Selesai ujian Ambar memutuskan kembali ikut dengan abangnya Arul, pergi mendaki salah satu gunung yang cukup terkenal di Indonesia bagi orang-orang pecinta alam.
Dua temannya Arul dan Ismet menolak ikut, karna keduanya cukup malas bergerak dan lebih suka liburan yang santai alias tidur diatas kasur.
Ambar memang berbeda dari semua teman-temannya. Dia begitu menyukai tantangan dan termasuk salah satu manusia yang ingin bebas sambil menikmati alam.
"Ambar mana?" tanya Khadir yang baru datang ke balai desa setelah menghabiskan waktu liburannya di kota bersama keluarganya.
"Pergi sama bang Jefri" jawab Arul dengan tidak bersemangat.
"Pantesan sepi..... Haaah, Jantung aku dag dig dug nunggu pengumuman kelulusan nih" ujar Khaidir dan mengambil posisi duduk disamping Arul.
Tiba-tiba Thalib dengan nafas ngos-ngosan datang menemui teman-temannya. Semua kompak memandangi cowok itu heran.
"Kenapa kamu?" tanya Abdul menyambut kedatangan teman kemayunya itu.
"Nek Lasa meninggal" jawab Thalib cepat sambil memegang dadanya yang terasa sesak.
Semua teman-temannya langsung berdiri dari duduk mereka.
"Innalililahi wa'inna ilahi roji'un, Kamu serius?" tanya Abdul sedikit tidak percaya.
"Serius lah! Masa meninggal dijadiin becandaan! Barusan meninggalnya pas Azan Ashar"
"Ya Allah, bukannya nek Lasa di Malaysia sama Sita?" tanya Arul dan Ismet bersamaan.
"Udah pulang empat hari yang lalu sama adiknya buk Ita, pak Alip! mereka pulang duluan karna pak Alip kan harus kerja lagi" kara Arul menjelaskan.
Semua cowok-cowok itu pun langsung pergi kerumah buk Ita yang sudah ramai diisi kerabat-kerabatnya dan warga Peringi.
Nek Lasa menutup usia diumur 90 tahun dan akan dimakamkan besok pagi, sekalian menunggu kepulangan anak pertamanya, buk Ita yang masih diluar negri.
Keesokannya sehabis sholat zuhur, semua warga dan kerabat mengantarkan nek Lasa ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Hampir semua menangis dan kehilangan sosok wanita tua yang begitu ramah dan mudah tersenyum tersebut.
Apalagi teman-teman SD Sita yang begitu mengenal baik nek Lasa. Dulu sebelum buk Ita pindah ke Peringi, rumah nek Lasa menjadi salah satu markas tempat mereka bermain.
Ujang bahkan sampai menangis sesegukan saat melepas jenazah nek Lasa masuk ke dalam makam. Paman Sita yang paling manja dengan ibunya juga menangis histeris melihat nek Lasa di kuburkan.
Alif memeluk Sita yang juga menangis disamping pamannya.
"Sabar, Kita semua juga bakal menyusul kesana" ujar Alif berusaha menguatkan gadis itu.
Hanya Ambar, anak yang dulunya paling sering minta uang dengan nek Lasa tidak ada di pemakaman. Karna posisi Ambar saat ini masih diatas gunung, menikmati alam yang tenang dan indah. Seandainya Ambar tahu wanita tua yang selalu digandengnya melewati sungai saat siang hari itu sudah tiada, mungkin tangis Ambar juga sama histerisnya dengan anak laki-laki nek Lasa.
Sita sempat berpikir marahnya Ambar terhadapnya begitu keterlaluan. Bahkan saat neneknya sudah meninggal pun cowok itu tidak mau datang untuk melayat. Sita tahu hubungan Ambar dan neneknya begitu sangat dekat.
~**♡AmbarSita♡**~
Empat hari setelah kepergian nek Lasa, Ambar baru kembali dari liburnya. Cowok itu terdiam saat melewati rumah buk Ita yang masih dipasangi tenda dan bendera putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
AmbarSita : The beginning of love [TAMAT]
JugendliteraturKatanya 'Cinta itu gila' dan sialnya Sita salah satu orang yang terkena kegilaan dari cinta tersebut. Banyak dari teman-temannya yang tidak percaya seorang gadis seperti Sita yang terkenal cantik, pendiam, pemalu, pintar, dan tidak suka jadi pusat p...