Neighbor part 2

9K 996 78
                                    


Maaf kalo ada yg salah, aku ga ngerti dunia lukis
Sebenernya aku ga niat bikin part ini krn part 1 itu iseng doang grgr aku sm temen kos abis ngintip tetangga yg ribut 😭😭



Siapa sangka pertemuan pertama Harry dengan si tetangga misterius perlahan menjadikan keduanya akrab. Setelah sesi perkenalan tak terduga di depan flat, keduanya beberapa kali sengaja bertemu hanya untuk membahas hal apapun mengenai seni, terutama seni lukis. Harry tentu saja sangat gembira mendapat teman baru untuk berbagi hobi dan ketertarikannya.

"Silahkan masuk"

"Thank you" Harry tersenyum dan melangkahkan kakinya memasuki flat Draco. Ini pengalaman pertamanya berkunjung ke flat yang didominasi oleh warna gelap itu.

"Kau ingin minum sesuatu?" Draco bertanya ketika Harry sedang sibuk melihat-lihat beberapa lukisan yang terpajang di dinding.

"Oh? Ya? apa saja"

Kemudian Draco meninggalkannya, membiarkan si tetangga melihat-lihat.

"Menemukan sesuatu yang menarik?"

"Oh? Ya. Aku tidak menyangka kebanyakan yang kau pajang adalah lukisan abstrak" komentar Harry.

Draco mengulurkan minuman kaleng pada Harry setelah membukanya, dan Harry mengatakan terimakasih dengan pelan. "Aku menyukai ketika orang-orang bingung mengartikannya. Meskipun kau orang pertama yang memasuki flatku, sebelumnya tidak ada yang pernah masuk ke sini selain ibu dan ayahku"

"Suatu kehormatan" Harry sedikit membungkukkan badannya dengan tangan kanan yang diletakkan di dada kirinya, senyum penuh canda tercetak di wajahnya. Draco menanggapinya dengan senyum tipis.

"Tadi aku sempat memperhatikan lukisan wanita dengan tubuhnya yang berwarna-warni, ku rasa di sebelahnya adalah pohon apel. Dan aku terpesona oleh padang canola yang berada jauh dibelakangnya"

"Kau menyukainya?" tanya Draco.

Harry menoleh sebentar sebelum memusatkan pandangannya pada lukisan dengan background hitam pekat dan terdapat sepasang mata berwarna keabu-abuan di tengahnya. "Ya. Lukisan itu sangat menarik. Aku suka pemilihan warnanya"

"Itu ibuku. Di Wiltshire. Sebelum kami pindah ke London" Draco menoleh ketika merasa Harry sedang memperhatikannya.

"Lukisanmu sendiri?" pertanyaan Harry hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Draco.

"Tapi aku melihat inisial PBP di ujung kiri bawahnya"

God... Draco melupakannya.

"Apa yang kau bicarakan, Harry?" andai saja Harry lebih jeli, dia pasti dapat melihat raut panik yang sekilas terlihat di wajah Draco.

"PBP, Pure Blood Prince. Pelukis terkenal yang sampai sekarang belum diketahui wujudnya. Aku sangat yakin itu asli, aku mengingat bentuk huruf di lukisanmu sama dengan yang ada di pameran yang pernah ku lihat" Harry menyipitkan matanya, "dan kau bilang wanita di lukisan tadi adalah ibumu. Bagaimana bisa ibumu ada di lukisan PBP?"

Cepatlah berpikir Draco, ayo cepat berpikir. Sial! Bagaimana ini? Bagaimana dirinya bisa lupa tentang lukisan itu? Bodohnya dia melupakan fakta bahwa Harry adalah mahasiswa seni, tentu saja Harry tau siapa itu PBP. Apa mengaku saja? Toh dirinya sudah tertangkap basah dan tidak memiliki alasan lagi untuk menyangkal.

"Ya"

Jawaban singkat Draco membuat Harry sedikit kebingungan, "Ya?"

"Iya. Aku adalah Pure Blood Prince"

Harry membelalakkan matanya, "Ka-kau?"

Draco berdehem tanda mengiyakan.

"Tunggu, kau? Kau serius?" Harry menatap Draco dengan ekspresi tidak percaya, "ku kira kau mengenal dia atau... Jadi kau benar-benar Pure Blood Prince?"

Damn!

Kau benar-benar bodoh Draco. Bagaimana bisa kau tidak memikirkan kemungkinan itu? Kenapa kau bisa menyimpulkan bahwa Harry mencurigaimu? Jika dipikir-pikir, Harry hanya menanyakan bagaimana bisa PBP melukis ibunya. Bukan 'apakah dirinya adalah PBP'.

SIAL!

Bagaimana bisa Draco sebodoh ini? Apa yang harus dia lakukan? Seseorang telah mengetahui identitasnya. Apa dia perlu pindah tempat tinggal? Sepertinya setelah ini dia harus mencari beberapa flat sebagai kandidat calon tempat tinggalnya yang baru.

"...co? Draco? DRACO!"

Draco tersentak oleh panggilan Harry. Pemuda berambut hitam legam itu segera meminta maaf karena telah berteriak. "Kau tidak mendengar aku memanggilmu?" tanya Harry.

"Maaf"

"Sudahlah. Lupakan" Harry berjalan mendekati sofa putih Draco dan duduk di atasnya, "aku tidak akan mengatakannya pada siapapun jika indentitasmu adalah sebuah rahasia" lanjutnya.

Draco ikut duduk di samping pemuda pemilik iris berwarna hijau indah itu. Dirinya hanya diam dan sesekali menanggapi cerita Harry mengenai teman-teman satu jurusannya yang selalu memuji karya Draco setelah melihat karya Draco yang terpajang di setiap pameran.

"Hei, apa kau tidak ingin mengabulkan permintaanku tempo hari?"

Draco mengangkat sebelah alisnya tanda tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Harry.

"Aku memintamu melukisku. Bagaimana?"

Draco terdiam sejenak untuk mempertimbangkannya. Apakah harus? Tapi dirinya harus menyelesaikan lukisannya untuk pameran yang diadakan tiga hari lagi. Tapi sepertinya dia bisa mengabulkan permintaan Harry dan mengabaikan proyeknya sebentar.

"Baiklah" jawab Draco pada akhirnya.

Harry terlihat sangat bersemangat, "Benarkah? Kau serius?"

Kemudian Draco mengangguk dan ikut tersenyum ketika melihat Harry tersenyum lebar.


🐍🦁


"Pameran hari ini ramai sekali" komentar Harry yang sedang memperhatikan sekelilingnya.

Mereka berdua sedang berada di sebuah pameran lukisan yang digelar di salah satu galeri seni. Pameran yang juga Draco ikuti. Beberapa lukisan hasil karyanya terpajang dan sedang dikerumuni oleh beberapa orang pengunjung.

"Ku dengar Pure Blood Prince mengeluarkan satu lukisan berbeda kali ini" Harry melirik Draco yang berjalan di sampingnya, "bukan lukisan abstrak seperti biasanya"

"Yeah, begitulah"

"Aku ingin melihatnya. Ayo" Harry menarik tangan Draco untuk berjalan lebih cepat.

Ketika mereka sampai di depan lukisan hasil karya Draco, si pemuda berkacamata itu terdiam mematung. Lukisan di hadapannya memiliki background berwarna-warni yang entah kenapa justru campuran warna yang berbeda itu terlihat membuatnya semakin menarik. Lalu tepat ditengahnya terdapat sosok setengah badan dengan warna hitam, dilengkapi kacamata bulat dan mata hijau yang cantik ditengahnya.

Harry tidak ingin terlalu percaya diri dengan menganggap sosok itu adalah dirinya. Meskipun ciri-cirinya sangat mirip dengan dirinya. Kacamata bulat, mata hijau, dan jangan lupakan detail kecil berupa rambut yang terkesan berantakan itu.

Kemudian Harry melihat Draco dan menanyakan apa judul lukisan tersebut. "The green one" jawab Draco sambil menolehkan kepalanya untuk melihat Harry, "tapi aku lebih suka menamainya Mine"

"Kenapa bagitu?" Harry merasakan napasnya tercekat ketika menunggu jawaban Draco.

"Karena aku menyukai sosok di dalam lukisan itu dan ingin menjadikannya milikku" ada jeda sebelum akhirnya Draco bertanya, "bagaimana menurutmu?"

Harry mengedipkan matanya cepat, sepertinya otaknya sedang memproses kalimat yang Draco ucapkan. Tepat saat Draco hendak melangkahkan kakinya, Harry menahan sebelah tangan putih pucat itu.

"Aku juga menyukainya" kata Harry.

Apakah Harry sedang malu? Telinganya merah sekali.

"Sungguh?" pertanyaan Draco dijawab dengan anggukan kepala.

"Tentu. Itu terdengar bagus" kini Harry tersenyum jahil, "dan posesif, aku menyukainya"

Entah mendapat dorongan keberanian dari mana, Harry mengecup pipi Draco kemudian berlari menjauh.








END

DRARRY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang