AmbarSita
~~~♡♡♡~~~Keesokan harinya, Ambar yang selalu datang pukul 7.45 kesekolah terkejut melihat anak baru yang sudah duduk tepat dibelakang bangkunya. Karena hari Rabu seragam yang digunakan gadis itu berbeda dari murid-murid lainnya.
Memang sama-sama batik nasional yang biasa digunakan, hanya saja batik sekolah mereka berwarna abu-abu hitam, sedangkan gadis itu berwarna merah muda dan putih. Membuatnya terlihat lebih mencolok dari murid-murid lainnya.
"Siapa?" bisik Ambar dengan teman sebangkunya, Ismet.
"Anak baru, kata Ana sih cucunya nek Lasa"
Ambar kemudian melirik kearah anak baru yang duduk dibelakang mereka. Gadis itu langsung menundukkan kepala saat melihat Ambar memandanginya.
"Kenapa dia duduk dibelakang? kan kita jadi gak bisa main-main lagi" bisik Ambar pelan.
"Gak tahu tuh, bangkunya si Imay masih diambil alih sama Khaidir dengan Ujang"
Guru kelas mereka pun masuk kedalam.
"Sudah masuk hari ini ya murid barunya?"
Semua murid-murid didalam kelas hanya diam. Kelas mereka memang sepi, yang membuat keributan pun sepertinya sedang ogah untuk meramikan kelas saat ini.
"Coba sini dulu, perkenalkan diri" pinta buk Mun kepada anak baru tersebut.
Murid yang berjumlah 15 orang itu tetap diam menunggu gadis itu berjalan kedepan. Dengan perasaan takut gadis itu berdiri dari bangkunya. Sepertinya si anak baru sudah memberikan kesan yang kurang menyenangkan dengan mereka.
Gadis itu berdiri didepan kelas, pandangannya tetap tertunduk tidak berani menatap anak-anak yang akan menjadi temannya. Karena tidak kunjung mengeluarkan suara, buk Mun yang akhirnya menyebutkan nama si anak baru dan menceritakan alasan kenapa dia pindah ke desa Peringi hilir.
Melihat hal itu Ambar tersenyum cengengesan. Ada korban baru yang dia dapatkan selain Khaidir dan Ana setelah ini. Ismet menyikut tangan Ambar karena tahu apa yang sudah dipikirkan oleh temannya itu.
~~~○●○~~~Di jam istirahat Ana mendekati teman barunya. Tapi gadis cantik itu masih tidak merespon. Dia sibuk dengan buku pelajaran seolah-olah Ana yang berdiri dihadapannya itu hanya seekor lalat terbang.
"Namanya sita kan?"
Sita mengangkat kepala dan tersenyum, dia mengangguk menjawab pertanyaan Ana.
"keluar yuk, main"
Sita kembali menjawab dengan menggelengkan kepala.
"Oh yaudah aku keluar ya"
Pamit Ana dan ikut bergabung dengan anak-anak lain yang tengah asyik melihat Ambar dan Khaidir ribut dan saling ejek.
"Gigi kamu tuuh mundurin dulu baru ngomong!!" bentak Ambar dan melempar Khaidir dengan kerikil yang selalu dikantonginya.
"Dasar Bahruuuun!!" balas Khaidir dan masuk kedalam kelas untuk menyelamatkan diri.
Ambar mengejarnya karena tidak terima nama ayahnya disebut. Plaaaaak tendangan keras melayang tepat dipantat Khaidir, dia segera kabur kebelakang untuk menghindari amukan Ambar.
"Mentang-mentang bapak kamu polisi kamu pikir aku gak berani nyebut nama dia!! dasar Japriii....Japri bau jigong" bentak Ambar sambil terus menendangkan kaki Khaidir.
"Bilang buk Mun kamu nanti, kan kamu duluan yang ngusilin aku" kata Khaidir yang ingin menangis karena Ambar terus menendangnya.
"Aku lempar ke sungai kamu kalo berani ngadu ya. Dasar banci, Japri banci!!!" teriak Ambar dengan begitu kuat dan keluar dari kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
AmbarSita : The beginning of love [TAMAT]
Ficção AdolescenteKatanya 'Cinta itu gila' dan sialnya Sita salah satu orang yang terkena kegilaan dari cinta tersebut. Banyak dari teman-temannya yang tidak percaya seorang gadis seperti Sita yang terkenal cantik, pendiam, pemalu, pintar, dan tidak suka jadi pusat p...