Not me?

9.3K 869 106
                                    





Lagi-lagi Draco memperhatikan Harry dari jauh. Pemuda dengan mata hijau yang terbingkai kacamata itu sedang berdiri di depan lokernya yang terbuka. Draco sangat yakin senior di Universitasnya itu sedang membaca surat yang dia selipkan di kotak yang berisi coklat darinya.

"You're so damn cute, I can't handle it. Ku rasa kau lebih menyukai coklat daripada bunga. Jika aku salah, setidaknya beri aku petunjuk"

Kira-kira begitulah isi surat yang Draco tulis. Dengan inisial DM di pojok kanan bawah. Draco tersenyum ketika melihat Harry menutup pintu lokernya dengan bibirnya yang melengkung, membentuk senyuman. Dan tangannya membawa sekotak coklat dari Draco. Kemudian Draco pergi setelah memastikan punggung seniornya itu tidak terlihat.

Senyuman di wajahnya masih belum luntur ketika Draco berjalan menuju kantin untuk menemui teman-temannya. Blaise terheran-heran melihat Draco yang kini duduk di depannya. Sedangkan Theo dan Ron saling mendelik dan menaikturunkan alis mereka, sedang bertelepati. Telepati yang tidak pernah berhasil.

"Jadi? Ada apa dengan senyuman silau di depanku ini?" tanya Blaise.

Draco yang masih setia dengan senyumannya hanya menggelengkan kepala, lalu meminum jus alpukat milik Ron yang duduk di sampingnya.

"Hei!" Ron meninju bahu Draco lumayan keras, tapi tidak mampu membuat senyuman di wajahnya hilang. "setidaknya beli minuman sendiri jika kau tidak ingin bercerita pada kami"

"Biar ku tebak, biar ku tebak"

Draco yang akan menjawab kalimat Ron menutup mulutnya lagi karena Theo yang menyela.

"Senior berkacamata bulat?" tanya Theo yang dikonfirmasi oleh Draco dengan anggukan dan senyumannya yang semakin lebar.

Blaise sedikit khawatir bibir kawannya itu robek karena tersenyum terlalu lebar.

Theo semakin semangat mengorek informasi dari Draco, tangannya menepuk-nepuk punggung tangan Ron yang berada di depannya. "Jadi kau sudah bergerak?" tanyanya lagi.

"Aku menaruh sekotak coklat di lokernya" jawab Draco setelah berdehem untuk mengembalikan suaranya agar tidak terdengar terlalu gembira.

"Kau gila, sobat! Baru semester dua dan kau sangat nekat mendekati anak Professor Potter" kemudian Ron nyengir memperlihatkan giginya, "tapi kau keren, aku bangga padamu" lanjutnya sambil menepuk pundak Draco.

"Kau harus mentraktir kami pizza sepuluh loyang jika senior itu berhasil menjadi kekasihmu" Theo tersenyum jahil.

"Tidak masalah"

Kemudian Theo dan Ron high five dan tertawa dengan kencang hingga membuat beberapa mahasiswa di kantin menoleh untuk melihat ke arah meja mereka.


🐍🦁


Minggu berikutnya Draco melakukan hal yang sama, kali ini dia memberikan kotak yang cukup besar berisi cupcake. Tidak lupa dengan sepucuk surat diatas kotaknya.

"Ku rasa kau menyukai makanan manis. Aku juga, jika kau mau tau. Aku menyukai sesuatu yang manis, karena itulah aku menyukaimu"

Tidak lupa dengan inisial DM di pojok kanan bawah. Kini tidak hanya senyuman yang dia lihat, Draco dapat melihat pipi Harry dihiasi dengan semburat kemerahan ketika Harry berbalik untuk pergi.

🐍🦁


Seperti biasa jika sedang tidak ada kelas Draco menghabiskan waktunya di kantin dengan segelas minuman dingin. Saat ini dia sendirian karena Blaise dan Theo sedang mendekam di kelas dan mendengarkan dosen yang mengoceh. Sedangkan Ron sibuk dengan pertemuan club football, mungkin mendiskusikan strategi atau apa mengingat dua minggu lagi mereka akan bertanding.

Draco yang sedang sibuk dengan ponselnya dikejutkan dengan tepukan pelan pada pundaknya. Kepalanya yang semula menunduk kini tegak lagi dan mata abu-abunya melihat sosok yang dua hari yang lalu lokernya dia isi dengan sekotak cupcake.

"Maaf aku mengejutkanmu" sosok itu tersenyum, sangat manis, jika kalian menanyakan pendapat Draco.

"Aku hanya ingin berterimakasih. Aku menyukai coklat dan juga cupcakenya. Maaf telah mengganggu. Kalau begitu silahkan lanjutkan aktivitasmu"

Draco hanya mampu mengangguk pelan. Suaranya seolah hilang entah kemana. Jantungnya sangat tidak baik. Jantungnya berdetak kencang seolah ingin keluar dari dadanya. Setelah Harry keluar dari kantin, Draco menghembuskan nafasnya yang tanpa sengaja dia tahan sedari tadi.

🐍🦁

Jika kemarin Draco terkejut karena Harry yang tiba-tiba menghampirinya di kantin dan dua minggu yang lalu dia tersenyum lebar dan membuat Blaise heran, hari ini Draco berjalan dengan lesu menuju meja kantin tempat dimana teman-temannya berkumpul.

"Aku tidak akan bertanya. Tapi kau sangat tau aku mudah penasaran, jadi bercerita lah sebelum aku memaksamu" ujar Theo ketika Draco baru saja duduk di depannya.

"Sepertinya aku harus menyerah" Draco menghembuskan nafasnya panjang.

"Tentang apa ini?" tanya Blaise.

"Harry" jawab Draco dengan pelan.

"Ku kira kau tipe yang I want it I get it" cibir Theo, lalu pundaknya disenggol oleh Blaise. "Apa? Aku benar kan?" Theo melotot pada Blaise yang duduk di sampingnya, "si tuan muda ini selalu begitu"

"Aku tidak ingin menghancurkan hubungan orang lain"

Ron yang sedari tadi hanya memperhatikan kini membuka suara, "Maksudmu? Senior itu telah memiliki kekasih?"

Draco mengangguk. Teman-temannya pun terdiam.

Jadi begini ceritanya, setelah kelasnya berakhir Draco berjalan menuju kantin. Dan ditengah perjalanannya dia mendengar seseorang berteriak dari dalam kelas. Mengintip sedikit tidak masalah, begitu pikirnya. Lalu dia mendekati ruang kelas itu dan mendapati Harry yang sedang berdiri di depan pemuda bertubuh tinggi. Pemuda itu mengatakan bahwa dia mencintai Harry dan pemuda itu juga mengatakan bahwa Harry juga mencintainya. Okay. Sudah cukup. Draco susah mendengar terlalu banyak. Kemudian Draco melanjutkan perjalanannya menuju kantin yang sempat tertunda tadi.

Yeah, tidak semua yang diinginkan harus terwujud ataupun didapatkan bukan?






Kalo aku mood aku lanjut. Kalo nggak, berarti ini end. How we besok2 lagi ya, lg ga mood 😁😁

DRARRY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang