"Mereka sangat cantik." Mata hijau itu memperhatikan beberapa ekor ikan hias yang sedang berenang kesana-kemari di dalam aquarium.
"Kau suka?"
"Oh? Ya. Iya, aku suka." Harry menoleh ke belakang, Draco sedang meletakkan beberapa kaleng minuman dingin dan juga makanan ringan di atas meja yang menghadap televisi.
Ini adalah pertama kalinya Harry berkunjung ke apartemen Draco. Pemuda bersurai pirang itu lebih memilih tinggal sendirian di apartemen sederhana daripada tinggal di rumah mewah milik orang tuanya. Orang tuanya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut, meskipun awalnya Mrs. Malfoy tidak setuju ketika putra semata wayangnya memutuskan untuk hidup sendiri.
"Aku sangat ingin tinggal sendiri, menyewa satu kamar apartemen yang dekat dengan universitas," Harry melangkahkan kakinya menuju sofa berwarna abu-abu gelap dimana Draco duduk, "tapi Sirius punya sejuta alasan agar aku tidak keluar dari rumah. Menyebalkan!" dia duduk di samping Draco lalu menenggak minuman dingin yang telah dibukakan oleh Draco.
Si pirang yang melihat lawan bicaranya terlihat sebal hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Kemudian ikut menenggak minuman yang berada di tangannya.
"Aku juga ingin hidup mandiri."
"Sirius sangat mengkhawatirkan mu. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk menimpamu." Draco mengelus rambut hitam Harry, pemuda itu sedang menyandarkan kepalanya di bahu si pirang.
"Tapi aku sudah besar, Dray."
Draco terkekeh sejenak, lalu mengacak-acak rambut Harry. "Hanya anak kecil yang mengaku dirinya sudah besar. Dan Sirius tidak mungkin tega melepas anak kecil yang suka merengek ini untuk hidup sendiri."
"Kau menyebalkan." Harry memukul lengan Draco sedikit keras, lalu beralih menyandarkan kepalanya di sofa.
"Jangan merajuk, aku tidak punya es krim di kulkas." Si pirang mendekatkan wajahnya pada Harry lalu mengecup bibir kemerahan itu.
"Aku tidak merajuk." Harry memeluk leher Draco dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.
"Oh ya?" Tanya Draco.
"Tentu sa- DON'T! AAAA AHAHAAHAHAAAA."
Hobi Draco yang baru, menggelitik pinggang Harry hingga si kacamata itu menangis karena kegelian. Terimakasih kepada Sirius yang telah membocorkan rahasia Harry yang satu ini. Draco selalu puas ketika melihat Harry tertawa akibat gelitikannya. Bahkan terkadang Harry kesusahan bernapas karena terlalu banyak tertawa.
"Haa stop.. stopp." Harry berakhir dengan terlentang di sofa dengan napas terengah menatap Draco yang berada di atasnya.
Pemuda jangkung itu terdiam beberapa saat, kemudian dia mencium perut rata Harry yang kini terlihat karena bajunya tersingkap. Sedangkan Harry yang terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Draco hanya bisa terdiam. Begitu pula ketika Draco beralih mencium bibirnya, dia tetap terdiam dan hanya beberapa kali mengedipkan matanya.
"Ku rasa kau sudah tahu jika aku menyukaimu," mata abu-abu itu menatap tepat pada mata hijau dibalik kacamata yang membingkainya, "jika kau bertanya apa yang aku sukai darimu, jawabannya aku menyukai segala sesuatu tentangmu. Aku menyukai senyuman mu, aku menyukai dirimu yang malu-malu, aku menyukai dirimu yang selalu membenarkan letak kacamatamu ketika turun, aku menyukai semua yang ada pada dirimu."
Bisa Harry rasakan wajahnya memanas. Dan dia sangat yakin saat ini wajahnya sangat merah. Dia ingin sekali menutupi wajahnya tetapi tatapan mata Draco entah kenapa membuatnya seolah tidak bisa bergerak.
"Mungkin kau terlalu malu untuk mengatakannya, jadi cukup dorong aku jika kau tidak menyukaiku." Setelah itu Draco mendekatkan wajahnya lagi dan mencium bibir Harry. Dia tersenyum sekilas ketika tidak merasakan Harry mendorong tubuhnya. Itu tandanya perasaannya terbalas, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
DRARRY ONESHOOT
FanfictionDrarry Oneshoot Twoshoot Multi chapter Harry Potter © J.K. Rowling Picts isn't mine Jangan plagiat