Night

18.3K 1.4K 38
                                    




Malam ini langit sangat indah dengan taburan bintang-bintang yang sibuk berkedip, tanpa satu awan pun yang menghalangi cahaya bulan. Malam yang sempurna untuk pelajaran astronomi. Tapi sayangnya menara astronomi kini sedang sepi. Tidak ada orang kecuali satu pemuda bersurai pirang platina yang sibuk memandang langit di depan jendela tanpa kaca itu. Angin malam membelai lembut kulitnya. Cukup dingin, tapi tak sampai membuatnya menggigil ataupun berniat beranjak dari posisinya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Draco -pemuda tadi- menolehkan kepalanya ke belakang. Harry Potter berdiri dengan jarak beberapa langkah darinya. Draco tidak tau sejak kapan pahlawan dunia sihir itu berada di sana, dia tak mendengar langkah kakinya.

"Nothing" Jawaban singkat Draco dan posisinya yang kembali seperti semula -memandangi langit malam- membuat Harry mendekatinya.

Harry memeluk Draco dari belakang, menempelkan pipi kanannya di punggung Draco yang terasa hangat walaupun dari tadi angin malam menyapa kulitnya.

"Tidak bisa tidur?" Draco memegang tangan Harry yang memeluknya, sedikit mengelusnya. Pertanyaannya dijawab dengan anggukan pelan oleh Harry.

"Ingin tidur di menara Head? Kata sandinya masih sama" Tawaran Draco terdengar menarik, tetapi Harry menolaknya dengan menggelengkan kepalanya dan mengeratkan pelukannya.

"Aku ingin disini bersamamu" Jawab Harry pelan.

Tahun ini Draco menjabat sebagai Head Boy, dengan Hermione sebagai Head Girl. Dan seperti yang telah kita semua tau bahwa para Head mendapatkan fasilitas berupa kamar pribadi. Dan Draco tidak menyia-nyiakannya, dia sengaja ingin menjauh dari anak Slytherin yang lain. Tentunya kecuali Blaise, Theo, dan Pansy.

Bahkan awalnya Pansy sempat bertengkar hebat dengan Draco. Pansy dengan frontal mengatakan Draco adalah penghianat -karena keluarganya telah menyebutkan nama-nama death eater ketika sidang di Kementrian- di depan wajah Draco sendiri di ruang rekreasi asrama Slytherin. Malam itu ruang rekreasi Slytherin memanas ketika Pansy berteriak histeris mengungkapkan segalanya dan diakhiri dengan menampar wajah Draco. Draco hanya diam dengan pipi berwarna merah membentuk cetakan tangan dan pergi ketika Pansy terduduk sambil menangis, Draco sempat melihat Theo menenangkannya.

Setelah kejadian hebat dan menggemparkan asrama ular semalam, paginya Pansy kembali seperti biasa seolah dia tidak pernah meneriaki ataupun menampar wajah Draco. Yeah.. sahabat. Sehebat apapun pertengkaran, pada akhirnya akan kembali seperti semula seolah pertengkaran itu tidak pernah terjadi.

"Dray, kau melamun?" Pertanyaan yang Harry keluarkan membuat Draco menyadari pelukan Harry telah terlepas dan kini pemuda dengan bekas luka yang dulunya sering dia jadikan ejekan itu berdiri disampingnya dan memegang tangannya.

Draco tersenyum tipis, "Ayo kembali, disini semakin dingin"

Harry menghentikan langkah Draco dengan memegang jubah yang Draco kenakan. Membuat Draco menatapnya dengan pandangan bertanya.

"Akhir-akhir ini kau sering melamun. Apa kau ada masalah? Jika iya kau bisa menceritakannya padaku, aku pendengar yang baik"

Draco merengkuh tubuh yang lebih pendek darinya itu, mencium kepala Harry berkali kali dan akhirnya mengatakan "Aku merindukan Severus"

Harry melepaskan pelukan Draco dan melihatnya tepat di mata kelabu yang sedikit redup itu. Memegang wajah Draco lalu mengecup hidungnya. Membuat Draco memejamkan matanya.

"Bagaimana jika besok kita ke kantor Professor Dumbledore dan meminta izin untuk menjenguk Professor Snape di St. Mungo?"

Ayah baptis Draco masih dirawat karena luka yang disebabkan oleh gigitan Nagini sewaktu perang cukup parah. Untung saja nyawanya masih bisa diselamatkan. Dan pelajaran Pertahanan terhadap Ilmu Hitam diambil alih oleh Profesor Lupin yang akhirnya setuju kembali ke Hogwarts setelah Harry berkali kali membujuknya.

"Jadi besok kencan kita di rumah sakit?" Nada jahil terdengar dan semakin lengkap dengan wajah Draco yang menampakkan seringai.

Harry merasakan wajahnya memanas. Semburat merah muncul di pipinya. Draco yakin warna kesukaannya adalah hijau, tapi ketika melihat pipi Harry seperti sekarang dia bisa mempertimbangkan warna merah sebagai warna kesukaannya juga.

Draco mengecup gemas kedua pipi Harry, membuat warnanya semakin merah. "Kau sangat menggemaskan"

"Tidak. Aku tidak menggemaskan" Sangkal Harry.

Draco tertawa pelan ketika melihat Harry meninggalkannya dengan langkah lebar-lebar. Lalu menyusulnya dan meletakkan tangannya di pinggang kekasihnya.

"Tidur denganku malam ini" Bisiknya.

"Jika aku menolak pun kau akan memaksa" Ada nada jengkel dalam jawaban Harry.

Draco kembali tertawa, tidak terlalu keras karena tidak ingin membuat keributan di malam yang sunyi ini. "Kau mengenalku dengan baik, Love" Ujarnya lalu mengecup pipi Harry.












END

Karena aku ga suka mereka meninggal. Jadi... Ya... Gitu...

DRARRY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang