25. Curhat

115 14 1
                                    

"Hoon, ngapain sih ke perpus jam segini? Nanti kan tinggal sambutan buat murid baru aja."

Tadi pagi mereka cuma diem-diem ae. Di aula baru tuh, staffnya pada sibuk semua untuk nyiapin acara sambutan ke murid baru nanti.

"Gapapa sih, gue mau ngajakin lo ngadem doang," jawabnya woles.

Perpustakaan itu emang selalu adem. Luasnya bisa se-kamar apartemen Doyoung dan air conditionernya aja ada 4. Dan di perpustakaan ini ada buku-buku yang bahkan limited edition, bayangin dah tu harganya berapa.

Se-kaya itu si Chenle.

Tapi anehnya, Chenle ga sekolah disini. Katanya sih dia sekolah di sekolah yang masih satu rumpun sama organisasi CulTech.

Sekolah gue yang paling bagus diantara sekolah-sekolah CulTech yang lain, gitu kata Chenle.

"Edan, gue kirain lo rajin—bakal baca buku," ucap Doyoung sambil milih buku.

Chihoon ngambil buku dari rak atas, "Gue emang rajin, rajin napas maksudnya."

Doyoung ketawa males, "Sa ae lo pantat panci, lawak bener."

Chihoon ama Doyoung duduk di kursi yang udah di sediain, menghadap ke air conditioner.

"Hoon, lo udah berapa lama tinggal di apartemen itu?" tanya Doyoung, ngebolak-balik halaman bukunya doang.

Chihoon serius baca buku, tanpa noleh dia pun jawab. "Sekitar 5 tahunan, dah lumayan lama."

"Njir, sejak lo SMP dong ya? Trus, tinggal sama siapa?"

Kepo bener Doyoung ni.

"Ama pacar, tapi dia udah pergi," jawab Chihoon seadanya.

Doyoung bingung, "Pergi?"

Chihoon ngangguk, "Dia udah meninggal, 2 tahun lalu."

Doyoung k-geat.

"K-kenapa pacar lo bisa meninggal? Astaga, Hoon, gue turut berduka...gue juga minta maaf," cicit Doyoung takut.

Cowo Choi itu malah ketawa kecil, "Gapapa Young, lagipula itu udah lama. Dia...kecelakaan."

"Waktu itu hari ulang tahun gue. Di hari ulang tahun gue itu, mantan pacar gue ke apartemen. Pacar gue tau dan langsung marah, dia gamau ketemuan sama gue."

"Setelah gue telfonin terus dan berusaha ngejelasin apa yang sebenernya terjadi, dia ngerti dan maafin gue. Naasnya, pas dia mau balik ke apartemen—dia kecelakaan."

Chihoon ngehela napas berat, "Dan waktu itu gue kecewa banget, karena mantan pacar gue sendiri yang sengaja nyelakain Chan. Chan padahal selalu biasa aja sama mantan gue ini, tapi dia malah di gituin."

"Chan cuma marah, dia ngga ada ngechat mantan gue macem-macem kok. Tapi takdir udah kejadian, kita sama-sama gabisa ngelak."

Doyoung yang denger gitu, matanya udah berkaca-kaca lagi. Sial, sebaper ini dia huhuhu.

"Yang bikin gue selalu inget dia itu...dia selalu dateng di hari ulang tahun gue. Chan selalu dateng bawain gue kue, nyanyiin lagu selamat ulang tahun, dan semua yang biasa kita berdua lakuin."

"Tapi sayangnya itu cuma mimpi," sambungnya.

Doyoung ngusap lembut tangan Chihoon, "Relain ya Hoon, dia pasti lebih bahagia kalo elo bisa ngerelain dia."

Chihoon ngangguk pelan, "Lambat laun gue pasti bisa, Young. Makasih, maaf jadi curhat gini duh," katanya trus ketawa canggung.

"Jangan begitu, gue temen lo juga."

Doyoung senyum manis, "Lo kuat, dan gue yakin lo bisa."



[2] TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang