Harry menghela napasnya. Dengan posisi duduk di atas ranjangnya ia menatap tiga belas tangkai mawar -yang telah disihir agak tak dapat layu- di hadapannya. Batinnya bertanya-tanya siapa gerangan yang setiap harinya mengutus Nigel untuk memberikan mawar-mawar itu. Namun dia menyerah memikirkannya dan bergidik ngeri ketika mendengar Ron berkomentar.
"Jika aku jadi kau, Mate, akan ku buang semua mawar itu. Apa kau tidak takut bunga itu ditetesi dengan Amortentia? Bagaimana jika yang mengirimnya adalah gadis kutu buku dan anti sosial yang tidak memiliki teman?"
Harry terdiam sejenak sebelum melemparkan bantalnya pada sahabat yang telah dikenalnya lima tahun terakhir, untung saja Ron menangkapnya dengan sigap.
"Kau seperti sedang membicarakan Hermione." Balas Harry.
Ron terlihat sedang berpikir, kemudian ia menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Benar juga," ia membaringkan tubuhnya dan menarik selimut. "Tapi Hermione punya sahabat terbaik di dunia, kau dan aku."
"Dan kekasih tertampan di Hogwarts." Lanjut Harry.
Ron mengangguk mengiyakan, pandangannya menerawang. "Aku masih belum terbiasa dengan kehadiran Cedric setiap kita bertiga mengerjakan tugas di perpustakaan."
"Aku juga, kita hanya butuh waktu."
"Ya, kau benar," Ron menoleh ke samping dan melihat Harry sedang mengambil bunga yang semula berada di atas kasurnya. "Besok valentine," Ujarnya.
Dan kalimat itu sukses menghentikan kegiatan Harry menghitung mawar merah itu.
"Ku tebak orang itu akan memberikan satu buket bunga padamu." Lanjut si rambut merah.
Harry menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan hitungannya. Setelah hitungan ke tiga belas ia berjalan mendekati meja kecil di samping tempat tidurnya, memasukkan tangkainya kedalam vas -hasil transfigurasi Hermione- lalu berbaring di tempat tidurnya.
"Maksudmu sebagai penutup acara menjadi penggemar rahasiaku?" Tanya Harry.
"Mungkin," Ron mengangkat bahunya. "Mungkin juga dia akan muncul dan menyatakan cinta padamu."
Harry menoleh untuk melihat Ron dan memicingkan matanya. "Kau terdengar seperti sedang menceritakan ulang drama televisi muggle."
🐍🦁
Tanggal 14 Februari. Dan tebakan Ron mengenai buket bunga benar-benar terjadi, ia tidak menyangka bahwa dirinya berbakat di bidang meramal. Murid asrama Gryffindor berambut merah itu menganga ketika melihat Harry -dengan Fred dan George di belakangnya- memeluk satu buket besar bunga mawar berwarna putih. Dan ketika Harry cukup dekat, Ron dapat melihat satu tangkai mawar berwarna merah tepat di tengah-tengah puluhan mawar berwarna putih.
"Tidak ada note atau apapun?" Pertanyaan Ron dijawab dengan gelengan kepala oleh Harry.
"Nigel lagi?"
Harry menggeleng lalu menggerakkan kepalanya sebagai isyarat bahwa Fred dan George yang membawanya. Ron memicingkan matanya pada kakak-kakaknya.
"Kami," ucap Fred.
"Tidak akan," balas George.
"Mengatakan apapun."
Jawaban kompak itu membuat Ron mendengus kasar. Lalu si kembar Weasley pun pergi.
"Berjualan bunga di hari valentine, Potty?" Suara yang penuh dengan nada ejekan dan amat dikenali Harry membuat dirinya yang semula menunduk memperhatikan bunga di tangannya kini mendongak.
"Apakah harta warisan orang tuamu telah habis, hingga kau bersusah payah seperti ini?" Lanjut Draco.
Harry ingin sekali memukul wajah tampan yang terlihat menyebalkan itu. Tunggu, apa? Tampan? Sejak kapan si pirang itu terlihat tampan di mata Harry?
KAMU SEDANG MEMBACA
DRARRY ONESHOOT
FanfictionDrarry Oneshoot Twoshoot Multi chapter Harry Potter © J.K. Rowling Picts isn't mine Jangan plagiat