89. Rusuh

73 12 28
                                    

14 orang itu udah duduk anteng di kursi masing-masing. Mereka milih restoran sederhana dan makan makanan tradisional Korea. Masa makan junk food mulu.

Semuanya udah mesen kok, tinggal nunggu makanannya dateng. Mereka lagi sibuk ngobrol-ngobrol, tumbenan ngga ada yang main hape.

Mantap, quality timenya berjalan lancar.

"Wanjir, lo juga jelek tau! Kenapa masuk ekskul basket?"

Itu Daniel yang ga terima sama hinaan Lucas, katanya dia ga cocok jadi pemain basket karena mukanya jelek.

Topik yang ngga ada faedahnya.

Sesekali mereka ketawa dan ngebalesin lawakannya Lucas, kasian kalo ngga di tanggepin. Trus akhirnya mereka nemu 1 topik yang seru banget untuk di bahas.

Tentang si pengkhianat, Mark Lee.

"Setelah gabung ama Jaehyun, dia ga pernah nemuin kita lagi kan?" tanya Jihyo.

Semuanya kompak ngangguk, "Udah lupa temen dia mah, bodo amat gua," jawab Yuta.

"Takutnya dia nusuk dari belakang lagi, Yut," sela Johnny.

"Doyoung kan udah banyak punya bodyguard, lo ga perlu takut gitu lah," jelas Jeffrey woles.

Udah jelas lah, Doyoung kemana-mana kaya ngajak bodyguard. Di kelas ada Lucas, Nayeon, Jihyo, Kun. Kalo lagi ngumpul, Doyoung bakal punya 13 bodyguard. Di apartemen, ada Johnny ama Chihoon.

Keren juga, boljug boljug.

"Jangan di pikirin lagi, dia juga kaga ada bertindak macem-macem," kata Minhyun santuy.

Yang paling was-was disini ya Johnny ama Doyoung, jangan lupain Jeffrey.

"Kita bakal selalu sama-sama, saling jaga satu sama lain," kata Nayeon ngingetin.

"Iya dong! Kita kan udah kaya keluarga~" kata Lucas yang bikin semuanya ketawa kecil, terharu ama kata kingkong itu.

Mata mereka seketika berbinar pas liat pelayan ngebawain makanan mereka. Ga lama setelah itu, semua pesenan mereka dan side dishnya menuhin meja. Ga pake nunda-nunda lagi, mereka kompak ngangkat sumpit dan senyum lebar.

"Selamat makan!"

Ga jauh beda sama kondisi chaos Yuta and the geng, ada sekumpulan orang yang di duduk di depan cafe. Mereka juga ga kalah rusuh, lebih tepatnya rusuh untuk nyusun sesuatu.

"Gimana? Mereka ngomongin sesuatu?"

Salah satu cewe disana ngangguk, "Gue masih bisa denger, dia ngomongin tentang lo," katanya sambil nunjuk cowo yang duduk di depan laptop.

"Gue gak peduli," gumam cowo yang duduk di depan laptop.

Orang yang dihormati, yang ikut kumpul disana, agak berdeham karena kerongkongannya kerasa kering. "Kapan itu akan di berlakukan?"

Cowo yang duduk di samping cewe itu negakin kepalanya, "Malam ini," jawabnya tanpa ragu.

"Seriusan, kak? Bisa?" tanya cowo di depan laptop.

Dia ngangguk yakin banget, "Kakak bisa ngatasin semuanya, kamu fokus untuk nyusun rencananya dan kasi tau kakak apa yang harus kakak lakuin."

Cowo yang duduk di samping si pengutak-atik laptop pun bergumam, "Semoga ini berhasil dan kita semua akan beruntung."

Si cowo di depan laptop mulai ga fokus, mikirannya melayang kemana-mana.

"Semoga. Kita harus bunuh dia, gimanapun caranya—itu harus."



[2] TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang