Cloud

12K 1.2K 84
                                    





Suasana di kediaman Malfoy siang ini cukup tenang. Dua perusuh yang tadinya berebut mainan kini sibuk menggenggam pensil warna dan menorehkannya pada buku yang berisi gambar-gambar untuk diwarnai.

"Awan itu putii, 'Arry" Kata bocah berambut pirang yang kini memandangi bocah di depannya yang sedang mewarnai gambar awan dengan warna biru.

"No. Awan itu biwu, Dway" Saut si bocah berambut hitam legam.

"No. Awan itu putii. Tidak ada awan berwarna biru" Draco -bocah berambut pirang- tetap pada argumennya.

"No, Dwaco. Awan itu biwu" Dan Harry -bocah berambut hitam- juga tetap membantah.

Dasar bocah-bocah keras kepala.

Harry melanjutkan kegiatannya memberi warna biru pada gambar awan. Sementara Draco berpikir keras bagaimana cara memberitahu Harry bahwa awan itu berwarna putih tanpa membuat Harry menangis. Dia tau Harry akan menangis jika dirinya tetap menyangkal pendapat Harry bahwa awan itu berwarna biru.

"'Arry, ayo kita keluar. Meliat warna awan di langit" Usulan Draco membuat Harry menghentikan kegiatannya lalu melihat Draco dengan tatapan mata yang serius. Tentu saja serius versi bocah berusia dibawah lima tahun.

"Bukan 'Awwy, Dwaco. Tapi Hawwy" Harry menekankan huruf H pada kalimatnya.

Membuat Draco menatapnya dengan tajam, "Bukan Dwaco. Tapi Draco"

"Aku tidak bisa mengucapkan huwuf itu, Dway" Harry menghela nafasnya dengan dramatis, wajahnya terlihat sedih seolah memikul beban berat seorang pahlawan dunia sihir yang harus memusnahkan penyihir gila keabadian.

"Aku juga tidak bisa mengucapkan uruf itu" Jawab Draco sambil menatap Harry dengan ekspresi yang sama sedihnya.

Oh? Mengapa suasana menjadi sedih seperti ini? Biasanya mereka saling teriak dan tidak akan berhenti sampai salah satu dari mereka menangis tersedu-sedu dengan ingus keluar dari hidung.

Narcissa yang baru saja keluar dari dapur merasa heran ketika melihat pemandangan kedua balita itu terdiam dengan wajah sedih. Ada apa dengan bocah-bocah kelewat aktif itu? begitu pikirnya. Lalu dia mendekati dua balita yang duduk di karpet bulu dengan pensil warna berserakan diantara mereka.

"Kalian kenapa, kids?"

Draco mendongakkan kepalanya begitu mendengar ibunya bertanya. "Kami sedang bersedi karena tidak bisa mengucapkan satu uruf, Mom" Harry pun menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan ucapan Draco.

Narcissa ingin tertawa mendengarnya, tetapi dia menahannya sebisa mungkin karena melihat wajah bersedih Draco dan Harry. "Dan kalian tidak ingin melanjutkan kegiatan mewarnai kalian?"

Draco berusaha berdiri dengan kaki mungilnya, kemudian dia membantu Harry berdiri dan menggenggam tangan kecil Harry. Draco membawa Harry menuju pintu, mengabaikan tatapan penasaran ibunya.

"Kau mau kemana, Dragon?" Tanya Narcissa.

"Meliat awan. 'Arry tidak percaya awan berwarna putii, Mom" Jawab Draco tanpa menoleh ke arah ibunya.

Kini Narcissa tidak dapat menahan senyumnya, anaknya itu selalu penuh kejutan.

Narcissa masih bisa mendengar percakapan dua anak yang sedang melihat awan di depan rumah itu.

"Sekarang kau percaya awan berwarna putii?" Tanya Draco.

"Eum.. yang bewawna biwu tewnyata langit" Jawab Harry.

Narcissa dapat melihat senyuman di bibir Harry yang sedang menolehkan kepalanya untuk melihat Draco di sampingnya.

Kemudian dua kepala berbeda warna itu berjalan masuk kembali ke dalam rumah.

"Tewimakasih, Dway. Sekawang aku tau wawna awan" Harry tersenyum lebar lalu mencium pipi Draco.

Kejadian singkat itu membuat Narcissa sempat membeku pada tempatnya. Apa itu tadi? Apa Harry baru saja mencium pipi anaknya? Dan kenapa mereka manis sekali? Lagi-lagi senyum mengembang di bibirnya ketika melihat wajah anaknya memerah. Lucu sekali.

"Terimakasi kembali, 'Arry"













END

Kepikiran grgr abis chat sm sepupu yg dulunya cadel ga bisa ngomong H. Lucu bgt dulu kalo ngomong 😭😭

DRARRY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang