Setelah seminggu berkutat dengan ujian semester, kini saat yang paling ditunggu-tunggu telah tiba. Liburan semester selama hampir dua bulan. Surga dunia. Tanpa tugas-tugas menumpuk, tanpa dikejar deadline, tanpa dosen yang menyebalkan, tapi juga tanpa teman-teman. Harry memandang ponselnya dengan serius. Jarinya mengetikkan sesuatu lalu kembali menghapusnya, dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.
Setelah membaca susunan kalimat yang diketiknya, dia menekan tombol kirim.
"Kau tahu Dray, aku sangat bahagia saat bersamamu. Meskipun kau sangat menyebalkan. Terimakasih telah mengisi hari-hariku dan telah sabar menghadapi sikap kekanakanku. Aku berpikir, apakah kau lelah? Apakah kau pernah berpikir untuk meninggalkanku? Mencari penggantiku? Maafkan aku, maaf atas segala kesalahanku. Dan semua sikap egoisku. Ku pikir ini yang terbaik bagi kita, berjalan di jalan masing-masing. Karena aku merasa tidak cukup baik untukmu. Sekali lagi maafkan aku. Aku tahu aku pengecut. Aku hanya tidak ingin melihat wajahmu. Aku tidak sanggup. Dan terimakasih atas segalanya."
Dia segera mematikan ponselnya setelah memastikan bahwa pesannya terkirim. Kemudian dia merebahkan tubuhnya di atas kasurnya dan menutup matanya dengan lengannya sendiri kemudian tertidur.
Kurang lebih tiga jam kemudian Harry terbangun, dia meraih ponselnya dan mengaktifkannya. Lalu membuka pesan dari Draco.
"Jika itu keputusanmu, aku menghargainya. Aku juga ingin meminta maaf, aku tidak bisa menjadi kekasih seperti yang kau harapkan. Maaf atas segala kesalahanku. Dan terimakasih telah menemaniku selama ini. Terimakasih banyak. Aku mencintaimu."
Harry mengusap wajah dengan kasar. Batinnya bertanya-tanya, bukankah ini yang dia inginkan? Tapi mengapa dia merasa sedih? Dia yang memutuskan hubungannya dengan Draco, lalu kenapa dia merasa seolah keputusannya salah? Harry membaca pesan yang dia kirimkan sebelum dirinya tidur, lalu membaca ulang pesan yang Draco kirimkan.
"Bodoh." umpatnya pada dirinya sendiri lalu menangis dalam diam.
Otaknya memutar setiap kenangannya bersama Draco. Ketika pertama kali mereka bertemu saat masih menjadi mahasiswa baru, ketika menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain game bersamanya, ketika si pirang itu menyatakan perasaannya, hari-hari yang mereka habiskan untuk berkencan dan bertengkar.
Bertengkar, jika diingat-ingat Harry sangat sering bertengkar dengan Draco. Dan alasannya bukan hal sepele, setidaknya itu menurut Harry. Kekasihnya itu, okay mantan. Mantan kekasihnya itu sering menghabiskan waktu bersama adik tingkat mereka. Harry tidak mau tau siapa nama gadis itu. Dari sudut pandang Harry, gadis itulah yang mendekati Draco, dan tingkahnya itulah yang membuat Harry muak. Dan berujung dengan pertengkaran.
Ketika Harry merasakan hubungannya dengan Draco tidak kunjung membaik, dia hanya diam. Membiarkan gadis itu mendekati Draco, dan bertingkah seolah tidak tahu. Tapi apa yang dilakukan Draco? Tidak ada. Pemuda itu bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa, tetap bersama Harry seperti biasanya dan juga tidak mendorong gadis itu menjauh.
Harry sudah cukup bersabar selama ini, dan hari ini dia memutuskan untuk mengakhiri segalanya. Meskipun berat. Meskipun hatinya terasa sakit.
🐍🦁
Semester baru telah dimulai, gedung-gedung di universitas mulai dipenuhi oleh para mahasiswa. Harry melihat beberapa mahasiswa berlalu-lalang di depannya. Ngomong-ngomong dia sedang duduk di taman fakultas bersama Hermione yang sibuk membaca. Baru hari pertama dan dia sudah membaca buku yang tebalnya lebih dari lima ratus halaman.
Harry memandang gadis yang duduk di depannya, terkejut karena Hermione meletakkan bukunya ke meja dengan kasar, "Jadi kau hanya akan diam?" tanyanya.
Harry menghembuskan napasnya panjang, lalu meletakkan kepalanya di meja. "Kami putus," kata Harry memulai ceritanya, "aku yang memintanya dan dia mengiyakan. Aku lelah, 'Mione."
Hermione melihat mata Harry berkaca-kaca, lalu gadis itu mengelus rambut Harry. Dia hanya diam, membiarkan Harry menceritakan semuanya.
"Aku tidak tahan melihat dia bersama gadis itu." Lanjut Harry.
Hermione menganggukkan kepalanya dengan tangannya yang masih mengelus rambut Harry. Dia melihat seseorang mendekati mereka, lalu memberi kode agar seseorang itu diam.
"Apa kau pernah bertanya kepada Draco apakah dia menyukai gadis itu?" Tanya Hermione.
"Tidak." Harry menyedot ingusnya, lalu mengusap setetes air matanya yang jatuh.
"Apa kau masih mencintainya?"
Pertanyaan Hermione membuat Harry menegakkan duduknya, lalu dia menatap lekat sahabatnya itu. Harry terdiam sejenak sebelum mengatakan masih.
"Aku juga masih mencintaimu,"
Harry segera menolehkan kepalanya dan netranya menangkap sosok pemuda bersurai pirang berdiri di belakangnya.
"always." lanjut sosok itu.
Harry tidak mampu menahan tangisnya lagi. Dia menumpahkan air matanya, menangis sejadi-jadinya dan menyembunyikan wajahnya dibalik tangannya yang dia lipat di meja. Dia merasakan ada tangan yang mengelus rambutnya, tapi dia yakin itu bukan tangan Hermione.
"Maafkan aku."
Harry mendengar bisikan itu, namun dia tidak berminat untuk merubah posisinya. Elusan pada rambutnya berhenti, digantikan dengan tubuhnya yang direngkuh oleh sosok itu.
"Maafkan aku, Love"
Tangisan Harry semakin kencang hingga membuat beberapa mahasiswa yang lewat menoleh ke arah mereka.
🐍🦁
"Sudah puas menangis?" Tanya sosok itu pada Harry yang napasnya masih tersengal-sengal.
Harry memukul Draco dengan botol air mineral, "Bodoh." balasnya.
"Iya, aku memang bodoh." Draco memeluk Harry dan membiarkan Harry mengelap sisa air matanya di kemeja kesayangannya.
"Aku juga bodoh. Maafkan aku, Dray."
"Kau membuatku gila selama berminggu-minggu."
"Kau membuatku emosi selama berbulan-bulan."
"Maafkan aku. Aku hanya ingin membantunya, tapi ternyata kebaikan yang kulakukan membuatmu bersedih."
"Aku tidak akan memaafkan mu jika kau mengulanginya." Setelah mengatakannya Harry melepas pelukan Draco lalu mengecup bibir si pirang.
"Aku juga tidak akan memaafkan diriku sendiri jika aku kehilanganmu," Draco mencium kedua kelopak mata Harry, "ku harap ini terakhir kalinya aku membuatmu menangis." lanjutnya, lalu menatap tepat pada mata Harry yang kini telah terbuka. Menampakkan iris hijau cantiknya.
END
Awalnya aku mau bikin mrk putus sesuai cerita aslinya, tapi aku ga tega :)
Aku ga tau besok upload atau nggak, jgn ditunggu (pede bgt kek ada yg nungguin aja 😭)
KAMU SEDANG MEMBACA
DRARRY ONESHOOT
FanfictionDrarry Oneshoot Twoshoot Multi chapter Harry Potter © J.K. Rowling Picts isn't mine Jangan plagiat