Draco tau bahwa Harry adalah mahasiswa yang cerdas. Tapi dia tidak menyangka Harry memiliki otak secerdas ini. Kalau boleh Draco katakan, sebenarnya bukan cerdas tapi cerdik. Atau licik?
Bagaimana bisa kekasihnya itu mendapatkan bocoran soal ujian semester salah satu mata kuliah mereka? Dari mana dia mendapatkan kertas jawaban ujian dengan label Hogwarts University itu? Sedangkan semua mahasiswa tau kertas itu tidak dapat ditemukan di mana pun kecuali dosen memberikannya saat ujian berlangsung. Dan Harry yang memiliki bocoran soal tentu saja segera mencari jawabannya dan menyalinnya di kertas jawaban berlabel Hogwarts University tersebut di apartemennya, agar tidak perlu mengerjakan soal-soal yang membuat kepala serasa ingin pecah itu di kelas.
Mungkin jika Harry adalah tokoh novel fiksi dengan latar dunia sihir, topi seleksi tidak akan ragu untuk memasukkan Harry kedalam asrama Slytherin karena kecerdikan yang dia miliki.
Harry berdiri dari tempat duduknya, melihat Draco dengan sombong dan mengumpulkan kertas jawabannya pada dosen, lalu keluar dari ruang kelas. Membuat beberapa mahasiswa yang melihat kejadian itu terheran-heran.
Harry? Secepat itu? Padahal yang dilakukan Harry ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung hanya bermain game di bangku pojok deretan belakang bersama Ron.
Selang beberapa menit Ron juga keluar kelas menyusul Harry. Draco memutar bola matanya malas, dia sangat yakin Ron mendapatkan jawaban soal-soal ujian ini dari Harry dan menyalinnya secepat mungkin sebelum Harry beranjak dari posisinya tadi.
Ingin tau bagaimana ekspresi wajah Hermione? Wajahnya merah luar biasa, dengan tangan yang menggenggam erat sisi meja seolah ingin menghancurkannya. Dia marah. Merasa dikhianati. Dan tidak terima Harry dan Ron berlaku curang. Harusnya dia menyadari ketika Harry dan Ron memilih duduk di deretan paling belakang dan jauh dari Hermione. Karena pada ujian sebelum-sebelumnya mereka berdua selalu menempeli Hermione agar mendapatkan sedikit bantuan jawaban.
🐍🦁
Harry dan Ron sedang duduk santai di taman. Taman memang tempat terbaik untuk bersantai. Dengan pohon-pohon rindang yang menghalangi kulit kita terpapar sengatan sinar matahari, bunga yang berwarna warni yang memanjakan indera penglihatan, dan tentu saja warna hijau yang membuat tenang. Bukan hijau kesukaan Draco, hijau yang satu itu suram dan gelap, Harry tidak suka.
"Kalian para udang! DIAM DI SANA!" Teriakan Hermione membuat Harry dan Ron menoleh, mendapati sahabat mereka berjalan dengan langkah lebar-lebar mendekati mereka, dengan Draco yang berjalan santai di belakangnya.
Hermione merampas minuman yang Harry pegang dan duduk di depan Ron. Lalu Draco duduk dengan tenang di depan Harry, menunggu Hermione yang sedang meminum soda Harry untuk melihat apa yang akan dilakukan mahasiswi kesayangan dosen itu.
"Dengar!" Hermione meletakkan minuman hasil rampasannya dengan kasar, matanya menatap tajam Harry yang sedang memperlihatkan wajah polosnya seolah kau kenapa Hermione? Apa aku berbuat salah?
"Ini akan menarik" batin Draco
Sementara dalam hari Ron mengatakan, "Jika aku mati di tangan Hermione, ini semua salah Harry" Wajahnya terlihat panik.
Hermione menghembuskan nafasnya, menahan diri agar tidak mencakar dua sahabatnya itu. "Bagaimana bisa kau mengerjakan soal-soal ujian tadi dengan cepat? Seingatku kau hanya bermain game bersama Ron ataupun Theo ketika di dalam kelas"
"Kau bertanya padaku 'Mione?" Pertanyaan Harry membuat Hermione benar-benar ingin menggoreskan kuku panjangnya di wajah polos Harry.
"Memang siapa lagi yang ku tanya selain dirimu, dasar udang!"
