💞💞💞💞💞
Sebelum pulang ke Peringi, Pak Adam mengajak anak dan istrinya makan di sebuah restoran mewah. Sekalian menghabiskan waktu kebersamaan mereka bertiga yang akan berakhir Sabtu besok pagi.
Pak Adam dan buk Ita tersenyum melihat putri kesayangan mereka yang makan dengan lahapnya. Pak Adam merasa sekarang waktu yang tepat untuk membicarakan tentang keinginannya kemarin kepada Sita.
"Oh ya sayang, Rio masih ada menghubungi Sita?" tanya pak Adam berbasa-basi terlebih dahulu.
Sita mengangguk menjawab pertanyaan ayahnya "Masih.... Komunikasi kami lancar, kemarin aja Rio nelfonin Sita sampe jam 1 malam"
Pak Adam dan buk Ita saling melempar pandangan saat mendengar jawaban Sita.
"Gimana Rio, asyik kan orangnya? Baik nggak?" tanya pak Adam lagi.
"Asyik! Tambah asyik malahan setelah kami remaja ini. Kalo masalah baiknya dari dulu kan Rio emang baik pak, dia lembut kalo ngomong"
"Hah syukur deh, ganteng juga ya anaknya" kata pak Adam memuji. Sita langsung mengangguk setuju.
"Lebih gantengan mana dari pacar kamu Ambar?" tanya buk Ita cepat. Wanita itu ingin memperlihatkan kepada suaminya jawaban apa yang akan diberikan oleh anak gadis kesayangannya itu.
"Ya Ambar lah buk dimana-mana hahaha" jawab Sita sambil tertawa renyah kepada ibunya.
"Tapi kalo tajir nya kan menangan Rio, bukan Ambar, iya kan?!" sahut pak Adam dengan nada yang begitu tegas.
Sita langsung terdiam mendengar perkataan ayahnya. Tiba-tiba raut wajah Sita berubah dalam seketika. Airmatanya mengalir begitu saja, gadis itu menundukkan kepalanya untuk mengontrol rasa sedihnya saat ini.
"Loh kenapa Sita nangis? Apa perkataan bapak salah?" tanya pak Adam dengan lembut.
"Hati sita jadi sedih dengar omongan bapak tentang Ambar tadi. Lagipula.... membanding kan kehidupan Ambar sama Rio, itu bukan perbandingan yang adil pak" jawab Sita dengan suara yang begitu berat.
"Memangnya kenapa? Ya Sita tinggal jawab secara objektif aja pertanyaan bapak" bujuk pak Adam lagi agar anaknya berhenti menangis.
"Ya Tajiran Rio lah pak!! Jauh banget malahan! Seperti langit dan bumi. Benar apa yang dikatakan Sita, membandingkan kehidupan Ambar sama Rio bukan perbandingan yang adil! Yang satu anak petani sederhana yang satu nya lagi anak pekerja Migas yang berlimpahan uang. Enggak akan sanggup Ambar menandingi Rio!" ketus buk Ita kepada suaminya.
"Di ibaratkan Rio itu Berlian dan Ambar besi berkarat! Nggak akan cocok untuk disandingi! Karna semua orang pasti bakal ambil dan pilih berlian, ya kan Sita?!" Sambung buk Ita lagi. Wanita itu juga ikutan kesal dengan perkataan suaminya.
Sita semakin menundukkan kepalanya. Tangisnya sudah tidak bisa ditahan lagi. Sesekali terdengar Sita sesegukan karna mengontrol agar tangisnya tidak pecah ditempat restorant mewah itu.
Pak Adam terdiam memandangi anak gadisnya, dia bisa melihat hati anaknya begitu hancur karna Ambar baru saja di hina oleh ibunya.
"Mohon maaf ibuk, tapi Sita akan tetap pilih besi berkarat, jika besi itu adalah Ambar!" kata Sita dengan tegas. Sita kemudian menutup mulutnya karna tangisnya benar-benar sudah tidak bisa ditahannya lagi.
"Sita mau pulang" rengeknya dengan kedua orangtuanya.
Pak Adam langsung menarik nafas panjang mendengar jawaban Sita. Dengan raut wajah kesal dia berdiri dan mengajak anak dan istrinya untuk pulang. Pak Adam berencana untuk melanjutkan pembicaraannya dengan Sita di Apartment nanti.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
AmbarSita : The beginning of love [TAMAT]
Novela JuvenilKatanya 'Cinta itu gila' dan sialnya Sita salah satu orang yang terkena kegilaan dari cinta tersebut. Banyak dari teman-temannya yang tidak percaya seorang gadis seperti Sita yang terkenal cantik, pendiam, pemalu, pintar, dan tidak suka jadi pusat p...