BAB 81 : PAMIT

28 5 14
                                    

🌟🌟🌟🌟🌟

Keesokan harinya jam 7 pagi, Sita sudah berdiri didepan pintu rumah pak Bahrun bersama dengan buk Ita. Mereka akan pamit dengan kedua orangtua Ambar sebelum berangkat ke bandara.

"Mohon maaf ya Ta, kalo kami sekeluarga ada salah selama ini dengan kamu, dengan Sita cantik juga. Jangan lupa pulang ke Peringi kalo ada waktu" ujar buk Khadijah sambil berurai air mata.

Teman kecil buk Khadijah itu juga ikutan menangis dan memeluknya dengan erat.

"Pasti Jah, kami pasti balik ke sini lagi. Kampung halaman aku disini, rumah ibuk ku disini, teman kecil ku juga ada disini. Banyak alasan untuk aku buat pulang ke Peringi" rengek buk Ita. Dua wanita itu saling bersedih-sedihan karna akan berpisah kembali.

Sita hanya diam mendengar obrolan mereka karena matanya tengah focus memperhatikan kamar Ambar yang masih tertutup dengan rapat.

"Nak Sita nyariin Ambar ya? Dia udah bangun kok, udah mandi juga. Katanya ikut nganterin nak Sita ke bandara" kata pak Bahrun memberitahu, karna melihat pandangan Sita yang tak lepas-lepas dari kamar putranya tersebut.

"Haaaa benar pak?" kaget Sita dan buk Ita bersamaan.

"Iya, kemarin malam dia bilang gitu. Pak Handsome dan teman-teman SD Sita juga bakal ikut nganterin" jawab buk Khadijah dan beralih memeluk Sita untuk yang terakhir kalinya.

Setelah pak Bahrun memberitahu Sita, pintu kamar Ambar terbuka. Sosok pangeran yang ditunggu-tunggu Sita akhirnya muncul dengan menggenakan celana jeans hitam dipadukan dengan hoodie hitam yang pernah diberikan Sita untuknya.

Sita tersenyum sumringah melihat Ambarnya yang semakin tampan mengenakan semua hadiahnya. Kemudian mata Sita terus memandangi Ambar hingga ke bawah.

Sepatu futsal pink?

Kening Sita seketika berkerut melihat sepatu Nike yang sedang dipakai Ambar saat ini. Untung saja gantengnya Ambar lebih mendominasi untuk dipandangi, jadi orang-orang yang memperhatikannya tidak akan fokus pada sepatu futsal berwarna pink tersebut.

Ambar berjalan mendekati buk Ita kemudian menyalami tangan wanita itu.

"Buk...... Sita nya boleh berangkat dengan kami aja ke bandaranya?" izin Ambar dengan begitu ramah.

Buk Ita langsung menganggukkan kepalanya "Boleh dong! Ibuk malah senang. Padahal tadi malam Sita udah nangis-nangis karena katanya Ambar nggak mau diajak nganterin dia ke bandara"

"Hahaha Ambar akan antar tuan putri sampai ke atas pesawat kalo bisa buk" jawab Ambar sambil memperlihatkan senyum manisnya.

"Oh iya lupa...... Tunggu bentar yaa" pamit Ambar dan masuk lagi kedalam kamarnya kembali.

Beberapa detik kemudian Ambar keluar sambil membawa sapu tangan bermotif bunga mawar pink dan boneka Barbie dan pangeran Ken di tangannya.

Raut wajah buk Ita dan buk Khadijah berubah cemas dalam waktu seketika. Keduanya saling pandang dan bermain mata memberi kode rahasi satu sama lain.

"Waktu itu kamu bilang ke Ismet kado ulang tahun yang kamu kasih ke aku nggak pernah aku pake..... Nah sekarang aku pake deh. Sapu tangannya buat hapus airmata kamu nanti di bandara. Hoodie nya aku pake, sepatunya juga aku pake. Daaaaan terus....... Ini nih kado terakhir kamu buat aku" ujar Ambar, memperlihatkan dua boneka ditangannya kehadapan Sita.

"Makasih banyak ya, aku suka" sambung Ambar lagi dengan penuh penekanan.

Sita menganggukkan kepalanya ragu, kemudian memandangi ibuknya yang kembali memeluk buk Khadijah.

AmbarSita : The beginning of love [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang