"AKU SIBUK! SEHARUSNYA KAU MENGERTI POSISIKU!"
Teriakan tetangga flatnya itu menghentikan Harry dari aktifitasnya membuat sketsa, tugas salah satu mata kuliahnya yang harus dikumpulkan minggu depan. Yeah, anak rajin.
"SIBUK? SIBUK KAU BILANG?! APAKAH MAKAN SIANG BERDUA DENGAN CEDRIC ADALAH KESIBUKAN YANG KAU BICARAKAN?"
Oh, Harry kenal suara ini. Suara sahabatnya, Ronald Weasley. Ngomong-ngomong apa yang dilakukan oleh Ron di sini? Harry sangat yakin dirinya tidak salah ingat bahwa Ron tinggal di flat yang terletak di dekat wilayah kampus. Bukan di sekitar sini dan tentu saja bukan di gedung ini. Dan kenapa dia berteriak dengan Hermione? Si tetangga sebelah kiri flatnya.
"KAU SALAH PAHAM, RON! KAMI TIDAK SENGAJA BERTEMU DI SANA!"
Harry bangkit dari posisi duduknya, tangannya membuka pintu flatnya dengan pelan. Kepalanya melongok keluar, matanya melihat Ron dan Hermione berdiri di depan pintu flat Hermione. Saling berteriak.
"KAMI?! KAMI KAU BILANG? SEJAK KAPAN KAU DAN DIA MENJADI KAMI?"
"AKU MENGATAKAN BAHWA AKU TIDAK SENGAJA BERTEMU DENGANNYA. MENGAPA KAU MEMPERMASALAHKAN HAL SEPELE?"
"HAL SEPELE KATAMU, 'MIONE?"
"IYA. HAL SEPELE"
Yeah, Ron memang seperti itu. Sering membesar-besarkan hal yang kecil. Bisa saja kan Hermione salah memilih kata? Bisa saja.
"Aku lelah. Sebaiknya kau pulang"
Kini Hermione sudah tidak berteriak lagi dan segera memasuki flatnya. Mengabaikan keberadaan Ron di depan pintu flatnya. Ron berbalik dan berjalan menuju tangga di dekat flat Harry.
"Hai, mate" Ron menyapa Harry yang hanya memperlihatkan kepalanya di pintu yang sedikit terbuka, "maaf aku membuat keributan, sampai jumpa" kemudian Ron berjalan mendekati tangga.
Harry masih setia melihat punggung sahabatnya berjalan menjauh. Hingga mata hijau Harry melihat sosok tinggi yang berdiri terdiam di tangga teratas. Ternyata Harry bukan satu-satunya saksi mata pertikaian antara Ron dan Hermione. Apakah itu si tetangga misterius yang flatnya terletak tepat di sebelah milik Hermione? Dari ciri-cirinya mengatakan iya. Berambut pirang dengan tinggi badan yang menjulang. Seharusnya para penggosip di gedung ini menambahkan poin tampan, bukan hanya rambut pirang dan badan yang tinggi.
Tetangga misteriusnya itu mengenakan pakaian yang santai. Kakinya dibalut dengan sepatu merek ternama berwarna putih, celananya yang berwarna hitam juga dari satu merek yang sama karena mata jeli Harry dapat menangkap lambang centang itu. Badannya memakai kaos polos berwarna putih dan jaket hitam dengan merek yang sama karena lagi-lagi Harry melihat lambang centang itu di dadanya. Masih setia memperhatikan penampilan tetangganya, Harry terkejut ketika melihat kanvas yang dibawa oleh tetangganya itu.
"Ada yang bisa ku bantu?"
Oh, God! Suara itu sangat... Kenapa suara bisa terdengar tampan? Kenapa Harry tidak memiliki suara seperti itu? Tuhan tidak adil padanya.
"Hey?"
Si tetangga melambaikan tangannya di depan wajah Harry yang terdiam mematung.
"O-oh? Hai. Ma-maaf aku melamun" Harry gugup bukan main. Dan ada apa dengan suaranya yang tergagap itu. Memalukan.
"Ada yang bisa ku bantu?"
"Hah? Oh? Sepertinya tidak"
"Baiklah" kata si tetangga yang kemudian melangkahkan kakinya lagi.
"Memangnya aku kenapa?" pertanyaan yang Harry ucapkan dengan pelan itu membuat si tetangga bertubuh tinggi menghentikan langkahnya dan menoleh pada Harry.
"Kau melihatku tanpa berkedip. Ku kira kau mengenalku atau semacamnya. Atau mungkin ada urusan denganku"
Tolong bawa Harry pergi sekarang juga. Dia sangat malu saat ini.
"Maaf. Aku hanya penasaran karena kau membawa kanvas" Harry menjelaskan sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal. Semoga pipi itu tidak memerah karena malu.
"Oh, ini" si tetangga sedikit mengangkat kanvasnya, "hanya sedang ingin melukis"
"Kau suka melukis?" suara Harry yang terdengar sangat antusias membuat si tetangga mengangkat sebelah alisnya.
"Begitulah" mengangkat bahunya, si tetangga menjawab dengan datar.
Masih dengan suara yang terdengar antusias, Harry tersenyum dan mengatakan bahwa dirinya juga sama. "Aku juga suka melukis. Bolehkah aku melihat lukisanmu?" ketika melihat tetangganya mengerutkan dahi, Harry buru-buru menambahkan "maaf, aku tidak sopan" kemudian mendekati sang tetangga.
"Aku Harry. Harry potter" Harry mengulurkan tangannya yang kemudian disambut dengan baik oleh si tetangga.
"Draco Malfoy"
Harry tersenyum. Akhirnya dia tau nama si tetangga misterius. "Senang berkenalan denganmu, Draco. Boleh aku memanggilmu begitu?"
Draco mengangguk, "Tentu"
Harry tersenyum lebar, "Kau juga harus memanggilku Harry"
"Okay"
END? TBC?
Kalo tbc mungkin lanjutannya ga dalam waktu dekat
KAMU SEDANG MEMBACA
DRARRY ONESHOOT
FanfictionDrarry Oneshoot Twoshoot Multi chapter Harry Potter © J.K. Rowling Picts isn't mine Jangan plagiat