AmbarSita
☆☆☆☆☆Ana dan Imay datang kerumah Sita sambil membawa sebutir telur. Mereka mau menanyakan tugas IPA yang disuruh pak Iyan kemarin. Sampai sekarang keduanya masih belum mengerti juga bagaimana cara membuat tugas tersebut. Sita dengan sabar menjelaskan bagaimana tugas yang harus mereka kumpulkan.
"Oh jadi kita amati telur ayam yang di erami sama induknya?" tanya Ana yang mulai sedikit paham. Sita menganggukkan kepala dengan cepat.
"Ih serem, Induk ayam kalo lagi ngerami telur kan galak" kata Ana lagi sambil bergidik ngeri.
"Amatinya jangan deket-deket atau gini kalo induk ayam nya siap bertelur, telur nya diambil satu, trus di simpan ditempat panas_____"
"Simpan di kompooor?" sergap Imay cepat.
"Masak dong telurnya kalo ditaruh di kompor!" Jawab Ana kesal.
"Hahaha soalnya kan kompor panas"
"Kamu dengan Ambar sama aja! ngomong gak pake mikir. Harusnya kamu sama dia, biar aku sama Sita" keluh Ana dengan temannya tersebut.
"Ya maap aku kan gak tahu. Oh ya Sita udah dapat telurnya, tugas kalian sudah siap?" Imay berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Sita menggelengkan kepala "Ayam menetas selama 21 hari nah selama itu kita buat pengamatan soal perubahan yang terjadi, bla.....bla....."
Sita kembali menjelaskan panjang lebar tentang tugas mereka dengan kedua temannya. Pak Iyan harusnya berbagi gaji kecilnya dengan Sita nanti. Karena gadis itu sudah mau repot-repot membantunya kembali menerangkan pelajaran dengan bocah-bocah kampung yang sulit menangkap materi pelajaran.
"Oh gitu ya Ta. Kalo gak ada incubator atau lampu yang kamu bilang itu, gimana?" tanya Ana dengan raut wajah bingung.
"Ya amati dari kandang nya aja" jawab Sita tegas.
Dua-duanya mengangguk "Kita cari ayam yang mau bertelur barengan aja yuk Ta" ajak Ana dengannya.
"Eh ayam ayahnya Ambar aja. Pak Bahrun kan punya banyak ayam" kata Imay memberi ide.
Ana dan Sita kompak mengangguk dan pergi kerumah Ambar. Bocah laki-laki itu sudah pasti tidak ada dirumah saat ini. Ambar mana peduli dengan tugas. Tapi setelah ini apa yakin tidak peduli juga, karena Sita dan kedua temannya datang kerumah menemui pak Bahrun untuk meminta telur.
Pak Bahrun yang sedang menjemur biji buah coklat dipekarangan rumah tersenyum menyambut ketiga teman-teman Ambar.
"Telur ayam? Ada tuh ayam bapak mau bertelur, besok deh kayanya, butuh berapa?"
"Dua pak. Imay sama Ana, Sita sama Ambar. Kami dua kelompok pak" jelaa Imay kepada ayah Ambar tersebut.
"Sita sama Ambar? Yang sabar ya. Hahaha nanti bapak suruh Ambar juga ikut ngerjain tugasnya bareng-bareng ya, tugas kelompok kan?"
"Iya pak" jawab Sita dengan ramah.
Ketiganya kemudian pulang kerumah masing-masing. Pak Bahrun pun langsung pergi mencari anaknya yang tengah asyik mandi-mandi di sungai.
"Mbaaar pak Bahrun tuuh, dia bawa kayuu" bisik Ujang pelan dan langsung keluar dari sungai.
Ambar menoleh, memberikan senyum terbaiknya untuk pak Bahrun.
"PULANG! Ada tugas kelompok malah asyik-asyikan berenang kalian!!" bentak pak Bahrun mengusir anak-anak yang sebenarnya tengah merayakan ulang tahun Khaidir saat ini.
Ambar langsung menuruti ayahnya. Mengikuti langkah pak Bahrun untuk pulang kerumah dari pada kayu yang dibawanya dari tadi lengket ketubuh mungil Ambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AmbarSita : The beginning of love [TAMAT]
Teen FictionKatanya 'Cinta itu gila' dan sialnya Sita salah satu orang yang terkena kegilaan dari cinta tersebut. Banyak dari teman-temannya yang tidak percaya seorang gadis seperti Sita yang terkenal cantik, pendiam, pemalu, pintar, dan tidak suka jadi pusat p...