Play

10.5K 884 248
                                    




Ruangan dengan pencahayaan minim itu sangat berisik. Sangat amat berisik. Hingga Draco pusing mendengar musik yang dimainkan oleh DJ di depan sana. Dia sangat ingin pulang, namun dia juga takut dengan ancaman Pansy. Sahabatnya itu mengancam akan membakar semua koleksi film dan video game miliknya jika dia pergi dari pesta ulang tahun gadis itu. Dan gadis itu tidak pernah main-main dengan ancamannya.

Draco menghela napasnya, tidak bisakah gadis itu mengadakan pesta ulang tahun yang normal? Tidak. Tingkah gadis itu saja tidak normal. Oh, ayolah.. mana ada orang normal yang mau berteman dengan Draco si kutu buku yang seleranya sangat payah. Pansy menyebutkan berjiwa tua. Ya, ya, terserah. Ketika semua orang menjauhinya karena sifatnya yang pendiam dan dianggap aneh oleh mereka, Pansy justru ingin berteman dengannya.

Oh, hampir lupa. Ada satu orang lagi yang bersedia menjadi temannya. Pemuda berkacamata dengan rambut hitamnya yang berantakan, Harry Potter. Dialah si nomor satu, saingan seorang Draco Malfoy yang mendapat julukan si nomor dua. Pemuda itu tipe orang yang pemalu dan tidak terlalu pendiam jika dibandingkan dengan Draco. Dia tipe mahasiswa ambisius yang menjadikan buku sebagai teman hidupnya. Tapi setidaknya dia masih memiliki beberapa teman.

Ngomong-ngomong soal Harry, sepertinya Draco melihat Harry. Dia memicingkan matanya, dan melihat Harry sedang menari dengan pemuda berbadan besar. Otak Draco menyangkal bahwa sosok yang kini tengah meliriknya itu adalah Harry. Tidak, mungkin mereka hanya mirip. Harry memakai kacamata, sedangkan sosok itu tidak. Harry adalah sosok yang pemalu, tidak mungkin dia berdekatan dengan orang lain dengan jarak sedekat itu. Oh, God! Apakah mereka akan berciuman? Dan kenapa Draco terus melihat mereka?

Draco mengambil asal gelas yang ada di meja dan meminumnya. Dahinya mengernyit karena merasakan pahitnya minuman itu, disusul dengan sensasi panas pada tenggorokannya. Apa yang baru saja dia minum?

"Hai."

Draco menoleh dan mendapati Harry duduk di sebelahnya. Tidak, bukan Harry. Mereka hanya mirip. Draco menggelengkan kepalanya sejenak, lalu membalas sapaan sosok itu.

"Kau sendirian?" Tanya sosok itu, dan Draco menganggukkan kepalanya ragu.

"Tidak ingin menari?" Kali ini Draco menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau hanya mengangguk dan menggeleng? Kau sakit gigi? Radang tenggorokan?"

Draco menggelengkan kepalanya lagi, "Tidak. Aku baik-baik saja," jawabnya dengan kikuk, "maaf, apakah kita saling mengenal?"

"What? Kepalamu terbentur sesuatu?"

Draco membelalakkan matanya, "Ja-jadi kau adalah Harry?" Harry menganggukkan kepalanya, "benar-benar Harry?" Harry mengangguk lagi, "Harry Potter?" kali ini Harry memutar bola matanya malas.

"Tentu saja ini aku. Tega sekali kau melupakanku, Draco."

"Maaf. Aku sempat tidak mengenalimu, kau terlihat berbe-"

"Berbeda. Yeah, aku tahu" Potong Harry, lalu dia meraih gelas yang sebelumnya di minum oleh Draco dan menenggak isinya. "bagaimana penampilan baruku? Apakah aku terlihat lebih tampan?"

"Kau terlihat lebih manis," Jawab Draco tanpa sadar. Kemudian dia buru-buru menambahkan, "maksudku kau terlihat tampan. Tentu saja."

Harry tersenyum tipis lalu mengalihkan pandangannya ke depan, "Terimakasih, aku tahu aku manis."

🐍🦁

Setelah cukup terkejut karena sosok yang dia pikir mirip dengan Harry ternyata memanglah Harry Potter yang dia kenal, kini Draco dikejutkan dengan Harry yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya dan mencium bibirnya. Draco pun hanya terdiam, dia tidak tahu harus berbuat apa. Come on, dia belum pernah berciuman selama dua puluh tahun dia hidup dan menjadi benalu untuk kedua orangtuanya. Dan dia juga tidak pernah berpikir akan mencium ataupun dicium oleh seseorang.

Dia kebingungan ketika lidah Harry beberapa kali menjilat bibir bawahnya dan mencoba menerobos celah bibirnya. Dan ketika Harry menggigit bibirnya, secara reflek dia membuka mulutnya karena merasakan sakit pada bibirnya. Lidah Harry menjelajahi rongga mulutnya. Rasanya aneh. Dan geli ketika lidah Harry menyentuh lidahnya.

Setelah mempelajari beberapa gerakan yang dilakukan oleh Harry, Draco pun menggerakkan bibir dan lidahnya. Harry yang sedang mengalungkan tangannya di leher Draco tersenyum samar karena Draco membalas ciumannya, beberapa saat kemudian dia menjauhkan wajahnya. Napas keduanya memburu dengan saliva yang berantakan di sekitar bibir.

Harry bangkit lalu mendudukkan dirinya di atas paha Draco. Si pirang itu mengerutkan dahinya tidak mengerti, sedangkan Harry menyeringai lalu mencium bibir Draco lagi. Tangan kanannya yang semula berada di pundak Draco kini turun ke bawah. Membelai lembut melewati dada dan perut Draco, kemudian berakhir di gundukan celana itu dan menyentuhnya pelan.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Draco setelah ciuman mereka berakhir.

"Wanna play with me?"

Damn!

Ekspresi wajah macam apa itu?

Draco merasakan jantungnya berdegup kencang ketika Harry membelai selangkangannya lagi. Jangan lupakan matanya yang menatap intens Draco. Bohong jika Draco mengatakan bahwa dia tidak tahu bermain yang dimaksud oleh Harry. Napas Draco tercekat ketika Harry mengeluarkan kemeja hitamnya dari dalam celana jeans yang dia pakai dan mencoba membuka ikat pinggangnya.

"Sepertinya yang di bawah sana terlihat antusias."

Tanpa perlu melihatnya Draco sudah tahu apa yang dimaksud oleh Harry. Dia menatap wajah Harry dengan serius, "Let's go." ucapnya dengan tiba-tiba. Lalu menggendong Harry dan keluar dari club itu, mengabaikan Pansy yang meneriakinya.

Harry sempat melihat Pansy sebelum Draco membawanya keluar dari club, dia menjulurkan lidahnya dan mengacungkan jari tengahnya pada gadis itu. Dan Pansy juga membalas Harry dengan mengacungkan jari tengahnya dan tersenyum lebar.









Jangan teror aku 😁😁

DRARRY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang