81. Kim Yoonrim

83 11 16
                                    

"Doyoung, jelasin kenapa lo sepanik ini, ada apa?!"

Lucas ngegoyangin bahu Doyoung yang naik-turun ga beraturan karena nangis, "DIEM LO!" bentak si manis.

Lucas dkk auto bungkam dan ngelirik satu sama lain, sebenernya ada apa?

Mereka ada di van yang di kendarain sama salah satu bodyguard Chihoon. Chihoon sendiri nyetir mobil yang udah jauh di depan bareng Jeffrey dan Johnny serta Yuta. Sisanya ada di van, gak kalah panik.

Iya, Chihoon udah bisa ngendarain mobil di usianya yang ke-16 itu. Padahal 4 tahun lagi baru legal. Wanjay, nguji nyali banget.

Tadi Doyoung dapet telfon dari kakak ayahnya a.k.a tantenya—Shin Yoonseo, yang bilang kalo neneknya masuk rumah sakit. Yang bikin Doyoung panik bukan itu, tapi suara teriakan anak kecil yang meraung-raung manggil nenek.

Doyoung harap feelingnya, pemikirannya, semuanya salah.

Cukup 15 menit, mereka sampe di rumah sakit yang di kasi tau ama Yoonseo. Tanpa nanya ke resepsionis, Doyoung dkk langsung ke lantai 14 dan nyari kamar 1402.

Yoonrim ngga punya riwayat penyakit apapun. Demi Tuhan, terakhir Doyoung dan Johnny ngunjungin Yoonrim—semuanya baik-baik aja.

Mereka sampai, dan Doyoung jadi pihak pertama yang bicara.

"Nenek baik-baik aja kan, tante?"

Sebab di sambut sama wajah murung, sendu, dan gelap bikin mereka bersebelas cukup bingung. Terutama, Doyoung.

Kaki Doyoung langsung di peluk sama keponakannya, Hyunil dan Hyungi yang nangis sambil teriak-teriak.

"Sayang, bilang sama uncle, nenek kenapa?" tanya Doyoung lembut, suaranya bergetar entah karena apa.

Hyunil dan Hyungi ga ngejawab sama sekali, Yoonseo sendiri masih aja nangis kejer sambil duduk di kursi.

"GRANMA KENAPA, HYUNGI?! JAWAB UNCLE!" teriak Doyoung, bikin Hyungi nangis makin keras.

Semua yang ada di depan ruang rawat nomor 1402 itu cuma diem, nangis, ngga ada yang jawab pertanyaan gampang dari Doyoung.

Di tengah kebisuan itu, dokter dan dua perawat dateng. Mereka nyamperin Yoonseo, bilang sesuatu yang jadi mimpi terburuk dan paling buruk Doyoung hari ini.

"Jenazahnya akan segera di pindahkan."

Bagai disambar petir di siang bolong, Doyoung negakin kepalanya dan natap ga percaya dokternya.

"Dokter bilang apa? Ne-nenek saya...meninggal?" tanya Doyoung pelan setelah berdiri di samping Yoonseo.

Apa katanya? Neneknya meninggal?

Nggak, nggak mungkin.

Gak mungkin neneknya ninggalin Doyoung secepet ini.

Dokter itu ngangguk, "Kim Yoonrim meninggal karena racun cicutoxin. Sekitar 2 jam sebelum kematiannya, Kim Yoonrim diperkirakan mengonsumsi makanan yang telah di campur dengan bubuk dari akar Water Hemlock."

"Nggak.." lirih Doyoung pelan.

Doyoung dengan segala kenangan indahnya sama Yoonrim, membeku di posisinya. Air matanya netes, hatinya sakit, kepalanya pening, badannya kaku.

Yoonseo dengan suara serak bilang ke dokternya, "Tolong berikan waktu sebentar lagi," katanya pake nada memohon.

Doyoung mematung walau Johnny ngerangkul bahunya, niatnya diajak ke ruang rawat Yoonrim dan nyapa neneknya yang udah pergi itu.

"Sayang, ayo ketemu nenek dulu..." pinta Johnny pelan, berusaha tegar juga.

Tanpa banyak bicara, Doyoung, Johnny, Yoonseo, Hyungi dan Hyunil masuk ke ruang rawat itu. Seketika teriakan serta tangisan Doyoung pecah—menuhin relung hati mereka.

Hening, berkabung duka.



[2] TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang