"Ayolah Harry, kau harus makan." Hermione mencoba membujuk Harry yang hanya mengaduk-aduk makanan di piringnya.
Beberapa hari belakangan Harry selalu seperti itu. Mengaduk-aduk makanannya setelah suapan pertamanya atau tidak menyentuhnya setelah gigitan pertama. Setelahnya dia hanya meminum jus labu. Setidaknya Harry masih bersedia berjalan ke Great Hall untuk memasukkan sesuatu kedalam mulutnya.
"Kau lebih parah dari Ginny saat terkena demam di usia lima tahun." Komentar Ron dihadiahi tatapan tajam oleh Ginny yang duduk tak jauh darinya.
Harry menghembuskan napasnya panjang, "Aku tidak lapar." Ucapnya dengan nada yang tidak bersemangat.
"Kau masih memikirkan tanda itu?" Bisik Ron.
Seketika Harry menghentikan kegiatannya mengaduk-aduk kentang di piringnya. Dan hal itu tak luput dari pengamatan Hermione. Gadis itu tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya ketika Harry mengangguk pelan. Setelahnya Harry berdiri dan mangatakan ingin ke kamar.
🐍🦁
Pansy memperhatikan Draco yang sedang memotong daging di piringnya menjadi potongan yang lebih kecil, kemudian memasukkannya kedalam mulut dan mengunyahnya dengan perlahan. Gadis itu menatap sebal Draco yang tetap bungkam lalu mengalihkan pandangannya pada meja Gryffindor.
Dia melihat Harry Potter mengaduk-aduk sesuatu di piringnya dengan lesu dan Granger yang berbicara padanya. Pansy menyendok puding dengan pandangan mata yang terpaku pada meja Gryffindor. Beberapa saat kemudian dia menyikut lengan Draco ketika melihat anak emas Gryffindor itu berdiri dari posisinya dan berjalan menuju pintu Great Hall sendirian.
Draco menatap sahabat perempuannya itu dengan tatapan cepat katakan atau ku kutuk kau karena telah mengganggu makan malam ku.
"Kucingmu baru saja keluar tanpa pengasuhnya." Ujar Pansy dengan tenang tanpa memperdulikan Draco yang terburu-buru mengambil piala di depannya, dia segera keluar dari Great Hall setelah meminum isinya dan meletakkan kembali piala itu.
Theo yang melihat Draco mengakhiri makan malamnya lebih cepat pun menoleh ke arah Pansy. "Dia kenapa?" Tanyanya.
"Mengejar kucingnya." Jawab gadis berambut hitam itu. Lalu dia kembali memakan pudingnya.
Theo mengerutkan keningnya kebingungan, "Sejak kapan Draco punya kucing?" tanyanya lagi.
"Belum lama," Pansy menjawabnya dengan santai. "Kau harus melihatnya, dia sangat lucu dan mata hijaunya sangat cantik."
"Hijau?" Tanya Theo, Pansy hanya mengangguk.
Blaise yang mendengar pembicaraan mereka berdua hanya menggelengkan kepalanya tanpa berminat bergabung.
"Sepertinya Draco terlalu terobsesi dengan warna Slytherin."
Blaise menatap malas Pansy yang duduk di depannya ketika mendengar komentar Theo. "Sudahlah, habiskan makanan kalian."
"Yes, Father." Setelah mengatakan itu Pansy mengusap kepalanya yang baru saja dipukul menggunakan piala kosong oleh Blaise.
"Aku hanya memanggilmu Father," Gadis itu mendelik tajam pada Blaise, "bukan Daddy," lalu dia mengalihkan pandangannya pada Theo, "apa kau memanggilnya Daddy saat bercinta?" bisiknya pada Theo, yang masih dapat didengar oleh Blaise.
"Pans!"
Pansy mengabaikan Blaise yang menatapnya tajam, dia menyeringai ketika melihat telinga Theo memerah. "Kau tidak perlu menjawabnya," ujarnya, yang ditujukan pada Theo. Kemudian menyendok pudingnya lagi dan menggumamkan Aku merindukan Diggory sebelum memasukkan sendok itu ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRARRY ONESHOOT
FanfictionDrarry Oneshoot Twoshoot Multi chapter Harry Potter © J.K. Rowling Picts isn't mine Jangan plagiat