Mission END

8.3K 850 98
                                    




"Kau benar-benar tidak ingin keluar dari organisasi itu?"

Draco melirik kekasihnya yang tengah duduk menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Sedangkan dirinya sendiri masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Jawabanku masih sama."

"Kau serius?"

Harry memicingkan matanya, "Seribu persen serius. Berhentilah menanyakan hal ini lagi dan cepat. Gunakan hair dryer di sana." Ia menunjuk meja di dekat lemari pakaiannya.

Draco melempar handuk kecil di tangannya ke sembarang arah lalu merangkak mendekati kekasihnya, mengungkung tubuh kekasihnya. "Tidak sabaran, eh?" Tanyanya lengkap dengan seringai di bibirnya.

"Ya, Tuan Muda," Harry menyentuh lembut rahang kekasihnya dan menatapnya tepat di mata keabuan itu. "Aku ingin segera merasakan milikmu berada didalam milikku, membuatku hilang kewarasan akan sentuhanmu. Dan menapaki surga yang di dalamnya hanya ada aku dan kau."

Si pirang tersenyum tipis, "Aku akan mengabulkannya, Love."

Lalu dilanjutkan dengan menyerang bibir kemerahan Harry. Memberinya beberapa lumatan dan hisapan yang membuat Harry melenguh nikmat. Ciuman Draco tiada duanya. Selalu memabukkan. Dan menjadi candu. Selalu membuat Harry menginginkannya lagi dan lagi.

"Ride me?" Tanya Draco, yang kemudian dijawab dengan gelengan kepala oleh Harry.

"Babe, can we just play slowly?"

"Kenapa?" Draco mengerutkan keningnya, sesungguhnya ia cukup terkejut mendengar permintaan Harry. Hari ini kekasih tercintanya tidak sedikit berbeda.

"Hanya ingin."

"Vanilla sounds good."

Mendengar itu Harry tersenyum dan memberikan ciuman yang cukup panjang untuk kekasihnya. Sementara bibirnya bekerja membengkakkan bibir Draco, tangannya pun tidak tinggal diam. Harry sangat suka membuat rambut kekasihnya yang selalu tertata rapi menjadi berantakan. Ia melenguh cukup panjang lalu melepaskan tautan bibir mereka ketika merasakan tangan besar kekasihnya menyelinap masuk kedalam kemejanya dan menyentuh titik sensitif di dadanya.

Harry memejamkan matanya dengan erat ketika Draco menarik pelan titik sensitif itu. Dan hal tersebut membuat napasnya semakin memburu dan juga kulitnya yang semakin memerah karena bergairah. Setelahnya ia hanya terdiam menatap wajah tampan kekasihnya yang sedang melepaskan satu-persatu kancing kemeja yang ia kenakan.

"Ingin aku melepaskan milikmu juga?" Tanya Harry dengan tangannya yang tengah memegang ikat pinggang Draco. Ngomong-ngomong kekasihnya sudah tidak memakai atasan.

"My pleasure."

Harry menyeringai ketika Draco mengijinkannya. Dengan segera tangannya melepaskan ikat pinggang dan juga celana kekasihnya. Menariknya ke bawah dan berakhir dengan menggantung di pahanya. Kini Harry dapat melihat dengan jelas gundukan yang berada di bagian selatan kekasihnya terlapisi dengan celana dalam. Ia membelainya dengan sangat pelan, sengaja menggoda kekasihnya. Hal itu menyebabkan Draco menggeram karena merasakan sensasi menggelitik dan juga menginginkan sentuhan yang lebih.

"Aku suka vanilla," Ujar Harry dengan tiba-tiba. "Tapi aku lebih menyukai kau yang liar dan hilang kendali."

"Jadi yang mana yang kau pilih kali ini?"

Harry tersenyum. "Dua-duanya. Aku tahu kau tidak puas hanya dengan sekali."

"Tidak keberatan jika kau tidak bisa berjalan dalam beberapa hari kedepan, baby boy?"

"Aku tahu kau selalu ada untukku."

Jawaban Harry dibalas dengan ciuman dalam dan panjang hingga membuat sang pemilik surai hitam kehabisan napas.

🐍🦁

"Air."

"Sebentar, Love." Balas Draco yang sedang mengikat pengaman berisikan sperma miliknya, lalu ia melemparkannya begitu saja ke lantai.

Ia meraih segelas air yang berada di atas meja dan menyerahkannya kepada Harry. Kekasihnya itu terlihat kelelahan. Bahkan suaranya pun terdengar serak. Mungkin karena ia begitu sibuk mendesah dan berteriak pada saat sesi bercinta tadi.

"Ughh.." Harry menggeser tubuhnya untuk memberikan ruang bagi kekasihnya tidur. Ia menatap Draco yang sedang memungut benda tipis berisikan cairan putih kental itu dan membuangnya ke dalam tempat sampah. Harry tersenyum ketika mengetahui kekasihnya tidak melupakan hal-hal kecil darinya. Yeah, Harry yang terlihat berantakan sesungguhnya maniak kebersihan. Terutama kebersihan kamarnya.

"Kau ingin mandi?" Tanya Draco.

Harry menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Ingin sesuatu untuk dimakan?"

Harry menggeleng lagi. "Aku ingin tidur di pelukanmu."

"Kau akan mendapatkannya dengan segera." Draco berjalan mendekati Harry lalu berbaring di sampingnya. Ia mengecup pelan bibir kekasihnya sebelum merengkuhnya dalam sebuah pelukan.

"Hangat." Gumam Harry.

Draco tersenyum melihat kekasihnya yang menenggelamkan kepalanya pada dadanya. "Aku mencintaimu." Bisiknya.

"Aku juga mencintaimu." Balas Harry dengan suaranya yang sedikit teredam.

"Aku ingin segera menikahimu."

"Aku juga ingin seg- what?!" Harry mendongakkan kepalanya, menatap wajah kekasihnya.

Draco terkekeh pelan melihat wajah terkejut Harry. Ia mengecup hidungnya sebelum mengeratkan pelukannya pada pinggang Harry. "Aku serius."

"Aku tidak bisa membayangkan aku yang seperti ini menjadi menantu Presiden."

"Menjadi menantu Presiden tidak buruk jika aku adalah pasanganmu."

"Aku masih tidak bisa membayangkan aku mengikuti acara-acara formal yang bersangkutan dengan negara." Balas Harry.

"Aku merencanakan tinggal di luar negeri jika kau menerima lamaranku."

"Well, aku suka dengan ide itu."



END

DRARRY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang