"NGGAK! LEPASIN GUE, BANGSAT!"
Doyoung meronta-ronta, coba ngelepas pegangan erat Johnny dan Yuta di tangannya.
"JEFFREY! NGGAK, GUE MOHON JANGAN PERGI JUGA!" gertak si manis lagi.
Kenapa Doyoung tau berita ini? Karena tadi dia berniat keluar dan pergi ke supermarket. Tapi karena ngeliat halaman gedung pertemuan ini rame banget, Doyoung ama Johnny penasaran ga ketulungan—jadilah mereka nerobos orang-orang dan dihadapin sama 1 lagi kenyataan pahit.
Jasad Jeffrey yang terkapar bersimbah darah namun yang netra Doyoung tangkep adalah kebahagiaannya yang pergi untuk selamanya.
Johnny langsung ngehubungin semua anggota mereka serta pak Yonghwa. Sekarang, pak Yonghwa dan istrinya lagi bersiap masuk ke ambulan untuk nganter Jeffrey ke rumah sakit.
Tempat kejadian perkara seketika rame sama orang-orang, mungkin nanti bakal lebih rame lagi karena polisi dan awak media.
Doyoung terus-terusan memberontak, tapi gabisa sampe tenaganya terkuras habis. Lalu dengan sisa-sisa tenaganya, dia ngelirih ke Yuta dan Johnny,
"Ke rumah sakit."
Yuta dan kawanannya langsung bergerak cepat, mereka bertiga masuk ke mobil dan ngendarainnya pake kecepatan tinggi. Di ikutin sama temen-temen yang lain, Yuta ngeratin pegangannya ke stir dan nginjek pedal gas makin dalem.
"Bertahan Jeff, gue mohon dengerin gue sekali ini aja," bisik Yuta.
•
"Gue ngga sanggup kehilangan lagi, Val, gue gak bisa..."
Doyoung cuma nangis dan nangis sambil nunggu autopsi mayat Jeffrey selesai.
Di pelukan Valennia, cowo itu nangis sesenggukan dan ngerasain apa yang dia rasain seminggu lalu. Sesek, sedih, marah, kecewa, kehilangan, semuanya bercampur jadi satu.
Johnny, Lucas, Kun, Chihoon, Yuta, Eunwoo, Mingyu berdiri di depan ruang oprasi nemenin Yonghwa. Sedangkan Nayeon, Jihyo, Daniel, Minhyun nenangin mama Jeffrey—Shinhye yang nangis sampe sesek.
Ini berat, berat banget buat semuanya. Gimana bisa orang sebaik Jeffrey bisa tertembak, sampe di lempar dari atas gedung kaya gitu?
Takdir ini kerasa ngga adil banget.
1 setengah jam kemudian, dokter keluar dari ruang oprasi.
"Seperti yang kalian tau, dia kehilangan banyak darah. Di tambah kepalanya yang terbentur parah, mengakibatkan kepalanya retak dan darahnya semakin menipis."
Air mata Yonghwa jatuh gitu aja.
"Saya turut berbela sungkawa atas kepergian anak anda, tuan."
Dokter itu menunduk sebentar dan ngehela napas panjang, "Kalian boleh nemuin dia, jika sudah siap di pindahkan—tolong kabari pihak rumah sakit."
Yonghwa di bantu Johnny dan Lucas, ngelangkah lamban sampe akhirnya ada di samping jenazah Jeffrey. Shinhye juga di bantu jalan sama Daniel-Minhyun.
"Jeffrey...kenapa kamu bisa begini nak..." lirih Shinhye yang nyayat hati semuanya.
Mereka berdua ngga pernah mikir kalo Jeffrey bakal terlibat kejadian berdarah kaya gini. Mereka ngga habis pikir, sebenernya ada apa di balik semua ini? Apa motifnya? Dan, apa salah Jeffrey?
Yonghwa ngegenggam tangan kaku Jeffrey yang udah bersih dari darah, "Kamu satu-satunya yang kita punya, sayang. Kenapa kamu harus pergi secepet ini?" bisik sang papa yang kedengeran pilu.
Semua yang ada di ruangan itu nangis sambil ngucapin beribu doa serta pertanyaan dalam bisu berbalut air mata untuk Jeffrey.
Semuanya berakhir tragis.
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Trust
Fanfiction[Angst, Romance, School Life] "Okay, gue memang percaya sama lo. Asalkan lo inget, apa batasannya." -Johnny. • Completed • Sequel of Comfortable's • BxB / Yaoi / Homo / Gay • Bahasa non-baku • Hope you enjoy it, don't forget to vote and comment. Tha...