Hermione memang sering memanggil Ron dan Harry udang jika sedang kesal. Yeah.. kedua sahabatnya itu memang seperti udang. Lebih tepatnya memiliki otak seperti udang. Maaf, bukan bermaksud udang shamming, kalian pahami sendiri apa maksudnya.
"Kau selalu memanggilku udang, setidaknya gantilah dengan lobster. Lobster terdengar lebih bagus dan tentu saja lebih mahal daripada udang"
Draco menutup mulutnya dengan punggung tangan, berusaha menahan tawanya. Sedangkan Ron terbatuk-batuk karena gagal menahan tawanya, membuat Hermione melemparkan tatapan tajam ke arahnya.
"Ngomong-ngomong soal lobster, apa kau tidak lapar Dray? Ayo kita makan lobster"
Harry segera meraih tangan Draco dan menariknya menjauh dari taman. Dan tindakannya itu membuat Hermione semakin marah dan berteriak, "AKU TIDAK AKAN MENOLONGMU SELAMA UJIAN! INGAT ITU HARRY JAMES POTTER!"
🐍🦁
"Aku penasaran" Draco mengawali percakapan, membuat Harry menoleh untuk melihatnya.
Mereka sedang dalam perjalanan, benar-benar berniat mengunjungi restoran yang menyajikan lobster sebagi menu andalannya.
"Darimana kau mendapatkan soal itu? Dan juga kertas jawaban" Harry tetap diam, tetapi matanya menunjukkan keterkejutannya. "Kau lupa aku duduk di samping Ron? Jadi aku dapat melihatmu mengeluarkan kertas itu dari dalam tasmu"
Harry tersenyum lalu dilanjutkan dengan tertawa terbahak-bahak. Membuat Draco mengalihkan pandangannya dari jalanan di depannya untuk menatap Harry dengan heran.
"Kau harus melihat wajah Remus ketika memohon kepadaku, Dray" Kata Harry setelah berhasil meredakan tawanya.
"Apa hubungannya dengan Professor Lupin yang memohon padamu?"
"Remus memohon kepadaku agar mengizinkannya tinggal sementara di apartemenku, menghindari Sirius. Entah masalah apa lagi yang dibuat oleh Sirius sampai membuat Remus semarah itu"
"Jadi kau mengizinkannya menumpang dan mendapatkan bocoran soal dan kertas jawaban sebagai imbalannya?"
"Tepat sekali. Kekasihku memang jenius" Ujar Harry lalu mengecup pipi Draco.
"Itu curang" Komentarnya.
"Itu yang dinamakan simbiosis mutualisme, Dray. Lagi pula tidak masalah sekali-kali meminta sesuatu kepada pasangan ayah baptisku yang kebetulan seorang pengajar di Hogwarts University"
Mobil berhenti, ternyata mereka sudah sampai di tempat parkir restoran tujuan mereka.
"Tetap saja itu tidak baik. Jangan diulangi" Selalu seperti ini, ketika Draco menasehati Harry akan menganggukkan kepalanya dan mengucapkan "Iya" dengan pelan.
Draco mengacak rambut Harry, membuatnya semakin berantakan. "Penampilanmu sangat manis hari ini, tapi tingkah lakumu seperti setan kecil" Draco tertawa setelah mengatakannya, membuat Harry menatapnya sebal.
"Sudahlah ayo makan"
"Tunggu sebentar" Draco meraih pergelangan tangan Harry, mencondongkan tubuhnya dan mencium bibir kemerahan Harry.
Harry mengalungkan tangannya di leher Draco ketika kekasihnya itu memperdalam ciumannya dan mengajak lidah keduanya bertemu. Tangan Draco perlahan memasuki sweater Harry dan meremas pinggang kekasihnya, dilanjutkan dengan membawa tangannya pada tubuh bagian depan Harry. Merabanya untuk mencari tonjolan kecil favoritnya.
Harry segera menjauhkan dirinya dari Draco, dengan nafas terengah dia mengusap saliva yang tertinggal di sekitar bibirnya.
"Ku rasa aku ingin memakanmu saja, Love"
"Kalau begitu aku akan makan sendiri" Harry segera membuka pintu mobil dan melangkah dengan cepat ke dalam restoran.
Draco sungguh berbahaya.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
DRARRY ONESHOOT
FanfictionDrarry Oneshoot Twoshoot Multi chapter Harry Potter © J.K. Rowling Picts isn't mine Jangan plagiat