BAB 9 : Sebuah Surat

28 6 1
                                    

AmbarSita
☆☆☆☆☆

Ketika sudah berada didepan rumah besar yang dipenuhi bunga-bunga dihalamannya, Ambar kembali mundur dan mengurungkan niat.

Berkali-kali bocah kecil itu bolak balik melewati rumah Sita. Sampai-sampai Dian anak pak Sayuti Malik memandangi Ambar dengan heran.

"Heh kamu ngapain dari tadi bolak-balik gitu?" Sapa Dian sambil mencolek pipi Ambar yang tembam.

"Ah hahahaha, kak Dian dari mana?"

"Dari belajar kelompok dirumah teman, kan bentar lagi kakak mau ujian UAN"

Ambar hanya diam karna dia tidak paham dengan apa yang dikatakan perempuan yang sudah duduk di kelas tiga SMA itu.

"Ngapain sih? Kamu dimarah pak Bahrun loh kalo belum juga pulang kerumah. Bentar lagi magrib nih"

"Ambar justru gak bisa pulang saat ini kak" ujarnya dengan jujur.

"Loh kenapa?"

"Soalnya Ambar disuruh minta maaf baru bisa pulang"

"Minta maaf ama siapa?"

"Sama anak baru dikelas Ambar"

"Anak siapa?"

"Cucu nek Lasa, anaknya buk Ita"

"Loh kakak gak pernah liat anak buk Ita sampe sekarang. Emang kamu apain anaknya? kamu tinju lagi ya anak orang?!" cerca Dian yang terus memborong Ambar dengan banyak pertanyaan.

"Enggak, dia cewek masa Ambar tinju!"

"Ooouh cewek. Eh tapi..... heeeee jangan-jangan kamu godain yaa?! Pasti dia cantik kan trus kamu naksir?" Dian berusaha menggoda bocah kecil itu sambil mencolek pipi tembamnya lagi.

"Naksir itu apa kak?" tanya Ambar dengan polosnya.

"Naksir itu kamu cinta sama dia"

"Cinta ngapain kak?"

Dian menepuk jidat, menyadari jika anak SD di desa Peringi hilir masih begitu polos dan sama sekali tidak mengerti istilah dalam persoalan asmara.

"Cinta itu kamu cimimuiwan sama dia, siapa nama dia?"

"Cimimuiwan itu apa kak?" Ambar masih terus penasaran dan bertanya.

"Cimimiuwan itu...... Aaagghh banyak nanya kamu! Ntar kalo udah gede dikit kamu bakal tahu, yaudah sana minta maaf!"

"Malu kak" jawab Ambar pelan.

"Naaah kan, kamu suka nih ama dia!" ledek Dian sambil mencolek hidung mancung Ambar kali ini.

"Enggak!! Ambar malah kesal ama dia, cengeng trus kalo nangis kenceng banget"

"Halah boong aja kamu"

"Bener, Ambar kesal sama dia!"

"Ati-ati ntar kamu jodoh loh sama dia"

"Iya!! Ibuk Ambar juga pernah bilang gitu, maunya Ambar jodoh sama dia. Tapi Ambar gak mau kak" jawabnya cepat.

Dan sampai detik ini, Ambar masih berpikir jika jodoh itu maka wajahnya akan mirip seperti ayahnya pak Bahrun.

"Loh kenapa?" tiba-tiba Dian menghentikan perkataannya saat melihat suami buk Ita dan anak gadisnya bersiap-siap untuk pergi ke mushola melaksanakan sholat magrib berjamaah.

"Paaaak" sapa Dian dengan ramah.

Pak Adam menganggukkan kepala dan membalas senyum Dian. Sita menggenggam tangan ayahnya karena ketakutan melihat Ambar dan sesekali gadis itu menutupi rambutnya.

AmbarSita : The beginning of love [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang