Seperti biasa ketika jam istirahat Harry menghabiskan waktunya sendirian di bawah pohon rindang. Letaknya tepat di belakang gedung perpustakaan sekolahnya. Semenjak dua sahabatnya menjalin hubungan, Harry merasa harus memberikan mereka ruang untuk berduaan. Dia tidak ingin menjadi sahabat yang egois dan tentu saja tidak ingin mengganggu mereka berdua. Jadilah dia sering mengunjungi taman kecil di belakang perpustakaan itu.
"HARRY!"
Belum sempat menoleh, Harry sudah dikejutkan oleh pelukan Hermione. Lebih tepatnya Hermione menubrukkan badannya ke Harry. Untung saja Harry menyender pada batang pohon. Jika tidak, bisa dipastikan punggung Harry akan bersentuhan dengan tanah.
Terdengar suara isakan pelan dari Hermione. "Hei, ada apa 'Mione? Apa yang terjadi?" Harry melepaskan pelukan gadis berambut cokelat itu, matanya masih mengucurkan liquid bening dan bibirnya masih sesekali mengeluarkan isakan.
Harry mengusap air mata yang mengalir itu, "Hei, ada apa? Kau bisa menceritakannya padaku"
Dengan isakan yang membuat napasnya tersengal Hermione menceritakan bahwa dirinya baru saja memutuskan hubungannya dengan Ron. Menurut cerita Hermione, Ron menuduh Hermione sudah tidak menyukainya lagi karena Hermione terlalu sering menanyakan dan mencari dimana keberadaan Harry. Padahal Hermione hanya ingin mereka bertiga selalu bersama seperti sedia kala.
"Maafkan aku"
"Tidak Harry, kau tidak salah. Ron yang salah"
Keduanya terdiam, taman yang sepi membuat Hermione merasa nyaman. Tidak seperti keadaan kantin yang ramai dan banyak orang.
"Sepertinya kau harus segera menemukan partner untuk prom night besok" kata Harry memecah keheningan.
"Kenapa aku bisa lupa tentang itu?!" Hermione kini menjambak rambut sebahunya. Dia benar-benar lupa mengenai acara tahunan yang diadakan oleh sekolahnya. "bagaimana ini Harry?" Wajahnya terlihat memelas.
"Kalau kau ingin mengajakku, maaf. Aku sudah berjanji akan pergi bersama Luna"
"Lalu bagaimana denganku?" Hermione terlihat ingin menangis lagi. Tidak mungkin dia berangkat tanpa pasangan. Pasti memalukan jika Ron melihatnya terlihat menyedihkan. Justru dirinya harus membawa pasangan yang tampan agar Ron menyesal telah berpisah dengannya. Tapi pertanyaannya siapa? Siapa yang bersedia menjadi pasangannya besok malam?
"Mungkin kau bisa mengajak temanmu dari sekolah lain" usulan Harry membuat Hermione berpikir sejenak. Kemudian segera mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu.
"Hei sepupu bodoh. Besok malam kau tidak ada acara kan? Jika ada, kau harus membatalkannya dan pergi denganku di acara prom night sekolahku. Tidak menerima penolakan. Dan aku jamin akan membuang semua koleksi video game mu yang kau sembunyikan di kamarku. Tentu saja aku akan membuangnya setelah mengadu pada Aunty"
🐍🦁
Di acara malam itu Hermione membuat heboh. Penampilannya yang jauh dari biasanya membuat mata para murid laki-laki tidak berhenti menatapnya. Dia memakai dress selutut berwarna biru muda dengan warna yang semakin memudar di ujung bawahnya, bagian pundaknya terekspos dan terdapat kalung dengan liontin kecil di lehernya. Rambutnya hanya ditata sederhana, digulung tinggi dan menyisakan beberapa helai rambut di kanan dan kiri wajahnya dan dibuat sedikit bergelombang. Sangat cantik.
Jangan lupa pasangannya juga membuat heboh para siswi karena parasnya yang luar biasa tampan, wajah aristokratnya dilengkapi dengan iris berwarna abu-abu kebiruan. Rambutnya yang berwarna pirang platina tersisir rapi. Badannya yang tinggi dan tegap dibalut dengan kemeja berwarna putih dan setelan berwarna biru gelap dengan dasi yang berwarna senada. Sangat wajar jika kedatangan mereka membuat heboh.
"Hermione" Harry menyapa sahabatnya. Lalu sahabatnya itu berjalan mendekatinya dengan merangkul lengan si pemuda pirang.
"Harry, kau sudah lama?"
"Tidak terlalu"
"Mana Luna?"
"Menghilang entah kemana" Harry mengangkat bahunya dengan cuek.
"Oh iya, kenalkan ini Draco Malfoy" Hermione mengenalkan pemuda yang sedari tadi menatap Harry tanpa berkedip itu, "sepupu bodohku" kata Hermione pelan.
Draco memutar bola matanya malas.
"Dan Drake, ini sahabat baikku. Harry Potter"
Draco mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan yang kemudian diraih oleh Harry "Senang berkenalan denganmu, Pottah"
Senyuman yang tadinya terukir di bibir Harry mendadak luntur, "Potter, bukan Pottah. Dan ya, senang berkenalan denganmu juga"
"Ku rasa Malfoy lebih cocok untukmu" Draco menyeringai.
"Hentikan rayuan menjijikkanmu, Drake" Hermione menatap malas sepupunya. "Aku tinggal sebentar. Toilet" lanjut Hermione.
"Oh? Ya. Tentu" jawab Harry.
Setelah Hermione menghilang, mereka memutuskan duduk di salah satu meja. Harry dan Draco duduk berhadap-hadapan setelah Draco mengambilkan minum untuk dirinya sendiri dan Harry. Tenang, acara malam ini tidak ada alkohol. Mereka masih belum legal.
"Kau satu kelas dengan si kutu buku itu?" tanya Draco.
"Iya" jawab Harry setelah menelan satu tegukan minuman di tangannya.
"Apa kau sudah memiliki kekasih?"
"Belum" Harry mengerutkan dahinya, apa-apaan pertanyaan ini.
"Lalu siapa gadis yang datang bersamamu?" tanya Draco lagi.
"Memangnya apa urusanmu?"
"Bukankah sudah ku bilang nama belakangmu lebih cocok diganti dengan Malfoy?" Draco tersenyum. Kali ini benar-benar tersenyum. Tidak menyeringai seperti sebelumnya.
Dan apa-apaan itu? Mengapa pipi Harry tiba-tiba memanas? Sepertinya ada yang tidak beres, sepertinya Harry demam.
"Kenapa Hermione lama sekali?" Harry berusaha mengalihkan pembicaraan, kepalanya menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari keberadaan sahabatnya.
"Bagaimana kalau kita berdansa?" Harry menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar ajakan Draco. "Daripada bosan menunggu Hermione" lanjutnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
DRARRY ONESHOOT
FanfictionDrarry Oneshoot Twoshoot Multi chapter Harry Potter © J.K. Rowling Picts isn't mine Jangan plagiat