AmbarSita
☆☆☆☆☆Setelah penampilan Sita berubah, semua murid laki-laki dikelasnya menjadi sering mengajaknya bicara bahkan duduk disamping gadis cantik itu. Meskipun tidak ada respon, seakan berbicara dengan batu, bahkan ditinggal saat lagi asyik berbicara dengan Sita pun mereka tetap berusaha mendekati.
Anak-anak laki yang masih bau kencur tersebut tidak pernah mengenal kata menyerah. Semua tetap bersemangat mendekati Sita bagaimanapun caranya. Hanya ada dua orang yang tidak berminat untuk ikut-ikutan :
Pertama Ujang, karena dia lebih menyukai Ana dan yang kedua Ambar! Bocah nakal itu masih dendam karena Sita mengatakan 'takut' melihat wajahnya.
~♡AmbarSita♡~
Awal bulan Juli anak-anak sekolah di desa Peringi hilir menjalankan ujian kenaikan kelas. Hal yang paling disukai Sita adalah saat ujian, dimana waktunya untuk duduk didalam kelas lebih singkat dan dia tidak perlu merasa cemas setiap diajak bicara dengan murid-murid dikelas.
Ambar ditempatkan oleh buk Mun duduk disamping Imay dan Khaidir. Sebenarnya posisi dimanapun tidak masalah untuknya karena Ambar bisa saja mendapatkan Ranking pertama. Hanya saja sifat dan tingkah laku Ambar tidak mendukung hal tersebut.
Ismet menendang bangku Sita yang duduk didepan. Kalau khusus untuk Ismet selain memang nakal otaknya pun sedikit lemot untuk berpikir. Jadi sudah pasti dia akan membutuhkan contekan dari teman-temannya.
Sita menoleh kebelakang "L-I-A-T" Ismet menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara.
Sita mengerti apa yang dimaksud oleh Ismet, tapi dia tidak bernyali mengangkat kertas jawaban miliknya karena guru didepan terus memperhatikan barisan bangku mereka.
Ismet menendang sekali lagi, entah kenapa dia harus meminta jawaban Sita yang posisinya ada didepan. Padahal Ana dan Iput duduk bersebelahan dengannya yang bisa dibilang lebih aman untuk memberi contekan.
Sampai jam berakhir Sita tetap membiarkan Ismet terus menendang bangkunya dari belakang.
"Sita mah gitu! Pelit banget!" keluh Ismet langsung menyusul Sita dan berjalan disampingnya.
Sita tidak menjawab dan kabur begitu saja.
"Hahaha dicuekin kamu!" ledek Ambar yang masih duduk dibangkunya sambil memakan permen karet.
"Sombong bener deh ah si Sita!" gerutunya kesal.
Ambar hanya diam, dia mengeluarkan permen karet yang sedang dikunyahnya dan menempelkan dibangku guru yang ada didepan.
~♡AmbarSita♡~Ujian kenaikan kelas yang berlangsung selama seminggu pun akhirnya berakhir. Ambar masih diberi kesempatan untuk naik kekelas tiga. Justru Ismet dan Abdul yang menjabat sebagai ketua kelas yang harus rela berpisah dengan teman-temannya.
Pak Anto dan pak Pandi ayah dari kedua anak-anak tersebut tersenyum sambil merapatkan gigi dihadapan buk Mun. Mendengarkan wanita berbadan besar tersebut menjelaskan kenapa sampai anak-anak mereka tinggal kelas.
"Bapak bisa liat sendiri" kata buk Mun menyerahkan kertas hasil ujian keduanya.
"Bagaimana kami menyerahkan kertas jawaban dan soal, begitu juga bentuk yang mereka kumpulkan kepada kami, bersih tanpa noda" kata buk Mun menirukan iklan sabun cuci yang sedang tren di tv.
Pak Anto manggut-manggut, pak Pandi geleng-geleng. Darah mereka sudah sampai dikepala tapi mau marah pun masih ada wali kelas.
"Yaaa... Saya mohon semoga Abdul juga dibimbing dirumah, sampe sekarang dia masih belum bisa membaca pak. Kalo Ismet sangat pemalas dan selalu ribut dengan teman akrabnya Ambar" kata buk Mun lagi.
"Baik buk, saya akan coba minta bantuan Dian nanti" jawab pak Anto mencarikan solusi untuk anaknya.
"Baik buk, saya akan marahi si Ismet dirumah nanti" jawab pak Pandi juga mencarikan solusi untuk anaknya.
"Iyaa, Mereka berdua jangan sampe dipukul ya pak" buk Mun kembali mengulang pesan-pesan yang selalu dia ucapkannya dengan setiap wali murid.
Pak Anto tersenyum dan segera pulang sambil membawa lapor anaknya. Pak Pandi pun ikutan pulang, pulang kerumah pak Bahrun untuk meminjam rotan milik temannya itu.
"Hahaha kalian berdua tinggal kelas ya, berdua aja dong jadinya dikelas 2" ledek Ambar mentertawai nasib kedua temannya.
"Enggak, kan anak kelas 1 naik ke kelas 2" jawab Abdul dengan polosnya.
"Oh gitu ya! Aku pikir kalian cuma berdua aja dikelas" ujar Ambar yang raut wajahnya kini tak kalah polosnya dari Abdul.
"Kamu kok bego!" ujar Khaidir keceplosan. Lupakah dia siapa orang yang disebutnya bego?
"Gigi kamu tuh pagari dulu baru ngatain orang bego!" bentak Ismet tidak terima teman akrabnya dibilang bego.
Ambar memukul kepala Khaidir, anak seorang polisi tersebut dengan lapornya.
"Yaah kalian berdua gak satu kelas lagi dong sama Sita" kali ini Ujang yang ikut mengasihi nasib Abdul dan Ismet.
"Iyaa, aku jadi gak bisa duduk lagi disamping Sita" keluh Abdul.
Selesai membagikan semua lapor, buk Mun mendekati murid-muridnya yang asyik duduk dibelakang kelas.
"Ambar kenapa lapornya dipukul-pukul gitu nanti rusak" tegur buk Mun dengan Ambar yang belum berhenti menganiaya Khaidir si bocah penakut.
Plaaaak!!!!
Pukulan terakhirnya terdengar begitu kuat, sampai-sampai Khaidir meringis memegangi kepalanya.
"Ambar ini! Didepan ibuk pun kamu masih berani jahat sama temannya! kalo masih kaya gitu dikelas tiga kamu juga bakal tinggal kelas"
"Tapi kan nilai Ambar bagus buk, Ambar pintar kok" ujar Ambar membela diri.
"Percuma pintar kalo Ambar nakal! Orang-orang gak pernah suka sama anak nakal, ngerti!"
"enggak!" jawabnya mantap.
Buk mun merapatkan gigi seperti yang dilakukan pak Anto dan pak Pandi tadi agar emosinya tidak meledak menghadapi bocah seperti Ambar.
"Yaudah, kalian kan libur selama dua minggu. Tolong tetap rajin belajar dirumah"
Semuanya mengangguk kecuali Ambar dan Abdul.
"Sekarang pulang kerumah masing-masing, jangan keluyuran lagi" pesan buk Mun dengan semua murid-muridnya itu.
~~~**♡AmbarSita♡**~~~
"Kamu, adalah orang yang paling sering aku ceritakan kepada Tuhan"
~Sita
KAMU SEDANG MEMBACA
AmbarSita : The beginning of love [TAMAT]
Roman pour AdolescentsKatanya 'Cinta itu gila' dan sialnya Sita salah satu orang yang terkena kegilaan dari cinta tersebut. Banyak dari teman-temannya yang tidak percaya seorang gadis seperti Sita yang terkenal cantik, pendiam, pemalu, pintar, dan tidak suka jadi pusat p...