BAB 25 : Penampung Makanan

19 5 15
                                    

♡AmbarSita♡
☆☆☆☆☆
 

Keesokan harinya Ambar memang datang lagi kerumah Sita. Rasanya Ambar memang belum memiliki rasa malu saat itu. Hubungannya dengan Sita pun semakin dekat. Sita sudah berani berbicara dengan Ambar dan selalu meminta Ambar untuk main kerumahnya dan pastinya harus di iming-imingi makanan terlebih dahulu.

Pak Adam dan buk Ita bingung, stok cemilan mereka sering habis dengan cepat. Keduanya tidak tahu jika anak mereka lah yang diam-diam menyogok si bocah nakal agar mau bermain dengannya.

"Mau ke Mandau lagi?" tanya pak Adam yang melihat istrinya sudah berdandan dengan pakaian rapi.

"Iyaah, ibuk minta dibeliin biskuit lagi loh. Kemarin rasanya Ita beli dua kotak besar sekalian buat stok. Eeh udah habis aja, apa ibuk terlalu suka ya sampe habis dalam sehari biskuitnya" ujar buk Ita kebingungan.

Dan.... Nek Lasa yang tidak tahu apa-apa menjadi korbannya. 🤣


~♡AmbarSita♡~

Ambar dengan teman-temannya tengah asyik berenang gratis di sungai mereka yang jernih. Hari ini dalam formasi yang lengkap, semua teman-teman di sekolahnya yang dulu hadir. Meskipun mereka tidak satu sekolah lagi. Khaidir, Thalib, ataupun Ujang juga masih menjadi korban bullyan Ambar.

Namun anehnya tiga bocah itu tetap tidak mau menjauh dari Ambar. Mungkin begitulah anak laki-laki kalau berteman. Mainnya jarang pake perasaan.

"Kalian gimana di SD dekat sana, kan jauh berangkat sekolahnya" tanya Thalib kepada Ambar dan Ismet.

"Iya, aku kadang jadi malas berangkat, capek! Dekat aja aku malas apalagi di pindahin ke tempat yang jauh" keluh Ismet dengan sekolah barunya.

"Tapi sekolah disana enak, gurunya jarang masuk" Ambar masih berusaha membanggakan sekolahnya yang sekarang.

"Kalo SMP kalian mau didesa itu juga?" tanya Khaidir dengan mereka.

"Kami kan tinggal kelas, enggak masuk SMP Hahaha" jawab Ambar dengan bahagianya.

"Bentar lagi kami mau ujian Nasional. Padahal aku gak mau masuk SMP" ucap Khaidir lesu.

"Kenapa?" tanya semua teman-temannya bersamaan.

"Soalnya masih ada Alif"

"Makanya aku tinggal kelas, biar gak satu kelas lagi dengan si tiang listrik. Kemarin aku minta kue sama Sita di hina-hina terus sama si tiang listrik. Semantang pak Bahrun miskin, padahal kan Sita yang nawari makanya aku datang kerumah dia" ujar Ambar ikut mengutarakan kekesalannya terhadap manusia bernama Alif tersebut.

"Ah, aku cemburu tahu nggak, Sita baik banget sama Alif" Thalib mulai curhat. Soalnya dia sudah mengerti soal cinta akhir-akhir ini.

"Kamu naksir Sita ya?" tanya Abdul cepat "aku juga" sambungnya lagi.

"Dia pacarnya Alif!" sahut Khaidir "soalnya mereka itu kemana-mana berdua. Sita juga maunya ngomong sama Alif aja, senyumnya sama Alif, baiknya sama Alif. Kita mana bisa ngalahin Alif!" ujar Khaidir yang bahkan sudah mengerti problema dalam percintaan.

"Tapi Sita juga baik sama aku, tiap hari disuruh datang kerumahnya. Berarti aku pacar Sita juga dong" kata Ambar dengan wajah bangga.

Semua teman-temannya langsung memandangi Ambar dengan ekspresi tidak percaya.

"Pasti kamu yang minta" tuduh Abdul meremehkan.

"Pasti kamu cari makanan kesana" ledek Ismet tajam.

"Pasti kamu minta cari makanan dirumah Sita" ucap Khaidir ikutan.

Tangan Ambar langsung melayang di kepala Khaidir "Giliran aku baru dipukul!!" rengek Khaidir menahan sakit.

AmbarSita : The beginning of love [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang