Amortentia

10.2K 983 338
                                    


Anggep aja Cedric satu angkatan sm drarry
Setting tahun keenam dan draco ga jadi Death Eater, jadi ga ada misi benerin lemari


"Aku sudah menyiapkan ramuan pagi ini," Professor Horace Slughorn berjalan mendekati murid-murid yang mendengarkannya dengan seksama, "ada yang tahu ramuan apa ini?"

Seperti biasa, Hermione mengacungkan tangannya untuk menjawab pertanyaan yang Professor itu lontarkan.

"Yes, Miss..."

"Granger, sir," Hermione maju dan mendekati kuali di depan kelas yang berisi ramuan didalamnya, "itu adalah Veritaserum. Ramuan untuk memaksa peminumnya mengatakan kebenaran. Dan yang itu--" Hermione menjeda penjelasannya, membuat salah satu murid disana mengangkat sebelah alisnya.

"Agak sulit membuatnya. Ini Amortentia. Ramuan cinta paling manjur di dunia," Hermione menatap Professor Slughron sejenak, lalu mengalihkan pandangannya pada kuali di depannya lagi, "menurut rumor, baunya akan tercium berbeda bagi tiap orang tergantung dari apa yang membuatnya tertarik."

Sosok yang tadinya mengangkat sebelah alisnya kini menyeringai. Dia tidak mendengarkan penjelasan lebih lanjut dari Hermione, otaknya sudah merencanakan hal yang sangat fantastis. Sepertinya dia harus berterimakasih kepada gadis Gryffindor itu, jika rencananya berhasil.

🐍🦁

"Kau menyeramkan." komentar Blaise pada sahabatnya yang masih setia menyunggingkan senyumnya sejak memasuki ruang rekreasi asrama Slytherin.

"Hari yang cerah, Blaise." Draco mendudukkan dirinya di sofa, di samping Blaise yang kini bergeser menjauhi si pirang. Sepertinya salah satu saraf di otaknya telah putus, begitu pikir Blaise. Seingatnya seharian ini cuaca sedang mendung, lalu mengapa Draco mengatakan hari ini cerah? Gila.

"Draco, kau dicari seseorang." suara Theo membuat Draco menoleh padanya yang berada di dekat pintu masuk.

Draco menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya siapa kepada Theo.

"Si Hufflepuff." jawab Theo.

Hufflepuff? Siapa? Seingatnya Draco tidak memiliki urusan dengan anak Hufflepuff. Karena tidak ingin membiarkan otaknya bertanya-tanya, Draco segera bangkit dan keluar dari ruangan yang didominasi oleh warna hijau itu.

Hal pertama yang Draco lihat setelah membuka pintu adalah senyuman lebar dari si anak Hufflepuff, Cedric Diggory. Dia cukup terkenal dikalangan para gadis. Harus Draco akui wajahnya lumayan menarik. Tipe-tipe wajah anak baik yang mudah mencuri hati ibu-ibu untuk dijadikan sebagai menantu mereka.

Sangat berbeda dengan Draco yang terkesan.. nakal? Tidak masalah. Toh banyak gadis menyukai image bad boy. Dan dia yakin tidak akan ada yang menolaknya. Dia sempurna. Dan dia Malfoy. Yang terakhir harus digarisbawahi.

"Kau sangat mempesona." Draco memandang aneh Cedric yang memujinya.

Okay, dia memang mempesona. Tapi mendengar pujian itu keluar dari mulut Cedric terdengar aneh. Dan sedikit menggelikan. Ralat. Sangat menggelikan.

Mengabaikan pujian yang terdengar aneh itu, Draco pun bertanya, "Ada perlu apa kau denganku?"

"Hanya ingin melihatmu."

"Dan kau sudah melihatku. Sekarang pergilah." usir Draco pada sosok yang masih diam di depannya.

Hei, pandangan macam apa itu? Draco merasa sedang dipandangi dengan tatapan-- ah sudahlah. Draco tidak mampu menjelaskannya.

"Apakah besok kau mau pergi ke Hogsmeade bersamaku?"

Draco kini menunjukkan ekspresi jijiknya tanpa menyembunyikannya sedikitpun. "Tidak. Dan pergilah!" Draco mengusirnya lagi lalu berbalik, hendak memasuki asramanya.

DRARRY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang