Malam semakin larut. Udara yang menyentuh kulit terasa semakin dingin. Bintang yang berada di langit selalu terlihat indah. Tak pernah gagal membuat sang pengamat jatuh cinta. Dan selalu membuatnya mendapatkan berbagai macam pujian dengan senyuman yang terukir di wajah.
"Di sebelah kiri." Harry menunjuk menggunakan jarinya, tangan kirinya sibuk memegang mug berisi cokelat panas.
Draco mengangguk, "Aku melihatnya." Pemuda berambut pirang platina itu mengeratkan pelukannya pada pinggang sang kekasih yang duduk di depannya, diantara kedua kakinya.
Keheningan menyelimuti keduanya selama beberapa saat. Mereka mendongakkan kepala untuk melihat cantiknya cahaya yang dihasilkan oleh beberapa batuan angkasa yang terjatuh dan sempat bergesekan dengan atmosfer bumi itu. Orang awam menyebutnya dengan Shooting star.
Diam-diam Draco merasa bersyukur dapat menyaksikan hujan meteor kali ini bersama Harry. Mengingat betapa berantakannya hubungan keduanya beberapa bulan lalu. Dia memiringkan kepalanya lalu mengecup pipi berlemak kekasihnya.
"Terimakasih." Bisiknya di dekat telinga Harry.
Tangan kanan Harry memegang tangan pucat yang berada di pinggangnya kemudian mengelusnya pelan.
"Seharusnya aku yang berterimakasih padamu," Ujarnya, masih dengan netra yang memandang beberapa meteor yang jatuh. "Terimakasih telah membawaku kemari dan jujur saja aku masih merasa bersalah atas tindakan kekanakan ku."
Draco melepaskan pelukannya dan sedikit menggeser duduknya agar dapat melihat wajah kekasihnya dengan jelas. Pergerakannya membuat selimut yang tadinya melapisi mereka kini terlepas. Dia meraih cokelat panas Harry dan meletakkannya. Tangannya menangkup wajah si pemilik netra sewarna emerald yang selalu dia puji itu. Netra yang terlihat semakin mempesona jika dilihat dari jarak sedekat ini.
"Bukankah kau sudah berjanji tidak akan membahasnya lagi?"
Harry mengangguk.
Draco tersenyum tipis lalu mengecup bibir kekasihnya yang sedikit pucat karena kedinginan. Dan benar saja, bibir Harry terasa dingin. Dia pun memutuskan untuk menyentuh bibir itu lebih lama dan melumatnya, tidak hanya mengecupnya. Hanya beberapa lumatan dan gigitan kecil, murni untuk menyalurkan perasaannya.
"Aku mengingat ciuman pertama kita." Kata Harry setelah Draco melepaskan bibirnya.
"Saat kita memutuskan untuk tinggal lebih lama sedangkan yang lain memilih pulang dan melanjutkan tidur mereka. Yeah, aku ingat."
🐍🦁
"Kau tidak pulang?" Tanya Hermione yang tengah memasukkan buku catatannya kedalam tas.
"Sebentar lagi. Masih menunggu ciptaan Tuhan yang mengagumi ciptaan-Nya yang lain." Draco tersenyum tipis ketika Hermione tersenyum geli padanya.
Sepertinya gadis itu tahu bahwa teman sekelasnya yang berambut pirang menyukai sahabatnya, Harry Potter. Lalu Hermione pamit pulang dan berjalan menjauh setelah melambaikan tangannya.
Pertanyaan yang sama Draco dapatkan dari Ron dan Theo yang berjalan menuju tempat parkir.
"Aku menunggu Harry."
Ron menoleh dan mendapati Harry yang sedang duduk diam di atas pasir pantai. Pemilik rambut merah itu mengangguk paham lalu menguap lebar. "Aku butuh tidur. Mungkin aku akan bangun saat siang. Lagipula aku tidak ada kelas hari ini."
"Tapi nanti malam, lebih tepatnya tengah malam kau harus menyiapkan setidaknya dua gelas kopi agar matamu dapat terbuka." Balas Theo yang terlihat jengkel saat Ron tidak menutup mulutnya ketika menguap.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRARRY ONESHOOT
FanfictionDrarry Oneshoot Twoshoot Multi chapter Harry Potter © J.K. Rowling Picts isn't mine Jangan plagiat