.

"Ya, aku yakin kamu akan suka." Ucap Sehun.

TBC

My Psycho Husband ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang