"I'M DONE WITH YOU!" Teriak Harry.
Matanya yang mulai memerah dan berkaca-kaca memandang lawan bicaranya yang hanya berdiri di depannya dan tetap bungkam. Ini bukan pertengkaran pertama mereka. Sudah terlalu sering mereka bertengkar karena hal-hal yang Draco anggap tidak penting. Dan kali ini yang terparah.
Draco tersenyum tipis, lalu suara tawa hambar terdengar darinya. Ia berjalan mendekati Harry dan membelai pipi Harry yang terlihat memerah karena dinginnya suhu ruangan. Pemuda bersurai pirang itu tersenyum lagi dan sedikit menundukkan diri untuk mendekatkan wajahnya pada Harry.
"Kau dan aku tidak pernah memiliki sesuatu yang bisa diakhiri," Ucapnya dengan suara yang terdengar pelan. "Kau dan aku tidak pernah memiliki hubungan, bukankah begitu?"
Draco dapat melihat dengan jelas iris hijau indah itu memancarkan kesedihan. Namun ia mengabaikannya dan menegakkan tubuhnya kembali setelah melemparkan seringainya pada Harry. Kemudian tungkai panjangnya membawanya keluar dari apartemen dimana ia dan Harry tinggal selama satu tahun terakhir.
Harry masih terdiam di tengah ruangan ketika punggung Draco menghilang. Tak dapat dipungkiri, dadanya terasa sangat sakit dan juga sesak. Saat ia mengedipkan matanya, liquid asin itu jatuh dan mengalir di pipinya. Lama kelamaan air matanya mengalir semakin deras. Dan Harry pun terduduk di lantai dengan kedua tangan yang memeluk kakinya sendiri. Membiarkan rasa sakit di dadanya merayap di seluruh tubuhnya.
Sosok itu telah pergi. Draco telah pergi. Meninggalkannya sendirian. Harry tidak pernah berpikir hal ini akan terjadi. Mereka baik-baik saja. Mereka tertawa, tersenyum, berbagi pelukan dan beberapa ciuman. Hal-hal biasa yang dilakukan oleh pasangan.
Namun semuanya mulai kacau ketika Draco sering menghabiskan waktunya untuk minum di bar. Pulang dengan keadaan mabuk, lalu pemuda jangkung itu melampiaskan emosi serta nafsunya pada Harry. Dan tak jarang ia menghabiskan malamnya dengan jalang yang disewa olehnya. Apa hal terburuk dari itu semua? Pemilik iris abu-abu itu bercinta dengan jalang yang entah ia temui dimana di apartemen, tempatnya dan Harry tinggal.
Harry menggigit bibir bawahnya ketika mengingat ekspresi terkejut Draco saat bertemu dengannya di salah satu restoran. Si pirang sedang menikmati makan malamnya dengan wanita yang Harry ketahui merupakan salah satu jalang yang pernah tidur bersama Draco. Dan semuanya terjadi begitu saja. Mereka bertengkar di restoran hingga Draco menyeret paksa Harry untuk pulang dan pertengkaran mereka kembali berlanjut.
Mengalihkan pandangannya ke langit-langit ruangan, Harry dengan napas yang masih tersengal-sengal bangkit berdiri dan memasuki kamar mandi. Ia mengguyur seluruh tubuhnya dibawah air yang mengalir, tanpa melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya. Dan kembali menangis.
🐍🦁
"Kapan kau pindah?"
Harry menyentuh tombol speaker sebelum menjawab pertanyaan Hermione dan meletakkan ponsel pintarnya di atas meja.
"Secepatnya." Jawabnya dengan tangan yang sibuk memilah buku miliknya serta milik Draco.
Dapat Harry dengar suara Ron mengatakan "Tanyakan padanya." Pada Hermione.
Lalu sahabat perempuannya itu kembali berbicara, "Harry, apa yang sebenarnya terjadi? Kau belum mengatakan apapun padaku, pada Ron juga."
Harry tersenyum tipis, "Apa tebakanmu?" Tanyanya.
Hermione yang ada di seberang sana terdiam. Harry menghela napasnya lalu meletakkan bukunya kedalam kardus. "Draco pergi. Kita berakhir," ada jeda sebentar sebelum Harry melanjutkan kalimatnya. "Tidak. Kita tidak berakhir. Karena memang tidak ada sesuatu antara dia dan aku."
"Harry.."
"It's okay, 'Mione. I'm- I'm fine."
"Kau ingin aku ke sana?"
Harry menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak. Nikmati liburan kalian. Aku tidak ingin mengganggu acara bulan madu sahabatku." Ujarnya dengan nada menggoda.
"Kau harus menceritakannya secara lengkap saat aku pulang."
"Tentu. Jangan lupa siapkan pizza dan soda."
"Pepperoni?"
Harry tersenyum, "Dengan ekstra keju." Tambahnya.
"Deal." Balas Hermione.
"Aku harus mengepak barang-barang."
"Okay. Jangan melakukan sesuatu yang bodoh! Atau aku akan menceramahi mu selama satu jam penuh."
"Aku mengerti. Bye?"
"Iya, bye. I love you, Harry. Kau harus tau aku selalu menyayangimu."
"Aku juga menyayangimu." Balas Harry.
Dengan itu panggilan teleponnya terputus. Harry mendesah lelah saat matanya melihat barang-barang miliknya berserakan di lantai.
"Hari yang panjang." Gumamnya, lalu ia menggulung lengan bajunya dan melanjutkan kegiatannya.
END
Maaf ga pernah update. Sehat-sehat ya kalian semua, jgn lupa minum air putih 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
DRARRY ONESHOOT
FanfictionDrarry Oneshoot Twoshoot Multi chapter Harry Potter © J.K. Rowling Picts isn't mine Jangan plagiat